Tuesday, April 7, 2020

Materi Produk Kreatif dan Wirausaha SMK Wikarya Karanganyar


Materri BAB Media Promosi Pemasaran
 Semester 2/ XI

Pengertian Promosi
            Promosi adalah suatu aktivitas komunikasi yang dilakukan antara seseorang atau suatu unit usaha dan masyarakat luas, dengan tujuan memperkenalkan suatu produk sekaligus memengaruhi masyarakat luas agar membeli dan menggunakan produk tersebut.
            Menurut Saladin (2003), Promosi adalah salah satu unsur dalam pemasaran unit usaha yang dimanfaatkan untuk memberitahukan, mengingatkan, dan membujuk konsumen mengenai produk perusahaan.
           
Tujuan Promosi
1.    Menyebarluaskan informasi mengenai suatu produk kepada masyarakat atau calon konsumen potensial.
2.    Menjangkau dan mendapatkan konsumen baru serta menjaga loyalitas mereka.
3.    Membantu menginformasikan keunggulan dan pembeda produk yang dimiliki dibandingkan dengan produk pesaing.
4.    Menciptakan citra suatu produk di mata konsumen sesuai keinginan perusahaan.
5.    Memengaruhi pendapat dan perilaku konsumen terhadap suatu produk.

Jenis-jenis Promosi
1.    Promosi secara langsung adalah cara mengenalkan produk dengan bertemu calon konsumen secara langsung dalam suatu wilayah yang sudah ditentukan.
Kelebihan : memungkinkan wirausaha untuk menjangkau langsung dan melakukan interaksi langsung dengan calon konsumen.
Kekurangan: terbatasnya calon konsumen yang dapat dijangkau karena kegiatan seperti ini hanya diadakan pada lokasi tertentu.
Contoh : membagikan brosur, membagikan contoh sebuah produk, dan memasang spanduk digital.

2.    Promosi Melalui Media Offline adalah cara untuk mengenalkan produk dengan menggunakan media offline, seperti media cetak dan medi elektronik.
Kelebihan: dapat menjangkau banyak calon konsumen dalam waktu lama.
Kekurangan:  Biaya promosi mahal.
Contoh: memasang iklan di koran, TV, Majalah, Banner, dan Bilboard.

3.    Promosi Melalui Media Online  promosi ini dapat digunakan oleh para pengusaha seiring perkembangan teknologi dan media informasi. Jenis promosi ini mengenalkan produk, merek, dan usaha melalui media digital, seperti media sosial, yaitu instagram, facebook, twitter, line, dan pinterest; jaringan website, yaitu blog dan Wixsite: serta mesin pencarian, yaitu Google.
Petunjuk Tugas :
Silahkan isi presensi (nama, no dan kelas di kolom komentar)

 1. Buatlah brosur di buku gambar di beri warna. Isinya brosur berupa  promosi sekolah SMK Wikarya Karanganyar. Buatlah se kreatif kalian.
2.  Brosur tersebut silahkan di upload di media sosial : IG dan add ke IG : @Agus Yulians.
Kemudian tulis pada postingan kaliman ajakan :
#SMKWIKARYA BERSATU LAWAN CORONA
Penerimaan Siswa Baru SMKWikarya pendaftaran online
Silahkan klik link : http://bit.ly/ppdbSmKWikarya2020
#smkwikaryakaranganyar
#smkwikaryahits
#smkHebat
#karanganyar
#kabupatenkaranganyar
#ppdbsmk
#agendakaranganyar
#pelajarsmp
#smpkaranganyar
#ppdbonlie
3. Batas Akhir pengumpulan Tanggal 15 April 2020.

Wednesday, January 1, 2020

Cerita Anak


Olahraga Bersama Ayah


Setiap hari minggu Dodi lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar tidur.  Dodi lebih memilih nonton televisi daripada berolahraga. Memang anak seusia Dodi lagi senang-senangnya menonton film kartun yang tayang setiap hari minggu. Dodi saat ini duduk di kelas empat sekolah dasar di SD Negeri I Solo.
.  Melihat sikap Dodi yang tidak pernah berubah. Ayahnya mencoba mencari solusi agar kebiasaan buruk itu dapat hilang. Ayahnya membuat program olahraga pagi di setiap hari minggu. Salah satu olahraga yang paling mudah yaitu  lari. Mengingat Dodi tidak suka  jenis olahraga yang berat.
Ayahnya pun menyampaikan rencana itu pada Dodi.  Awalnya Dodi menolak. Sebab Dodi tidak suka berolahraga, “Aku tidak mau lari ayah. Lari bikin capek.” Bantah Dodi.  Wajahnya terlihat cemberut.
“Dodi lari itu dapat menyehatkan badan.” Jelas ayahnya. Namun  Dodi abai malah  asyik nonton film kartun.
“Aku tidak mau!” Seru Dodi menolak ajakan ayahnya.  Melihat sikap Dodi ayahnya mencoba membujuk dengan penuh kesabaran.   Ayahnya memberikan nasehat akibat orang yang malas berolahraga.
“Orang yang malas berolahraga akan mudah terserang penyakit. Selain itu badannya akan jadi gendut.” Ayahnya dengan penuh kesabaran duduk di samping Dodi.  
“Aku tidak mau jadi gendut.” jawabnya cuek.
 “Maka dari itu Dodi harus berolahraga. Kalau Dodi rajin berolahraga badan menjadi kuat dan tidak mudah sakit.” jelas ayahnya pada Dodi. Namun, Dodi mengacuhkan nasehat ayahnya.
Ayahnya berusaha membujuk agar mau berolahraga. Sebab ada rasa khawatir jika tidak dibiasakan berolahraga  akan mengakibatkan sifat malasnya semakin bertambah.
“Nanti kita lari-lari di Car Free Day sambil melihat pertunjukan dari komunitas pecinta binatang.” Bujuk Ayahnya yang tidak kehabisan akal agar Dodi mau berolahraga.
 Dodi pun seketika mematikan televisi dan mendekat pada ayahnya.
“Baik ayah aku mau olah raga lari, tapi habis lari nanti kita melihat pertunjukan binatang ya?” pinta Dodi  penuh manja pada ayahnya. Dodi memang anak penggemar binatang. Di rumahnya ada beberapa binatang piaraannya seperti kucing Chinchilla, kelinci Angora, burung  Lovebird  dan berbagai jenis ikan hias.
***
Dodi dan ayahnya mempersiapkan diri untuk lari-lari pagi di CFD. Olahraga lari memang sengaja dilakukan  di Car Free Day agar Dodi senang. Jarak antara area CFD dengan rumah Dodi tidak begitu jauh.   
Melihat perubahan sikap Dodi, ayahnya sangat  senang sekali. Dengan berolahraga berharap  sifat malas dan kebiasaan nonton televisi setiap pagi  habis bangun tidur perlahan-lahan mulai hilang. 


Menulis Memoar, Mengapa tidak?


Setiap orang memiliki kisah, pengalaman, catatan atau rekaman tentang masa lalu. Kisah-kisah yang bertaburan suka maupun duka menjadi teman perjalanan dalam mengarungi hidup ini. Ada sebuah istilah “Life is a journey” yang memiliki makna bahwa kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang diawali dengan Birth dan diakhiri dengan Death. Kemudian diantara keduanya ada choice yang berarti suatu pilihan. Perjalanan hidupa kita tidak lepas dari ketiga hal itu.
             
BIRTH-------CHOICE----DEATH

              Setiap kisah dalam perjalanan hidup ini kalau hanya dibuang begitu saja tentu sia-sia belaka. Maka perlu kita kemas dengan semenarik mungkin pengalaman hidup ini. Berharap orang-orang disekitar dapat belajar dari setiap sisi perjalanan hidup. Belajar dari sisi positif maupun sisi negatif. Agar kisah hidup kita berkesan dan menjadi sebuah kado untuk masa depan anak-anak bahkan cucu. Bingkailah kisah itu dalam sebuah bentuk tulisan bernama Memoar.
            Memoar merupakan catatan atau rekaman perjalanan hidup seseorang yang hanya sekelumit dari yang dikisahkan. Memoar bisa dikatakan tulisan kenangan, inspiratif yang berisi ide atau gagasan (menyerupai outobiografi) dengan menekankan pendapat, kesan, dan tanggapan penulis atas peristiwa-peristiwa pribadi yang direfleksikan dengan kehidupan sekitar. Memoar hampir mirip dengan outobiografi, namun bedanya memoar mengambil potret peristiwa tertentu dalam hidup seseorang. Memoar cenderung gaya membacanya seperti novel. Penggunaan bahasa dalam menulis memoar lebih santai, beragam kosa kata bahasanya dan hanya informasi relevan yang dimasukkan, tidak semua hal tentang hidup seseorang penulis harus dijelaskan.
            Ada beberapa judul buku menulis bersama sebuah memoar yang penulis pernah garap. Antara lain; Memoar Bermasjid (2017) penerbit Langgar Soeka Batja yang secara singkat dalam kisah buku ini tentang kisah masa kecil bermasjid. Salah satu penerbit indie yang penulis sering kali mengikuti event menulis Memoar yang berada di Solo yakni Diomedia. Merupakan salah satu penerbit yang mencoba mengambil peluang untuk menerbitkan buku-buku memoar yang saat ini masih sedikit penerbit yang melirik tentang menulis memoar. Beberapa tulisan tentang memoar yang penulis ikuti  di penerbit Diomedia; Memoar Guru Mengajar (2018) Penerbit Diomedia yang berisi kisah tentang pengalaman seorang guru ketika mengajar di dalam kelas, berkomunikasi dengan murid dan orang tua siswa, Memoar Bahagia Bersama Ibu Tercinta (2018)  berkisah tentang kenangan dan kebahagiaan sewaktu kecil bersama ibu tercinta, Memoar Patah Hati (2019) sekumpulan kisah-kisah orang yang tuna cinta dalam perjalanan kisah percintaan seringkali ada yang membuat patah hati, Memoar Bahagia Bersama Bapak Tercinta  (2019) perjalanan hidup bersama seorang bapak yang sering kali terlupakan, dan Memoar Pegiat Literasi (2019) kumpulan kisah para pecinta literasi dalam menyiarkan dan mengenalkan tentang literasi.
            Bagaimana menulis memoar?
             Menulis memoar menurut pandangan penulis lebih mudah daripada menulis cerpen atau novel. Sebab dalam menulis memoar lebih leluasa dan bebas serta tidak perlu memikirkan sebuah teknih seperti halnya ketika menulis cerita fiksi. Sebab orang lebih leluasa ketika dirinya menulis tentang kisahnya sendiri. Berikut penulis sajikan tips menulis memoar:
1.        Belajarlah mengeksplorasi diri sendiri
Salah satu tahap ketika menulis memoar harus berani mengeksplorasi diri sendiri dengan mengeluarkan catatan-catatan pribadi yang lebi dikenal dengan diary, foto-foto kenangan atau benda-benda yang menyimpan kenangan berkesan. Lalu, coba fokuskan diri pada sebuah kisah yang paling berkesan.
2.        Melihat kembali perjalanan hidup
“Everyone has story to tell”  setiap orang pasti memiliki kisah yang berkesan dan berbeda. Tuliskan cerita tentang hidupmu yang berbeda dan coba lepaskan semua. Jangan menunggu hal yang luar biasa, karena salah satu tantangan menulis memoar itu adalah cerita yang kita tulis dapat menginspirasi.
3.      Memulai menulis cerita yang menarik pembaca.
Kebiasaan seorang yang baru menulis adalah seringkali menulis sebuah cerita dari awal. Dalam menulis memoar hindari menulis secara kronologis. Mulailah menulis cerita yang dapat menarik hati para pembaca untuk membacanya tanpa memikirkan hasilnya. Ingat menulis memoar bukan menulis cerpen atau novel.
4.      Menghidupkan aliran emosi dalam diri penulis.
Coba ketika menulis memoar tulislah dengan hati.  Sebab dengan menggali emosi atau perasaan akan menjadikan semakin bersemangat untuk menulis. Selain itu jika menulis dengan hati maka hasilnya pun akan menarik dan jelas, bahkan menginspirasi para pembaca.
5.      Menulis memoar harus jujur dalam bercerita.
Seringkali penulis ketika mengisi pelatihan kepenulisan atau workshop mendapat sebuah keluh kesah dari para peserta bahwa ada rasa malu bahkan ketakutan ketika menulis cerita. Mereka khawatir apa yang ditulisnya merupakan pengalaman nyata atau kisah pribadinya. Modal jujur pada diri sendiri ketika menulis cerita atau memoar adalah sangat penting sekali untuk keberhasilan dalam menghasilkan kisah yang inspiratif. Hilangkan rasa takut, khawatir kalau perjalanan hidup kita nantinya mendapatkan efek negatif dari pembaca. Selain itu dalam menulis memoar harus memperhatikan kejelasan dalam setiap tulisan-tulisan agar tidak membingungkan pembaca.
6.      Ajaklah pembaca agar larut dalam setiap kisah yang ditulis.
Dalam teknik menulis sering mendengar sebuah kata nasihat dalam menulis cerita ‘show, don’t tell” hal itu berlaku dalam menulis memoar. Sebagai penulis memoar harus dapat mendiskripsikan ceritamu agar pembaca tahu apa yang terjadi. Bawalah pembaca untuk merasakan emosi yang mendorong mereka agar terus menghabiskan kalimat demi kalimat dalam ceritamu.
7.      Gunakanlah dialog dan bahasa metafora
Menulis memoar tidak jauh berbeda dengan menulis cerita fiksi. Hal yang membedakan terkait masalah teknik. Dalam menulis memoar bisa menggunakan dialog/percakapan dan bahasa-bahasa metafora bertujuan agar pembaca tidak bosan dan tentunya lebih menarik.
8.      Tanamkan rasa percaya diri
Ketika memutuskan untuk menulis sebuah memoar harus percaya diri bahwa apa yang kita tulis dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca. Sehingga menjadikan diri dan orang lain semakin bijaksana.

Menulis memoar tidak harus memiliki masa lalu yang pahit atau pengalaman yang sangat menarik. Ingatlah! Setiap manusia mencoba ingin menemukan makna dalam setiap perjalanan kehidupannya. Dan cara untuk menemukan maknanya itu tentu saja berbeda-beda. Salah satunya dengan mengabadikan melalui menulis memoar.

Monday, July 1, 2019

Cerpen

Cinta Semusim
Oleh Agus Yulians*
           




Arga, lelaki  yang selama ini  membuat aku jatuh hati. Aku dan Arga satu kantor di sebuah perusahaan Manufacture yang bergerak di bidang kimia. Kita  patner kerja yang sudah cukup lama.  Kita  selalu dipertemukan dalam setiap acara yang diadakan kantor. Mulai dari meeting hingga membuat proyek jangka panjang untuk perusahaan. Sejak saat itulah waktu mengakrabkan kita berdua.  Mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan sampai  kehidupan pribadi. Aku merasa ada sebuah kecocokan, begitu juga dengannya. Akhirnya, Arga memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Mengingat usia kita sudah pantas untuk membangun rumah tangga.
 Kesan pertama melihat pribadi Arga, aku sangat senang ketika dia jujur dengan perasaannya. Aku merasa kita berdua pasangan serasi. Aku tipe cewek cerewet. Sedangkan Arga lelaki yang lembut. Ketika aku bicara dengan nada yang keras dia tempelkan jari telunjuknya ke bibirku dengan diikuti sebuah ucapan, “Sayang, jangan keras-keras,” jujur saja aku semakin sayang padanya. Walaupun kita memiliki perbedaan umur yang terpaut jauh  tiga tahun, tentu aku lebih muda darinya. Kami bukan budak cinta, tujuan menjalin hubungan untuk saling membahagiakan satu sama lain. Dia  mencuri hatiku yang saat ini berhasil membuat jatuh cinta.
***
Aku bangun dari tempat tidurku dan tersenyum bahagia. Kemudian aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup udara segar dan menghembuskannya secara perlahan. Sinar matahari mulai menyengat diriku dari balik jendela kamar. Aku sangat bahagia sekali semenjak menjalin kasih dengan Arga. Sebagai wanita aku mengiginkan hubungan asmara ini segera ke tahap arah yang serius.
Pagi ini, aku ingin menceritakan kebahagiaanku pada ibu, tentang hubunganku dengan Arga. Beberapa kali aku mengajak Arga ke rumah untuk aku kenalkan pada Ibu. Aku berharap  Ibu bisa menerima Arga. 
Suatu hari kuajak Arga datang ke rumah ingin sekali mengenalkannya pada ibu Aku membiarkan Arga dan ibu ngobrol agar ada kedekatan keduanya. Supaya ibu lebih mengenal sosok yang akan jadi menantunya. Di saat mereka asyik mengobrol sebagai calon istri aku membuatkan minuman kesukaan Arga dan Ibu; kopi hitam dan teh lemon. Usai perkenalan antara Arga dengan ibu aku perhatikan raut wajah keduanya berubah. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan ibu padaku. Namun, aku abai akan hal itu.  
            “Ibu jangan khawatirkan Arini! Mas Arga itu mencintaiku kok, Bu!”
“iya. Ibu tahu. Namanya pacaran itu kadang suka kadang benci. Hubungan yang tidak pernah pasti. Kalau bosan, ibu khawatir dia akan mencampakkanmu untuk mencari wanita lain!” nada bicaranya Ibu sempat meninggi. Hampir saja emosiku terhanyut.
“Ah, tidak, Bu, dia pernah mengatakan padaku kalau tidak akan pernah berpaling dariku,” aku mencoba meyakinkan ibu agar bisa menerima mas Arga.
“Alaah....,kamu itu sudah termakan bujuk rayunya. Kamu itu belum tahu watak lelaki. Ibu ini sudah pengalaman, sudah banyak makan garam kehidupan. Sudah banyak meneguk air masa lalu. Lelaki itu kalau ngomong ketika ada maunya saja. Begitu dibelakangmu, dia bisa ngomong apa saja dengan gadis lain,”
Aku memahami perasaan Ibu, dia tidak ingin aku seperti dirinya. Ditinggalkan seorang lelaki begitu saja. Lelaki  yang seharusnya saat ini berada di antara kami. Ibu pernah bercerita padaku, pernikahannya kandas ditengah jalan.  Saat itu di rahimnya sudah tertanam janinku. Sebuah kado yang dinantikan sepasang suami istri.
Tidak ada angin tiba-tiba badai datang menerjang kehidupan rumah tangganya.  Bagaimana Ibu tidak sakit hati? jika lelaki yang selama ini dia sayangi ternyata tanpa sepengetahuannya memiliki wanita lain. Wanita itu datang menyelam di sebuah kehidupan rumah tangganya. Datang bukan dengan tangan hampa, tetapi dia bersama seorang anak laki-laki kecil, yang berusia 6 tahun. Wanita itu mengaku kepada Ibu bahwa dia adalah istri suaminya. Wanita itu menangis dihadapan Ibu. Berharap agar ibu mau menerima anak yang dibawanya saat itu. Berita itu membuat hati ibu hancur berkeping-keping, serasa bagaikan disambar petir. Akhirnya, Ibu menolak  anak laki-laki dari suaminya. Sebuah keputusan pahit akhir dari kehidupan rumah tangganya. Saat itu ibu sedang mengandungku. Ibu lebih memilih jalan untuk berpisah dan menjadi wanita single parents.
Beberapa saat kemudian aku merenggangkan pelukan sembari berkata lirih,”Baiklah, Bu, besok aku akan meminta kepastiannya, ke mana arah hubungan kami ini,” kataku dengan sisa-sisa emosi yang sedih. Ibu menggangguk pelan.
***
Aku duduk di dekat jendela menikmati keindahan pagi.  Aku menghangatkan tubuh sambil menikmati secangkir kopi Roasting Robusta dari kekasihku. Selama seminggu, dia berada di kota Lampung karena ada urusan kantor yang harus dia selesaikan. Aku pagi ini  bahagia sekali. Mendapat kabar bahwa dia akan balik ke Solo. Aku tidak sabar menunggu kedatangannya. Aku ingin mendapatkan kepastian dari hubungan ini.  Hubungan yang sudah terjalin begitu lama harus berakhir di pelaminan. Aku berharap penuh mas Arga segera meninangku. Menikah adalah mimpi setiap wanita agar hidupnya penuh warna.
 Aku menyampaikan kabar bahagia ini pada Ibu. Namun, Ibu masih tidak percaya bahwa lelaki itu akan datang padaku lagi. Jujur saja aku sangat kecewa dengan sikap ibu. Sampai saat ini aku belum mendapatkan alasan yang tepat dari Ibu. Kenapa ibu sangat tidak suka sama Arga? Ibu hanya bilang padaku suatu saat nanti kau akan tahu sendiri.
Mataku  menatap bunga mawar yang tertanam di kebun belakang rumahku dari balik jendela kamar. Mawar merah itu begitu kuat baunya sehingga sampai tercium aroma wanginya. Ingin rasanya aku memetik setangkai mawar merah  untuk aku jadikan hiasan di setia sudut kamar. Namun, hati ini enggan untuk memetik mawar itu. Biarlah mawar tumbuh dan bergugur dengan sendirinya.
 Kabut-kabut pagi masih enggan pergi dari bunga-bunga mawar. Apakah kehidupan cintaku seperti kabut yang selalu menyelimuti mawar ketika ingin merekah di pagi hari?
Sudah dua minggu berlalu Arga tak kunjung balik. Perasaan gelisah mulai menghantui diriku. Berhari-hari aku selalu menunggu kabar darinya. Hatiku mulai gundah. Mataku menerawang tak tentu arah. Aku mencoba meyakinkan hati ini bahwa Arga baik-baik saja.
            “Arini, ada tamu,” kata ibuku dari balik pintu kamar. Lamunan kegelisahanku buyar seketika. Tanpa pikir panjang aku langsung bergegas menemui seseorang yang mencariku. Aku berharap dialah yang aku tunggu. 
Melihat siapa yang datang, wajahku seketika kaget. Tidak biasanya Rio, teman karib Arga  bertamu sepagi ini ke rumah.
            “Ada apa, Rio.” Tanyaku bergegas aku mendekatinya.
Rio hanya tersenyum sambil menyerahkan menyerahkan sebuah surat undangan berwarna merah mawar. Bau harumnya sama persis mawar yang aku tanam. Undangan itu  aku terima.
            “Kamu menikah..” tanyaku sebelum membuka undangan terlebih dahulu.
            “Buka dan bacalah dengan saksama undangannya.” suara Rio begitu lirih dan datar.          Pita  yang membungkus undangan ku lepas. Mata ini tertuju pada setiap kalimat setiap kalimat. Hatiku hancur berkeping-keping begitu tahu bahwa itu bukan Rio. Air mataku pecah. Terduduk lemas tak bertenaga. Suara tangisku semakin pecah. Ibu  kaget mendengar suara tangisku.
            Ibu mendekati diriku yang masih terduduk tak bertenaga. Ia mengambil surat undangan itu dan membacanya. Wanita berusia 55 tahun itu seketika wajahnya berubah menjadi layu. Ia menatap Arini yang tak berhenti meratap. Apa yang dia khawatirkan akhinya terjadi juga. Mata ibu mulai berkaca-kaca.
            “Bu, undangan itu dari Arga untuk Arini,” jelas Rio pada wanita yang mengenakan daster motif bunga-bunga. Ibu hanya mengangguk. Rio balik pamit meninggalkan rumah Arini.
Tangisku pecah dalam pelukan Ibu. Seperti bendungan yang ambrol. Aku memekik dalam hati, mataku terpejam kuat-kuat. Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa. Apa aku sedang bermimpi?
            “Seharusnya Ibu tidak membuatmu menderita seperti ini. Kini, Waktu telah berbicara padamu tentang sebuah kenyataan. Kamu harus siap menghadapi kenyataan pahit ini,” tangan halusnya membelai rambut panjangku.
            “Sejak awal bertemu, sudah ada firasat bahwa lelaki itu tidak tepat untukmu. Apalah artinya firasat seorang Ibu, jika anaknya sudah dibutakan dengan cinta,”
            Aku masih menangis sesenggukan. Seolah-olah dunia ini tidak adil untukku. Dosa apa yang aku tanam selama ini sehingga cinta yang awalnya indah harus berakhir dengan begitu pahit tanpa ada sedikit penjelasan apapun.
            “Kamu harus tahu Ndok, Siapa Arga itu sesungguhnya? Ketika kau mengenalkan Ibu pada Arga, Ibu sempat mencuri waktu untuk mengobrol tanpa sepengetahuanmu. Ibu hanya ingin tahu latar belakang keluarganya. Ibu sangat kaget ketika mendengar nama Ayahnya. Sejak saat itulah tanpa sepengetahuanmu, Ibu meminta pada Arga untuk mengakhiri hubungan kalian. Maafkan Ibu, Ndok, gara-gara masa lalu ibu, kamu harus menderita seperti ini,” Air mata Ibu menetes membahasi rambutku. Aku hanya bisa menangis. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Pikiranku sudah buntu. Aku dihadapkan pada sebuah kenyataan yang memang sangat sulit aku bela.
 Aku hanya terdiam belum bisa menerima kenyataan ini. Bahwa aku ditinggalkan seseorang yang aku sangat sayangi dalam waktu sesingkat ini. Aku dihadapkan pada cinta yang hanya semusim saja.  **
 Cerpen Cinta Semusim ini juara 1 dalam lomba kepenulisan cerpen bertema Ibuku Surgaku yang diadakan oleh Forum Aktif Menulis (FAM) Publishing. 

Cerpen


Lelakiku Lelaki Ibuku
Oleh Agus Yulianto


Maafkan aku sayang…
Aku khilaf  telah melakukan itu padamu
Aku sangat mencintaimu
Aku tidak akan berhenti untuk meraih cintaku kembali

Sebuah pesan singkat yang setiap hari kau kirim padaku. Muak aku membacanya. Aku banting ponsel pemberianmu itu. Aku menangis di sudut kamar kecilku. Aku sungguh tidak percaya akan semua itu. Kau biadab! Perbuatanmu tak lebih dari seorang gigolo jalanan.
            Hubunganku dengan Dion sudah berakhir semenjak aku tahu drama perselingkuhannya. Perselingkuhan yang menyayat hatiku. Semenjak kejadian itu aku tidak bisa memaafkannya. Kau menodai cinta suci yang aku berikan tulus padamu. Aku menangis dan meratap pilu. Menyesal sungguh aku mengenalmu.

***
 Ibu memang wanita yang pandai merawat diri. Di usia yang ke 40 tahun masih terlihat cantik dan energik. Semenjak berpisah dengan ayah, ibu banyak menghabiskan waktunya diluar. Kumpul sama teman-temannya; arisan, jalan-jalan ke mall bahkan sempat liburan selama satu bulan ke pulau Dewata.  Kecantikan yang dimiliki ibu memukau setiap mata lelaki. Ibu kelihatan lebih muda bahkan kalau disejajarkan dengan diriku seperti kakak adik.  
Pada suatu hari tepatnya malam minggu. Aku sengaja jalan-jalan sendiri ke Paragon Mall. Menikmati malam minggu tanpa seorang kekasih. Biasanya aku habiskan waktu malam minggu bersama Dion, lelaki yang sudah setahun ini mengisi hari-hariku. Hubungan kami sangat romantis. Ketika mata ini sedang menikmati keramaian di setiap sudut mall. Ada sebuah pemandangan yang membuat mulut ini terbungkam. Bahkan membuat hati ini pecah berkeping-keping. Sebuah pemandangan yang tidak wajar. Awalnya aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Namun setelah aku amati tidak salah lagi kalau yang aku lihat benar apa adanya. Dion dan ibuku bergandengan mesra. Layaknya sepasang kekasih. Aku perhatikan begitu banyak barang belanjaan yang mereka bawa. Aku sudah tidak kuat melihat adegan mesra itu. Kaki ini lemas tak sanggup melangkah. Mata ini terasa kabur. Kepala seakan berputar-putar. Mata mulai tak sanggup menahan bendungan air mata. Aku mencoba berdiri tegak dan meninggalkan mall ini.
***
Di sepanjang perjalanan pulang aku hanya menangis. Hingga sopir taksi bingung dengan sikapku.  
“Mbak, mau turun dimana,” tanya sopir taksi dengan nada penuh ke hati-hatian.
Hanya suara tangisku yang terdengar. Sopir taksi bingung melihat diriku yaang tidak berhenti menangis. Aku seka air mata. Menguatkan hati ini. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi. Tapi, tidak mungkin mimpi. Jelas sekali apa yang aku lihat di mall. Malamku hancur, tidak aku temukan kebahagiaan di malam minggu ini.
“Turun di perumahan Lawu Asri blok 11, Papahan Karanganyar, ya, pak,” jawabku yang masih sesenggukan.
Setelah sampai di rumah. Aku langsung menuju kamar. Aku menjatuhkan tubuh ini dalam tempat tidur. Air mata semakin deras mengalir.  Kenyataan yang belum dapat diterima. Aku bangun dari tempat tidur. Berdiri tegak sambil memandang foto Dion yang terpasang di dinding kamar. Aku ambil bingkai fotonya lalu ku banting. Pecah, remuk. Aku maki-maki foto itu. Hingga diri ini terduduk lemah. Meratap pilu terhadap semua kejadian malam ini.  Sebuah petaka  yang tidak akan terlupakan seumur hidupku.
Ibu yang menjadi panutan dalam hidupku telah berjalan mesra dengan pacarku  seperti sepasang kekasih. Hancur melihat kemesraan itu. Kenapa ibu tega pada diriku, anaknya?
***

Malam sekitar pukul 24.00. Suara mobil sedan memasuki pelataran rumah. Aku lihat dari balik tirai jendela kamar. Ibu balik sendiri tanpa Dion. Bahkan barang belanjaanya tidak di bawa sama sekali. Ibu masuk rumah dengan wajah sumringah. Aku menangis melihat perangai ibu yang begitu kejam. Dosa apa yang sebenarnya aku lakukan pada ibu. Hingga dia tega melakukan semua ini padaku.  Seharusnya dia paham bahwa lelaki itu kekasihku. Apakah tidak ada lelaki di dunia ini selain Dion? Hati ini menjerit.
Seketika ibu masuk ke dalam kamarku. Pintu  lupa tidak dikunci. Melihat kondisi kamar yang berantakan membuatnya kaget. Wajahnya cemas melihat kondisiku yang acak-acakan.
“Apa yang terjadi dengan dirimu San?” tanyanya  sambil memegang wajahku. Aku hanya menangis. Aku tidak tahu apa yang harus ku katakan tentang pemandangan yang aku lihat di mall.
“Coba jelaskan pada ibu,”
“Tidak ada yang harus Sani jelaskan. Seharusnya ibu sudah tahu,”
“Maksud kamu apa? Ibu tidak mengerti dengan semua ini,”
Aku mencoba melepaskan tangan ibu yang memegang wajahku. Sebuah jarak ku ambil perlahan untuk menjauh darinya. Tangan ibu mencoba merengkuhku. Tapi aku tak menghalaunya.
“Bicarakan pada ibu San, masalah apa yang kamu alami.”
“Ibu pembohong. Ibu tega melakukan semua itu pada Sani.” Suaraku mulai meninggi. Melihat reaksiku ibu kaget. Dia masih tidak paham dengan semua ini.
“Maksud kamu berkata itu apa...” air mata wanita yang berhiaskan untaian emas di lehernya mulai menetes. Aku perlihatkan sebuah foto kemesraannya dengan Dion melalui smarphoneku.
“Ibu tega sekali melakukan semua itu padaku. Kenapa?” air mataku bercucuran begitu deras. Suaraku mulai serak. Aku banting Vas bunga yang ada di meja riasku. Melihat sikapku yang semakin memberontak ibu terlihat khawatir. Ibu mencoba menenangkan diriku. Mencoba menghirup nafas dalam-dalam dan ingin merangkulku. Tapi, aku mencoba menghindari pelukan ibu. Akhirnya, ibu tersadar dengan perkataanku. Matanya terpejam sejenak. Merenungi apa yang dia lakukan malam ini.
“Maafkan ibu, San...”
Aku minta ibu menjauhiku. Wanita itu akhirnya keluar dengan langkah yang begitu berat seakan tidak rela meninggalkanku sendiri.  Aku tutup pintu rapat degan diiringi suara jedoran pintu yang keras.
“ Sani…buka pintunya. Ibu mau bicara sebentar sama kamu,” suara itu terdengar dari luar kamarku.
“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua sudah terlihat dengan jelas. Ibu tega melakukan semua itu pada anak sendiri.”  Aku hanya menangis sekeras-kerasnya.
“Maafkan ibu, San..” suara wanita itu terdengar lirih bercampur suara isak tangis.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan...” Aku abaikan permintaan maaf ibu. Ibu sudah menggores hati ini begitu dalam.
 Pintu kamar masih tertutup. Wanita itu akhirnya pergi meninggalkan aku sendiri. Aku masih menikmati air mata piluku.
Tubuh ini terasa lelah. Aku terlelap dalam dekapan malam yang menyisakan luka.
***
           
Pagi seharusnya bisa aku nikmati. Tapi udara-udara yang sejuk ini menjadi hambar.   Tidak ada semangat dalam menjalani alur hidup ini. Sebuah drama yang begitu menyayat jantung.
Aku masih malas untuk bersuara. Ibu mendekatiku. 
“Bukan maksud Ibu merusak hubungan kalian berdua”  Perempuan setengah baya itu  bersimpuh di depanku. Suara isak  tangisnya membuat hatiku semakin terenyuh. Aku hanya diam. Tatapanku kosong.
“Lalu, kenapa ibu tega merebut Dion dari kehidupan anak ibu sendiri?”
“Maafkan ibu..
            “Aku minta kau kembali pada Dion, dia anak yang baik , sangat sayang padamu. Maafkan Ibu, San…” aku masih diam seribu bahasa. Telinga ini menjadi tuli, hati ini menjadi mati, bibir ini terpaku.  Sungguh luka tak sekedar luka yang aku rasa. Perempuan itu memeluk erat tubuhku. Mengusap air mataku. Mencium keningku. Tapi, tak aku rasa barang sedikit pun. Semua telah mati rasa. 
Bayangan wanita yang menyusui waktu kecilku dulu perlahan menjauh dari hadapanku. Suara deru mobil sedan juga turut serta meninggalkanku. Melaju kencang membawa ibu entah kemana. Air mata ini menetes perlahan. Hatiku berkata jangan pergi ibu.  
                                                                  ***

Kebun Teh, Kemuning           
“Beginilah hidupku sekarang,” tuturku pada lelaki itu. Aku ceritakan semua kisahku dengan Ibu. Semua memang sudah terjadi. Dan kini, aku tidak tau keberadaannya.
“Aku ingin kembali padamu San,..” pintanya padaku.
Semenjak kepergian ibu,  Sani menjadi wanita yang keras terhadap setiap lelaki. Begitu banyak lelaki ingin mendapatkan hatinya.. Tapi masih diselimuti rasa ketakutan.  Ketika hal itu akan terlukis kembali dalam kisah cintanya.
             “ Kau tau betapa dalamnya aku mencintaimu....
Aku melihat sekilas wajah Dion  ada semburat kesungguhan untuk kembali merajut cinta yang telah rapuh. 
            “Aku akan kembali padamu Dion, asalkan kau dapat bawa kembali Ibuku?” pintaku padanya.
Seketika itu aku pergi dari hadapannya. Meninggalkan nuansa hijau semerbak harum teh. Cinta itu membuat aku harus kehilangan segala-galanya. Orang yang berarti dalam kehidupanku kini pergi entah kemana. Namun, aku akan terus mencarinya sampai kapan pun. Meski hati ini telah terluka, tapi aku tetap menyayanginya.
            Udara dingin menyengat kulitku. Syall yang dulu dirajut ibu aku kenakan untuk menutupi leher yang mulai diserang udara dingin.  Kehangatan beigutu terasa seperti dalam pelukannya.  Hati ini masih menyimpan rasa sayang.  Kini, aku sendiri tanpa kekasih dan orang yang berharga dalam hidupku.
Hingga waktu terus berlalu masih  belum aku ketahui kabar darinya. Ibu.**

di muat di koran Radar Bekasi 








Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...