Showing posts with label CERMA CERPEN. Show all posts
Showing posts with label CERMA CERPEN. Show all posts

Sunday, July 25, 2021

CERITA REMAJA KORBAN KEKERASAN


 

Korban Kekerasan

Oleh Agus Yulianto

 

            Suara riuh siswa kelas XI SMA Pertiwi pagi ini membuat para guru berhamburan ke luar.  Si jagoan membuat ulah kembali. Dua lelaki bertubuh jakung dan gempal beradu kekuatan di saat matahari mulai memberi aroma panas di lapangan yang berukuran 28,5 meter dan lebar 15 meter itu.  Kejadian itu tentu saja menjadi tontonan para siswa dari balik jendela kelas.

Pak Roni pun mendatangi aroma yang mengundang keribuatan.  Selaku guru Bimbingan Konseling (BK) yang dikenal sangat galak. Ia langsung  turun tangan  melerai keduanya. Darwis  sudah memasang kuda-kuda dan Brenden kedua tangannya mengepal seperti petinju. Sebelum adu jotos berlanjut. Keduanya diamankan di ruang BK.

***

Awal mula pemicu masalah adalah Darwis. Dia pertama kali mengejek Brenden karena penampilannya kelihatan cupu. Brenden tidak terima dengan ejekan yang dilontarkan Darwis. Kesabaran Brenden pun sudah hilang. Akhirnya, terjadilah pemukulan yang dilakukan oleh Brenden. Dan Darwis pun membalasnya.

Darwis sudah berulang kali membuat keonaran di sekolah. Pihak sekolah tidak tahu yang melatar belakangi sikap Darwis berubah seratus derajat. Waktu kelas X dulu sikap anak itu sangat santun. Tidak tahu kenapa semenjak naik kelas XI semua berubah begitu cepat.

Pihak BK hingga saat ini masih belum menemukan penyebab  perubahan sikap Darwis. Pak Roni berinisiatif memanggil orang tua Darwis untuk datang ke sekolah.

**

“Maafkan anak saya, Pak?” suara parau seorang wanita yang berada di ruang BK terdengar memelas. Wanita yang ditaksir berusia empat puluhan itu wajahnya menunduk. Memohon dengan sangat agar anaknya tidak di drop out (DO) dari sekolah.

Air mata pun turut serta mewakili perasaannya. Wajahnya pun sudah terlihat layu. Seakan tidak ada gairah untuk hidup. Dia adalah ibunya Darwis.

Terlihat di beberapa bagian wajah ada sedikit luka lebam. Ujung bibirnya ada sebuah goresan luka. Seperti bekas tamparan.

Pak Roni yang saat itu didampingi Ibu Siska dengan penuh haru mendengarkan keluh kesahnya. Air bening pun tidak terasa menetes dari sudut mata Ibu Siska.

Kedua guru BK itu akhirnya memahami dibalik perubahan perilaku Darwis. Ternyata kehidupan rumah tangga kedua orang tua Darwis tidak begitu harmonis. Setiap malam selalu disuguhi adegan kekerasan. Ayah yang seharusnya menjadi pelindung keluarga. Malah sebaliknya menjadi penjahat keluarga.

Menurut cerita ibunya hal itu disebabkan karena perusahaan yang dimiliki ayahnya mengalami ke bangkrutan. Mau tidak mau harus menanggung beban hutang.  Mengingat seluruh aset yang dimiliki sudah habis terjual. Semenjak itu sering terjadi percekcokan hingga akhirnya berujung pada tindak kekerasan.

Kekerasan tidak hanya terjadi pada ibunya. Darwis pun juga sering mendapat tendangan dari ayahnya karena masalah sepele. Kejadian itu tidak terjadi sekali akan tetapi hampir setiap hari. Semua itu dinikmati Darwis dengan luka yang menganga. Meski hatinya remuk redam lelaki yang dijuluki mirip penyanyi asal Korea Choi Min-Ho ini berusaha tegar. Meski ia menangis di atas sajadah yang tebentang.

Mendengar cerita dari Ibunya Darwis. Kedua mata Pak Roni dan Bu Siska saling beradu pandang. Mencari solusi terbaik untuk masa depan Darwis. Sangat disayangkan jika Darwis harus dikeluarkan dari sekolah. Sebab anak itu pintar dan selalu juara dalam setiap perlombaan.

Demi masa depan Darwis agar lebih baik. Pak Roni dan Bu Siska menawarkan sebuah tempat tinggal sementara untuk Darwis.  Asrama yang terletak tidak jauh dari sekolah. Sebenarnya asrama itu diperuntukkan untu anak-anak program Boarding School.

Ibunya Darwis tidak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi, semua itu akan dikembalikan juga pada Darwis. Jujur Ibunya tidak rela melepas Darwis. Namun bagaimana lagi kalau memang semua itu untuk kebaikan anaknya. Segala bujuk rayu dilakukan ibunya. Akhirnya, Darwis menerima tawaran itu.

Semoga kau kelak menjadi lelaki yang menghargai wanita. Perlakukanlah wanita selayaknya wanita. Sebab wanita itu ibarat kaca yang berdebu. Jangan terlalu keras membersihkannya. Nanti mudah retak dan pecah. Ucap ibunya dalam hati. Sambil memeluk erat anak lelaki satu-satunya itu.**


Dimuat Koran Harian Minggu 14 Juni 

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...