Wednesday, January 1, 2020

Cerita Anak


Olahraga Bersama Ayah


Setiap hari minggu Dodi lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar tidur.  Dodi lebih memilih nonton televisi daripada berolahraga. Memang anak seusia Dodi lagi senang-senangnya menonton film kartun yang tayang setiap hari minggu. Dodi saat ini duduk di kelas empat sekolah dasar di SD Negeri I Solo.
.  Melihat sikap Dodi yang tidak pernah berubah. Ayahnya mencoba mencari solusi agar kebiasaan buruk itu dapat hilang. Ayahnya membuat program olahraga pagi di setiap hari minggu. Salah satu olahraga yang paling mudah yaitu  lari. Mengingat Dodi tidak suka  jenis olahraga yang berat.
Ayahnya pun menyampaikan rencana itu pada Dodi.  Awalnya Dodi menolak. Sebab Dodi tidak suka berolahraga, “Aku tidak mau lari ayah. Lari bikin capek.” Bantah Dodi.  Wajahnya terlihat cemberut.
“Dodi lari itu dapat menyehatkan badan.” Jelas ayahnya. Namun  Dodi abai malah  asyik nonton film kartun.
“Aku tidak mau!” Seru Dodi menolak ajakan ayahnya.  Melihat sikap Dodi ayahnya mencoba membujuk dengan penuh kesabaran.   Ayahnya memberikan nasehat akibat orang yang malas berolahraga.
“Orang yang malas berolahraga akan mudah terserang penyakit. Selain itu badannya akan jadi gendut.” Ayahnya dengan penuh kesabaran duduk di samping Dodi.  
“Aku tidak mau jadi gendut.” jawabnya cuek.
 “Maka dari itu Dodi harus berolahraga. Kalau Dodi rajin berolahraga badan menjadi kuat dan tidak mudah sakit.” jelas ayahnya pada Dodi. Namun, Dodi mengacuhkan nasehat ayahnya.
Ayahnya berusaha membujuk agar mau berolahraga. Sebab ada rasa khawatir jika tidak dibiasakan berolahraga  akan mengakibatkan sifat malasnya semakin bertambah.
“Nanti kita lari-lari di Car Free Day sambil melihat pertunjukan dari komunitas pecinta binatang.” Bujuk Ayahnya yang tidak kehabisan akal agar Dodi mau berolahraga.
 Dodi pun seketika mematikan televisi dan mendekat pada ayahnya.
“Baik ayah aku mau olah raga lari, tapi habis lari nanti kita melihat pertunjukan binatang ya?” pinta Dodi  penuh manja pada ayahnya. Dodi memang anak penggemar binatang. Di rumahnya ada beberapa binatang piaraannya seperti kucing Chinchilla, kelinci Angora, burung  Lovebird  dan berbagai jenis ikan hias.
***
Dodi dan ayahnya mempersiapkan diri untuk lari-lari pagi di CFD. Olahraga lari memang sengaja dilakukan  di Car Free Day agar Dodi senang. Jarak antara area CFD dengan rumah Dodi tidak begitu jauh.   
Melihat perubahan sikap Dodi, ayahnya sangat  senang sekali. Dengan berolahraga berharap  sifat malas dan kebiasaan nonton televisi setiap pagi  habis bangun tidur perlahan-lahan mulai hilang. 


Menulis Memoar, Mengapa tidak?


Setiap orang memiliki kisah, pengalaman, catatan atau rekaman tentang masa lalu. Kisah-kisah yang bertaburan suka maupun duka menjadi teman perjalanan dalam mengarungi hidup ini. Ada sebuah istilah “Life is a journey” yang memiliki makna bahwa kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang diawali dengan Birth dan diakhiri dengan Death. Kemudian diantara keduanya ada choice yang berarti suatu pilihan. Perjalanan hidupa kita tidak lepas dari ketiga hal itu.
             
BIRTH-------CHOICE----DEATH

              Setiap kisah dalam perjalanan hidup ini kalau hanya dibuang begitu saja tentu sia-sia belaka. Maka perlu kita kemas dengan semenarik mungkin pengalaman hidup ini. Berharap orang-orang disekitar dapat belajar dari setiap sisi perjalanan hidup. Belajar dari sisi positif maupun sisi negatif. Agar kisah hidup kita berkesan dan menjadi sebuah kado untuk masa depan anak-anak bahkan cucu. Bingkailah kisah itu dalam sebuah bentuk tulisan bernama Memoar.
            Memoar merupakan catatan atau rekaman perjalanan hidup seseorang yang hanya sekelumit dari yang dikisahkan. Memoar bisa dikatakan tulisan kenangan, inspiratif yang berisi ide atau gagasan (menyerupai outobiografi) dengan menekankan pendapat, kesan, dan tanggapan penulis atas peristiwa-peristiwa pribadi yang direfleksikan dengan kehidupan sekitar. Memoar hampir mirip dengan outobiografi, namun bedanya memoar mengambil potret peristiwa tertentu dalam hidup seseorang. Memoar cenderung gaya membacanya seperti novel. Penggunaan bahasa dalam menulis memoar lebih santai, beragam kosa kata bahasanya dan hanya informasi relevan yang dimasukkan, tidak semua hal tentang hidup seseorang penulis harus dijelaskan.
            Ada beberapa judul buku menulis bersama sebuah memoar yang penulis pernah garap. Antara lain; Memoar Bermasjid (2017) penerbit Langgar Soeka Batja yang secara singkat dalam kisah buku ini tentang kisah masa kecil bermasjid. Salah satu penerbit indie yang penulis sering kali mengikuti event menulis Memoar yang berada di Solo yakni Diomedia. Merupakan salah satu penerbit yang mencoba mengambil peluang untuk menerbitkan buku-buku memoar yang saat ini masih sedikit penerbit yang melirik tentang menulis memoar. Beberapa tulisan tentang memoar yang penulis ikuti  di penerbit Diomedia; Memoar Guru Mengajar (2018) Penerbit Diomedia yang berisi kisah tentang pengalaman seorang guru ketika mengajar di dalam kelas, berkomunikasi dengan murid dan orang tua siswa, Memoar Bahagia Bersama Ibu Tercinta (2018)  berkisah tentang kenangan dan kebahagiaan sewaktu kecil bersama ibu tercinta, Memoar Patah Hati (2019) sekumpulan kisah-kisah orang yang tuna cinta dalam perjalanan kisah percintaan seringkali ada yang membuat patah hati, Memoar Bahagia Bersama Bapak Tercinta  (2019) perjalanan hidup bersama seorang bapak yang sering kali terlupakan, dan Memoar Pegiat Literasi (2019) kumpulan kisah para pecinta literasi dalam menyiarkan dan mengenalkan tentang literasi.
            Bagaimana menulis memoar?
             Menulis memoar menurut pandangan penulis lebih mudah daripada menulis cerpen atau novel. Sebab dalam menulis memoar lebih leluasa dan bebas serta tidak perlu memikirkan sebuah teknih seperti halnya ketika menulis cerita fiksi. Sebab orang lebih leluasa ketika dirinya menulis tentang kisahnya sendiri. Berikut penulis sajikan tips menulis memoar:
1.        Belajarlah mengeksplorasi diri sendiri
Salah satu tahap ketika menulis memoar harus berani mengeksplorasi diri sendiri dengan mengeluarkan catatan-catatan pribadi yang lebi dikenal dengan diary, foto-foto kenangan atau benda-benda yang menyimpan kenangan berkesan. Lalu, coba fokuskan diri pada sebuah kisah yang paling berkesan.
2.        Melihat kembali perjalanan hidup
“Everyone has story to tell”  setiap orang pasti memiliki kisah yang berkesan dan berbeda. Tuliskan cerita tentang hidupmu yang berbeda dan coba lepaskan semua. Jangan menunggu hal yang luar biasa, karena salah satu tantangan menulis memoar itu adalah cerita yang kita tulis dapat menginspirasi.
3.      Memulai menulis cerita yang menarik pembaca.
Kebiasaan seorang yang baru menulis adalah seringkali menulis sebuah cerita dari awal. Dalam menulis memoar hindari menulis secara kronologis. Mulailah menulis cerita yang dapat menarik hati para pembaca untuk membacanya tanpa memikirkan hasilnya. Ingat menulis memoar bukan menulis cerpen atau novel.
4.      Menghidupkan aliran emosi dalam diri penulis.
Coba ketika menulis memoar tulislah dengan hati.  Sebab dengan menggali emosi atau perasaan akan menjadikan semakin bersemangat untuk menulis. Selain itu jika menulis dengan hati maka hasilnya pun akan menarik dan jelas, bahkan menginspirasi para pembaca.
5.      Menulis memoar harus jujur dalam bercerita.
Seringkali penulis ketika mengisi pelatihan kepenulisan atau workshop mendapat sebuah keluh kesah dari para peserta bahwa ada rasa malu bahkan ketakutan ketika menulis cerita. Mereka khawatir apa yang ditulisnya merupakan pengalaman nyata atau kisah pribadinya. Modal jujur pada diri sendiri ketika menulis cerita atau memoar adalah sangat penting sekali untuk keberhasilan dalam menghasilkan kisah yang inspiratif. Hilangkan rasa takut, khawatir kalau perjalanan hidup kita nantinya mendapatkan efek negatif dari pembaca. Selain itu dalam menulis memoar harus memperhatikan kejelasan dalam setiap tulisan-tulisan agar tidak membingungkan pembaca.
6.      Ajaklah pembaca agar larut dalam setiap kisah yang ditulis.
Dalam teknik menulis sering mendengar sebuah kata nasihat dalam menulis cerita ‘show, don’t tell” hal itu berlaku dalam menulis memoar. Sebagai penulis memoar harus dapat mendiskripsikan ceritamu agar pembaca tahu apa yang terjadi. Bawalah pembaca untuk merasakan emosi yang mendorong mereka agar terus menghabiskan kalimat demi kalimat dalam ceritamu.
7.      Gunakanlah dialog dan bahasa metafora
Menulis memoar tidak jauh berbeda dengan menulis cerita fiksi. Hal yang membedakan terkait masalah teknik. Dalam menulis memoar bisa menggunakan dialog/percakapan dan bahasa-bahasa metafora bertujuan agar pembaca tidak bosan dan tentunya lebih menarik.
8.      Tanamkan rasa percaya diri
Ketika memutuskan untuk menulis sebuah memoar harus percaya diri bahwa apa yang kita tulis dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca. Sehingga menjadikan diri dan orang lain semakin bijaksana.

Menulis memoar tidak harus memiliki masa lalu yang pahit atau pengalaman yang sangat menarik. Ingatlah! Setiap manusia mencoba ingin menemukan makna dalam setiap perjalanan kehidupannya. Dan cara untuk menemukan maknanya itu tentu saja berbeda-beda. Salah satunya dengan mengabadikan melalui menulis memoar.

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...