Where there is no struggle,
there is no strength
(Oprah Winfrey)
Ada sebuah cerita seorang anak muda yang berprofesi
sebagai guru SD. Selama bekerja sebagai guru dia tidak pernah mengecewakan
pimpinanannya sedikitpun. Segala pekerjaan dia kerjakan dengan baik. Terutama
tugas utamanya mengajar di kelas. Tidak pernah dia meninggalkan kelasnya
kecuali ketika ada rapat atau tidak masuk karena sakit atau ada acara dinas.
Bahkan pemuda ini menjadi guru yang diidolakan oleh anak-anak didiknya bahkan
orang tuanya. Sebab anak muda ini selalu menjaga pola komunikasi yang baik
dengan pihak orang tua. Sehingga para orang tua sangat respek dan kagum dengan
guru yang statusnya masih lajang itu.
Anak
muda ini terkenal dengan pribadinya yang mudah bergaul dengan siapa saja.
Sehingga kehidupan sosial di lingkungan kerjanya bisa dikatakan sangat baik.
Kehadiran guru muda ini memang menumbuhkan semangat dan harapan baru untuk
perkembangan sekolah tersebut. Perjuangan yang dilaluinya ketika ke sekolah tidaklah
suatu hal yang mudah. Jarak yang ditempuh antara rumahnya dengan sekolahnya
bisa dikatakan sangat jauh. Perlu
diketahui ketika dia berangkat kerja pukul 05.00 pagi agar tidak terlambat ke
sekolah. Sebab dia sadar jarak antara rumahnya Karanganyar ke Boyolali sangatlah
jauh. Meski dia berangkat pagi tiba di sekolah pun pasti selalu tepat pukul
07.00 di karenakan jaraknya yang jauh.
Anak muda itu sangat menikmati dan senang dengan
profesinya sebagai guru. Anak-anak didiknya merupakan sumber utama kekuatan
dirinya untuk terus bertahan meski bila dikatakan penghasilan yang di dapatkan
masih dibawah UMR. Namun, anak muda itu abai dengan penghasilan yang dia
dapatkan. Dia menyakini bahwa Allah swt. akan memberikan rezeki yang lebih
ketika menjalani pekerjaan sebagai guru dengan ikhlas. Guru itu pekerjaan yang
mulia ketika menjalaninya dengan ikhlas. Sebab di setiap ucapan, perilaku
selalu menjadi teladan untuk anak-anak didiknya. Berasal dari itulah pahala
akan mendatangi. Karena ucapan yang baiklah murid menjadi baik ketika
berbicara. Karena sikap dan perilakunya maka murid akan mencontohnya. Jadi di
dalam diri seorang guru mengandung
pahal-pahala yang cukup banyak. Apalagi ketika guru menyampaikan sebuah nasehat
dan ilmu pahalanya jauh lebih besar.
***
Pada suatu ketika menjelang hari raya tepatnya bulan
Ramadhan. Guru muda itu mendapatkan sebuah surat cinta dari yayasan yang
menaungi sekolahnya. Bukan hanya dia saja akan tetapi, seluruh guru dan tenaga
pendidik juga mendapatkan surat yang sama. Surat itu dibungkus dengan rapi. Di
sampul surat sudah tertulis masing-masing nama penerimanya. Pihak yayasan pun
menyampaikan maksud dari surat yang diberikan kepada semua guru dan karyawan.
Bahwa surat itu berisi tentang pemutusan hubungan kerja dan perpanjangan
kontrak kerja. Wajah anak muda itu langsung pucat pasi tetapi dia masih optimis
bahwa PHK tidak akan menimpanya. Sebab selama ini kinerjanya tidak
mengecewakan. Setelah pihak yayasan meminta untuk membuka isi surat itu. Mata
anak muda itu terbelalak kaget ketika melihat barisan huruf yang bertuliskan
PHK. Air matanya ingin tumpah namun dia
berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Dalam hatinya berkata tidak ada
sesuatu yang perlu di sesali. Apa yang terjadi saat ini padanya merupakan
ketentuannya dan yakinlah pasti Allah swt., akan memberikan ganti yang jauh
lebih baik.
Anak
muda itu berusaha untuk tegar dan menampakkan wajah penuh optimis seakan-akan
tidak terjadi sesuatu padanya. Begitu juga dengan teman-temannya yang memiliki
nasib yang sama. Ada yang belum terima dan bahkan ada yang menangis.
Seolah-olah apa yang dilakukan dan diberikan untuk sekolah tidak ada artinya
sama sekali. Ketidakadilan seakan menimpa pada diri mereka.
Anak muda itu kemudian melajukan motornya dengan santai
sambil berucap istigfar dalam perjalanan pulang. Setelah sampai di rumah dia
mengatakan apa yang terjadi pada dirinya kepada ibunya, “Bu, aku dapat surat
PHK,” dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang sudah tidak bergairah. Lalu,
ibunya bilang, “Ya sudah, diterima saja. Gusti Allah akan memberikan pekerjaan
yang lebih baik terutama yang dekat dengan rumah.” Sebuah senyum mulai
berkembang dari wajah anak muda itu. Secercah motivasi dari seorang ibu
membangkitkan semangatnya untuk tidak berhenti mengejar mimpi.
Kawan,
sadarilah bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur. Siapa lagi kalau bukan
Allah swt. Dialah yang menentukan jalan hidup kita. Ketika terkena musibah PHK
ingatlah itu bukanlah akhir dari segala-galanya. Sadarilah rezeki itu sudah
diatur oleh Allah swt., dan pasti adil untuk kita. Hal ini juga ditegaskan
dalam sebuah surah Q.S.Asy Syuraa : 27, “ Dan jikalau Allah melapangkan
rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampui batas di muka bumi,
tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya
Dia Mhaa Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat.” Terkadang
kita susah untuk merasakan adanya limpahan nikmat bahkan terkadang kufur
mengingkari berbagai limpahan nikmat Allah. Nikmat itu baru terasa manakala
nikmat itu dicabut dari genggaman kita.
Anak
muda itu sekiranya telah berusaha ikhlas dalam bekerja sebagai guru karena
Allah dan niatnya bukan karena dunia semata, senantiasa melakukan kewajibannya
sebagai hamba Allah namun ternyata Allah mentakdirkan kena PHK maka bisa
diambil hikmahnya bahwa Allah dengan
kuasaNya ingin memberikan tempat ladang bekerja yang lebih baik, lebih barokah
lagi dibandingkan tempat kerja
sebelumnya dan Allah swt., dengan kuasaNya ingin memberikan kondisi
pergaulan ataupun kehidupan yang jauh lebih barokah dari pada kehidupan di
daerah tempat bekerjanya yang dulu. “Sesungguhnya tidaklah engkau
meninggalkan sesuatu karena Allah swt., kecuali Allah akan menggantinya dengan
yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad)**
No comments:
Post a Comment