Monday, December 7, 2020

PHK dan Kalimat Ibu

 


Where there is no struggle, there is no strength

(Oprah Winfrey)

           

Ada sebuah cerita seorang anak muda yang berprofesi sebagai guru SD. Selama bekerja sebagai guru dia tidak pernah mengecewakan pimpinanannya sedikitpun. Segala pekerjaan dia kerjakan dengan baik. Terutama tugas utamanya mengajar di kelas. Tidak pernah dia meninggalkan kelasnya kecuali ketika ada rapat atau tidak masuk karena sakit atau ada acara dinas. Bahkan pemuda ini menjadi guru yang diidolakan oleh anak-anak didiknya bahkan orang tuanya. Sebab anak muda ini selalu menjaga pola komunikasi yang baik dengan pihak orang tua. Sehingga para orang tua sangat respek dan kagum dengan guru yang statusnya masih lajang itu.

            Anak muda ini terkenal dengan pribadinya yang mudah bergaul dengan siapa saja. Sehingga kehidupan sosial di lingkungan kerjanya bisa dikatakan sangat baik. Kehadiran guru muda ini memang menumbuhkan semangat dan harapan baru untuk perkembangan sekolah tersebut. Perjuangan yang dilaluinya ketika ke sekolah tidaklah suatu hal yang mudah. Jarak yang ditempuh antara rumahnya dengan sekolahnya bisa dikatakan sangat jauh.  Perlu diketahui ketika dia berangkat kerja  pukul 05.00 pagi agar tidak terlambat ke sekolah. Sebab dia sadar jarak antara rumahnya Karanganyar ke Boyolali sangatlah jauh. Meski dia berangkat pagi tiba di sekolah pun pasti selalu tepat pukul 07.00 di karenakan jaraknya yang jauh.

Anak muda itu sangat menikmati dan senang dengan profesinya sebagai guru. Anak-anak didiknya merupakan sumber utama kekuatan dirinya untuk terus bertahan meski bila dikatakan penghasilan yang di dapatkan masih dibawah UMR. Namun, anak muda itu abai dengan penghasilan yang dia dapatkan. Dia menyakini bahwa Allah swt. akan memberikan rezeki yang lebih ketika menjalani pekerjaan sebagai guru dengan ikhlas. Guru itu pekerjaan yang mulia ketika menjalaninya dengan ikhlas. Sebab di setiap ucapan, perilaku selalu menjadi teladan untuk anak-anak didiknya. Berasal dari itulah pahala akan mendatangi. Karena ucapan yang baiklah murid menjadi baik ketika berbicara. Karena sikap dan perilakunya maka murid akan mencontohnya. Jadi di dalam diri seorang guru  mengandung pahal-pahala yang cukup banyak. Apalagi ketika guru menyampaikan sebuah nasehat dan ilmu pahalanya jauh lebih besar.

           

***

Pada suatu ketika menjelang hari raya tepatnya bulan Ramadhan. Guru muda itu mendapatkan sebuah surat cinta dari yayasan yang menaungi sekolahnya. Bukan hanya dia saja akan tetapi, seluruh guru dan tenaga pendidik juga mendapatkan surat yang sama. Surat itu dibungkus dengan rapi. Di sampul surat sudah tertulis masing-masing nama penerimanya. Pihak yayasan pun menyampaikan maksud dari surat yang diberikan kepada semua guru dan karyawan. Bahwa surat itu berisi tentang pemutusan hubungan kerja dan perpanjangan kontrak kerja. Wajah anak muda itu langsung pucat pasi tetapi dia masih optimis bahwa PHK tidak akan menimpanya. Sebab selama ini kinerjanya tidak mengecewakan. Setelah pihak yayasan meminta untuk membuka isi surat itu. Mata anak muda itu terbelalak kaget ketika melihat barisan huruf yang bertuliskan PHK.  Air matanya ingin tumpah namun dia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Dalam hatinya berkata tidak ada sesuatu yang perlu di sesali. Apa yang terjadi saat ini padanya merupakan ketentuannya dan yakinlah pasti Allah swt., akan memberikan ganti yang jauh lebih baik.

            Anak muda itu berusaha untuk tegar dan menampakkan wajah penuh optimis seakan-akan tidak terjadi sesuatu padanya. Begitu juga dengan teman-temannya yang memiliki nasib yang sama. Ada yang belum terima dan bahkan ada yang menangis. Seolah-olah apa yang dilakukan dan diberikan untuk sekolah tidak ada artinya sama sekali. Ketidakadilan seakan menimpa pada diri mereka.

Anak muda itu kemudian melajukan motornya dengan santai sambil berucap istigfar dalam perjalanan pulang. Setelah sampai di rumah dia mengatakan apa yang terjadi pada dirinya kepada ibunya, “Bu, aku dapat surat PHK,” dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang sudah tidak bergairah. Lalu, ibunya bilang, “Ya sudah, diterima saja. Gusti Allah akan memberikan pekerjaan yang lebih baik terutama yang dekat dengan rumah.” Sebuah senyum mulai berkembang dari wajah anak muda itu. Secercah motivasi dari seorang ibu membangkitkan semangatnya untuk tidak berhenti mengejar mimpi.

            Kawan, sadarilah bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur. Siapa lagi kalau bukan Allah swt. Dialah yang menentukan jalan hidup kita. Ketika terkena musibah PHK ingatlah itu bukanlah akhir dari segala-galanya. Sadarilah rezeki itu sudah diatur oleh Allah swt., dan pasti adil untuk kita. Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah surah Q.S.Asy Syuraa : 27, “ Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Mhaa Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat.” Terkadang kita susah untuk merasakan adanya limpahan nikmat bahkan terkadang kufur mengingkari berbagai limpahan nikmat Allah. Nikmat itu baru terasa manakala nikmat itu dicabut dari genggaman kita.

            Anak muda itu sekiranya telah berusaha ikhlas dalam bekerja sebagai guru karena Allah dan niatnya bukan karena dunia semata, senantiasa melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah namun ternyata Allah mentakdirkan kena PHK maka bisa diambil hikmahnya bahwa  Allah dengan kuasaNya ingin memberikan tempat ladang bekerja yang lebih baik, lebih barokah lagi dibandingkan tempat kerja  sebelumnya dan Allah swt., dengan kuasaNya ingin memberikan kondisi pergaulan ataupun kehidupan yang jauh lebih barokah dari pada kehidupan di daerah tempat bekerjanya yang dulu. “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah swt., kecuali Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad)**

 

No comments:

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...