Surat Untuk (calon) Istriku
Kepadamu,
Yang masih disembunyikan
Allah keberadaannya, yang masih terjaga sebagai rahasiaNya, semoga engkau
selalu dalam lindunganNya, dalam segala kebaikan, dalam sebaik-baik kebajikan.
Kenalkan, aku adalah
calon suamimu. Tentang siapa aku, akan sedikit aku ceritakan.
Tak banyak yang bisa kau
banggakan daripadaku. Seorang yang masih terus belajar dan belajar menjadi yang
terbaik bagimu. Yang berusaha untuk menjadi baik meski godaan selalu datang
menghampiriku. Yang mencoba menjaga diriku seutuhnya untukmu.
Tak ada yang bisa kau
banggakan daripadaku. Aku hanyalah seorang calon guru atau entah esok
diletakkan dimana rejekiku, aku ikuti aturannya Allah, aku manut saja. aku
ingin menghabiskan sisa-sisa waktuku denganmu, semampuku.
Tak ada yang bisa kau
banggakan daripadaku. Kaya? Tentu tidak, aku berasal dari keluarga sederhana,
ayahku seorang buruh, ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka tak memiliki
ijazah tinggi sepertimu, tapi mereka selalu berusaha yang terbaik untuk pendidikan
anak-anaknya hingga aku bertemu dengannya yang mungkin adalah hasil dari
perjuangan mereka menyekolahkanku setinggi ini? Kami sederhana, kami merasa
cukup. Yang menjadi kunci bukanlah seberapa banyak materi, tapi seringnya kami
bercerita bersama di depan televisi, saling terbuka satu sama lain, dan saling
merindu ketika tak ada perjumpaan satu sama lain.
Tak ada yang bisa kau
banggakan daripadaku. Kamu berharap aku dari keturunan yang baik-baik? Aku
mengaminkan. Meski tak sebaik keluargamu, tapi aku menganggap keluargaku adalah
keluarga terbaik yang pernah ku miliki. Entah ketika bersamamu, tapi aku
berharap kita bisa mewujudkan generasi-generasi terbaik dari keturunan yang
baik. Meski orangtuaku tak berpendidikan tinggi, tapi mereka ingin anaknya sekolah
tinggi. Dan benar, segala daya dan upaya mereka, dengan ketulusan doa mereka
kepada Sang Pencipta, harapan itu berwujud kenyataan, berwujud kesuksesan pada
empat bersaudara yang mereka lahirkan.
Tak ada yang bisa kau
banggakan daripadaku. Mungkin saja kamu mencari yang yang sederajat denganmu,
dan tentu tak kau jumpai padaku. Bisa jadi kamu salah alamat. Tapi yakinlah,
aku akan menjaga diriku untukmu, dengan hijab sebaik yang aku bisa. Aku akan
mempersering wudhu agar wajahku selalu tampak cerah ketika di hadapmu. Aku akan
tersenyum setulus hatiku. Seikhlas yang aku bisa, untukmu, iya, untukmu.
Tak ada yang bisa kau
banggakan daripadaku. Tapi sayang, lagi-lagi aku tidak bisa janji banyak
kepadamu. Bagaimana kalau jam tidurku lebih banyak dari jam tidurmu? Bagaimana
kalau aku menjadi sibuk di luaran sana sedang anakmu aku tinggal bersamamu? Tak
ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Pertimbangan wanita memilih bisa jadi
dari agamaku. Ketika jodoh adalah cerminan dari diriku, berarti aku harus
membaikkan diriku, terus membaikkan diriku, karena aku sadar, sekarang aku masih
belum baik. Aku mencintai Allah dengan sekadarku. Aku masih sering
menunda-nunda sholatku, lalai dalam mengaji, malas menghadiri kajian, dan
ogah-ogahan untuk menambah hafalanku .
Tak ada yang bisa kau
banggakan daripadaku.
Tapi, aku akan berusaha
menjadi yang terbaik bagimu. Yang mendengar ceritamu hari demi hari, yang
memberikan pundaknya untukmu bersandar ketika lelah menyerang. Yang berada di
belakangmu ketika kamu membutuhkan dorongan, dan yang merindumu ketika engkau
sedang jauh.
Aku, aku yang akan
mengajakmu atau lebih tepatnya memaksamu untuk pergi jalan-jalan karena aku tau
kamu sedang penat. Aku yang akan menuliskan huruf demi huruf yang membuatmu
tersenyum karena aku pandai berkata-kata untukmu. Namun ketika aku lelah, boleh
ya, aku memintamu untuk memainkan melodi sekadar menenangkan hati yang
terkadang pemiliknya pun tak mengerti?
No comments:
Post a Comment