Saturday, May 7, 2016

Essay



Membumikan Pendidikan Akhlak


            Saat ini para orang tua sedang disibukkan memilih sekolah untuk putra-putrinya. Berapapun mahal biaya tidak dihiraukan asalkan putra putrinya mendapatkan sekolah yang memiliki nilai lebih di bandingkan sekolah pada umumnya. Nilai lebih yang dimaksud dalam hal ini yaitu sekolah yang tidak hanya mengutamakan akademik akan tetapi, lebih menekankan pada pendidikan akhlak. Mengapa demikian? orang tua tentunya sangat khawatir sekali melihat kondisi anak-anak saat ini. Sering kali kita melihat anak-anak yang berperilaku layaknya orang dewasa. Bisa jadi hal ini menjadikan orang tua khawatir. Lalu apa hubunganya dengan sebuah lembaga pendidikan?  Menurut penulis lembaga pendidikan sangatlah memiliki peran dalam pembentukan karakter anak. Banyak sekali sekolah yang menawarkan jasa sebagai lembaga pendidikan yang unggul dalam prestasi disetiap iklannya.  Namun, sedikit sekali lembaga pendidikan dalam setiap iklannya menawarkan pendidikan akhlak. Menurut Abdul Rahman Islam sangat mementingkan pendidikan akhlak (Muhammad AR, 2003). Salah satu ajaran Islam yang sangat penting adalah Akhlak. Pendidikan Akhlak merupakan segmen yang terpenting bagi manusia pada umumnya. Sebab yang namanya manusia itu merupakan orang yang punya tatakrama, sopan santun, dan beradab dalam setiap aktivitas sehari-hari selama manusia itu masih berjalan di muka bumi. Menurut Ismail Ibrahim (1994) Akhlak meliputi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
            Ketika seorang manusia tidak lagi mengedepankan akhlakul karimah, maka pada saat itulah manusia memasuki wilayah kehewanan atau kebinatangan, dan sifat inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.  Sesungguhnya hakikat pendidikan menurut kacamata Islam adalah menumbuhkan manusia dan membentuk kepribadiannya agar menjadi manusia yang sempurna, berbudi luhur dan berakhlak mulia. Sehingga menjadi pendorong baginya untuk berbuat kebaikan dalam kehidupannya dan menghalangi mereka dari perbuatan maksiat.
            Ketika seorang anak tidak pernah dibekali dengan pendidikan moral sejak kecil. Maka saya mengatakan bahwa anak tersebut lebih ganas dari serigala dan singa yang tidak pernah belajar tentang hak asasi manusia di sekolah mereka hutan belantara. Kalau kita sebagai orang tua menyadari bahwa krisis moral yang melanda pada kurun waktu ini telah mencapai puncaknya. Akibatnya terjadilah pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
            Pendidikan moral tidak mengenal batas waktu dan tempat. Islam adalah agama moral dan akhlak. Agama Islam adalah agama moral. Oleh karena itu barangsiapa yang menganut dan menjalankan perintah agama Islam dengan sempurna maka orang itu dianggap memiliki akhlak yang bagus. Rasulullah saw pernah bersabda:”Yang paling baik Islamnya seseorang di antara kamu sekalian adalah mereka yang paling baik akhlaknya seandainya mereka mengerti.” Hadits tersebut memberikan gambaran bahwa tidak semua orang Islam itu baik akhlaknya dan kalau kita tidak betul-betul mau melaksanakan segala ajaran Islam secara kaffah, maka kita dianggap orang yang tidak berakhlakul karimah. Orang yang berakhlak mulia itu adalah orang mukmin dan setiap orang mukmin tersebut sudah otomatis berakhlak mulia.  Memang untuk mencapai taraf kemuliaan akhlak bukan suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerjasama antara orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah.
            Era globalisasi yang tengah berlangsung di era saat ini seolah-olah ingin mengesampingkan seluruh tatanan moral. Perkembangan teknologi begitu pesat. Tontonan atau hiburan yang sering kita lihat di televisi kadang tidak memberikan dukungan kepada anak-anak kita. Bahkan bisa dikatakan, merusak moral anak-anak kita. Seringkali kita melihat tayangan sinetron di televisi yang memberikan sajian-sajian yang vulgar. Setiap hari menjadi santapan anak-anak kita. Hal ini seharusnya menjadi bentuk rasa keprihatinan kita sebagai orang tua. Bahwa perkembangan teknologi tidak selamanya membawa dampak yang positif untuk anak-anak.  Puncak kerusakan moral moral yang sedang melanda bangsa ini semakin kompleks. Ini terlihat pada hubungan antara sesama guru seperti teman kencan, anak-anak SD sudah berani melakukan sex bebas (free sex),  hubungan guru dan murid seperti teman tapi mesra, hubungan orang tua  dengan anak yang semakin jauh dari nilai-nilai moral.  Selain itu hubungan antara masyarakat dengan pemerintah seperti domba dan serigala,  ulama dan penguasa selalu berada dalam kecurigaan.  Itulah realitas yang terpampang saat ini. Realitas yang ada saat ini adalah orang tua hanya bertugas melahirkan anak, guru mengajar hanya karena gaji bulanan, pemerintah hanya memikirkan pembangunan infra-struktur dengan sekian persen komisi.  Sementara akhlak anak-anak mereka semakin hari semakin luntur. Dampaknya munculah yang namanya penyakit masyarakat.
            Untuk mewujudkan sebuah komunitas bermoral maka sebagai orang tua harus dapat menjadi pihak yang pertama dalam memasukkan pendidikan akhlak di dalam keluarga. Guru dalam batas-batasan tertentu harus menunjukan sikap keikhlasan dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dalam setiap pembelajaran. Tugas guru di sekolah bukan hanya menjalankan aktivitas pendidikan di sekolah. Akan tetapi, bertanggung jawab pula terhadap perbaikan moral murid di manapun berada. Guru bukan saja seorang pemimpin dan pendidik di dalam kelas, akan tetapi sebagai tempat rujukan siswa-siswanya dalam menyelesaikan masalah pelajar itu sendiri. Oleh karena itu, peran orang tua  di dalam rumah tangga dan para guru di sekolah merupakan suatu keharusan dalam rangka mempedulikan akhlak para anak-anaknya.
            Betapa pentingnya peran lembaga pendidikan saat ini terhadap perkembangan moral anak. Tidak hanya sekedar unggul dalam prestasi. Seharusnya lembaga pendidikan lebih mengutamakan keunggulannya dalam pendidikan akhlak. Pandai-pandailah sebagai orang tua dalam memilih lembaga pendidikan untuk masa depan anak-anak kita.
  *dimuat di harian umum Joglosemar

Essay



Buku Masa Depan Anak
Oleh: Agus Yulianto*
Peminat Pendidikan Anak

            Beberapa waktu lalu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengendus peredaran komik yang berisi tentang cerita cinta sesama jenis atau lebih dikenal dengan Homoseksual yang telah beredar di toko buku. Buku yang diterbitkan oleh salah satu penerbit yang terkemuka di Indonesia ini sungguh sangat mencederai dunia perbukuan khususnya buku tentang anak. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan khusunya bagi para guru ataupun orang tua sendiri ketika dalam memilah buku bacaan anak . Seperti diketahui bahwa didalam diri seorang anak mempunyai potensi yang terpendam yang memiliki sejuta harapan dikemudian hari akan mengisi segala sektor di setiap bidang. Jangan sampai kita mencederai mereka dengan bacaan yang tidak mencerdaskan hanya demi meraup keuntungan semata!
            Seperti yang kita ketahui seorang anak belum dapat memilih bacaan anak yang baik untuk dirinya sendiri. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui tidak pedulikan cocok atau tidak untuknya karena memang belum tahu. Agar anak dapat memilih bacaan yang sesuai dengan perkembangan ke-dirian-nya, sebagai orang tua atau guru harus peduli dengan memberikan konsumsi buku bacaan yang tepat. Namun demikian, pemilihan bacaan anak haruslah tidak dilakukan secara serampangan atau berdasarkan selera subjektif dan kacamata orang dewasa. Bagaimanapun yang berkepentingan dalam hal ini adalah anak, maka kebutuhan anak harus menjadi kriteria pertama yang dijadikan pegangan. Pemilihan bacaan harus mempertimbangkan hal-hal tertentu yang telah diakui ketepatannya dan dapat dipertanggungjawabkan.
            Anak yang berstatus bayi mulai belajar bahasa lewat bunyi dan ucapan-ucapan yang didengarnya dari sekelilingnya. Pada mulanya anak tidak dapat membedakan bunyi-suara manusia dengan bunyi-bunyian yang lain, tetapi lama-kelamaan mampu membedakannya. Kenyataan bahwa seorang bayi berada dalam kondisi yang amat rentan dan tidak berdaya, bahkan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri, tidak dapat berbuat apa pun tanpa bantuan orang lain, tetapi dapat belajar berbahasa sungguh merupakan sebuah keajaiban. Apalagi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu hanya beberapa tahun, anak sudah mampu berbahasa, mampu menguasai bahasanya sendiri, suatu hal yang hampir mustahil terjadi pada diri orang dewasa. Oleh karena itu, orang kemudian mempertanyakan apa sebenarnya yang terjadi dalam diri anak yang diibaratkan sebagai kota hitam (black box) itu, yakni sesuatu yang menunjukan adanya unsur ketidakterpahaman tentang apa yang terjadi. (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 59).  Implikasi dari pemahaman terhadap proses pemerolehan bahasa anak tersebut bagi pemilihan buku bacaan anak,  yakni dalam pemilihan bacaan anak itu mestinya didasarkan pada materi yang dapat dipahami anak, yang dituliskan dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dibaca dan dipahami anak.
            Untuk itu, kita harus berfikir kritis memilihkan bacaan cerita anak yang sesuai dan efektif buat anak, bacaan yang baik dan sengaja ditulis untuk konsumsi anak-anak. Hal itu berarti bahwa kita, guru dan atau orang tua, haruslah memahami struktur dan bentuk buku bacaan, sebagaimana halnya kita memahami perkembangan cara berfikir anak, perkembangan emosional, sosial, dan bahasa, serta perubahan kriteria kemenarikan. Singkatnya, kita haruslah mempunyai kemampuan untuk memilih secara tepat bacaan-bacaan yang dimaksud dengan mempergunakan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.
            Persoalannya kini adalah tema dan moral apa yang baik untuk buku-buku anak? Dewasa ini memperoleh bacaan anak amat mudah. Di toko-toko buku tersedia amat beragam dan banyak buku bacaan anak yang disediakan pada rak-rak khusus. Buku-buku bacaan anak yang dimaksud terdiri dari berbagai genre, baik yang merupakan karya asli berbahasa Indonesia maupun karya-karya terjemahan, atau karya yang terdiri dari dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Buku-buku tersebut banyak yang sudah menunjuk dirinya untuk dipakai pada anak usia tertentu atau kelas tertentu sehingga kita tinggal memilih sesuai dengan keadaan anak yang akan diberi bacaan itu. Untuk bacaan anak usia awal sekolah pun banyak buku-buku bergambar yang ditulis dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Misalnya, buku Knowing ABC, Mengenal Huruf sambil mewarnai (usia 5-6 tahun) karya Mondy Risutra yang berisi gambar-gambar binatang dan aktivitas tertentu. Dengan demikian, lewat buku dan bantuan kita, anak sekaligus dapat belajar bahasa Inggris secara langsung dalam konteks bacaan cerita yang menarik.  Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia, selain yang merupakan karya kreatif, dalam arti karya asli para pengarang yang bersangkutan, juga banyak beredar buku-buku kumpulan dongeng dari berbagai pelosok tanah air di Indonesia. Misalnya buku-buku kumpulan dongeng berjudul Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan Cerita Rakyat dari Surakarta, keduanya merupakan karya Bakdi Sumanto. Sedangkan dalam kelompok buku terjemahan yang saat ini sedang bagus di pasaran seperti buku serial novel Harry Pooter  karya J.K Rowling, Buku serial  Goosebumps karya R.L Stine yang mengalir terus tidak ada habisnya. Demikian juga halnya dengan buku-buku komik impor yang tidak kalah meriah dan membanjirinya di berbagai toko, yang bahkan juga tersedia di toko-toko yang bukan toko buku, misalnya di mini market. Semua buku cerita tersebut menjanjikan cerita yang menarik, menjanjikan  petualangan yang imajinatif anak yang mencekam dan memuaskan.
            Hal itu belum lagi kita memperhitungkan bahwa berbagai surat kabar harian pun kini banyak yang menyediakan kolom  atau rubrik dunia anak. Demikian pula halnya dengan majalah. Bahkan, kini juga relatif banyak majalah yang sengaja diterbitkan khusus untuk dikonsumsikan kepada anak, misalnya majalah Bobo, Anak Sholeh, TK Islam, Ananda, dan lain-lain. Bahkan cerpen-cerpen (dongeng)  yang dimuat di majalah anak-anak kini juga diterbitkan ulang dibuat dalam bentuk antologi cerita anak.
            Artinya, dewasa ini anak-anak kita benar-benar dimanjakan dengan ketersediaan bacaan anak-anak demikian banyak pilihan bacaan yang beragam. Buku-buku tersebut, terutama yang berbentuk majalah, atau yang berupa kolom di surat kabar, pada umumnya tidak hanya memuat cerita-cerita, melainkan juga berisi berbagai hal penting yang perlu diketahui anak untuk memperkaya wawasan yang sengaja ditulis dengan kacamata anak yang berwujud tulisan-tulisan nonfiksi. Akhirnya juga harus dikemukakan bahwa sebenarnya tidak banyak anak Indonesia yang mempunyai kesempatan dimanjakan dengan berbagai buku anak. Anak-anak yang tinggal di pelosok atau daerah yang terpinggirkan, akan kurang dapat menikmati limpahan buku-buku berharga itu. Oleh karena itu, pihak sekolah atau lembaga yang terkait, yang peduli dengan anak dan masa depan mereka, yang notabene adalah aset bangsa  di masa depan, haruslah bersedia berkorban mengusahakan buku bacaan anak yang tepat dan mencerdaskan bukan, merusak moral. Selain itu, para penerbit dan toko-toko buku harus benar-benar menyeleksi buku yang masuk sesuai dengan budaya kita.
Dengan buku-buku inilah anak-anak layaknya seperti manusia dewasa pada umumnya dibantu untuk memahami dunia sekitar.Pengetahuan yang diperoleh dari proses membaca ini akan menjadi bekal mereka dimasa yang akan datang. Tugas kita mengarahkan dan mengajak serta memberikan contoh kepada mereka untuk membaca dan membaca. Seperti itu!

Wednesday, February 10, 2016

ARTIKEL



 Asyiknya Valentine Day


Bulan cinta kini sudah datang. Asyiknya nanti dapat cokelat dari orang tersayang. Selain itu pasti akan di ajak jalan-jalan atau main ke Villa. Aduhhh….asyiknya bisa merayakan hari kasih sayang di bulan Februari. Tapi, kenapa bulan kasih sayang itu hanya di bulan Februari?. Lalu, bulan kasih sayang itu datangnya dari mana? Nah..sobat sebagai remaja kita harus tahu tentang asal usul sebuah perayaan. Apakah itu perayaan hari kasih sayang atau perayaan apa saja. Biar tidak menjadi remaja kuper.
Anak remaja era saat ini pasti kenal dengan yang namanya valentine atau bahasa ng-popnya hari kasih sayang di bulan yang penuh cinta. Sebenarnya hari kasih sayang ini merupakan budaya orang-orang barat. Terus mengalir ke orang-orang Timur. Nah tanpa tau asasl usulnya dan manfaatnya apa. Kita langsung terjebak dengan budaya tersebut. Akhirnya, jadilah kita terserang virus Valentine day. Begini lho..ceritanya tentang valentine itu?
Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam islam disebut ‘Syuhada’). Yang karena kesalahan dan bersifat dermawan maka diberi gelar Saint atau Santo. Pada tanggal 14 Februari 270 M, St.Valentine di bunuh karena menentang dengan penguasa Romawi pada masa itu yaitu Raja Cladius II (268-270 M).  Untuk mengagungkan S. Valentine  yang dianggap sebagai symbol ketabahan, keberanian, dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup. Maka para pengikutnya memperingati hari kematian St. Valentine sebagai ‘upacar keagamaan’. Nah..coba kalian pikirkan matang-matang. Sebenarnya ketika kita merayakan hari kasih sayang itu sama halnya dengan merayakan hari kematian seseorang yang belum kita tahu siapa dia. Kira-kira ada manfaatnya tidak.
Lanjut cerita, sejak abad 16 M upacara keagamaan tersebut mulai beransur-ansur hilang. Dan berubah menjadi upacara bukan keagamaan. Hari Valentine dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi Kuno.  Yang disebut dengan ‘Supercalis’ yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani . Pesta Supercalis yang kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine.  Nahh…bagaimana apa sudah paham? Apalagi kalian sebagai remaja muslim merayakan hari kasih sayang apa tidak salah tuh! Aduhh…jangan sampai terjebak dengan budaya-budaya yang tidak ada manfaatnya. Hal ini sebenarya juga sudah diingatkan dalam sebuah Surah Al-An’am : 116 yang artinya :
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta(terhadap Allah).
I Sudah jelaskan? Kalau sebenarnya tidak ada manfaatnya ketika kita mengikuti sebuah budaya yang cenderung tidak membawa kita dalam hal kebaikan. Ok kita lanjutkan lagi tentang Valentine. Dalam bahasa Perancis Normandia pada abad pertengahan terdapat kata ‘ Galentine’ yang berarti gallant atau cinta. Persamaan bunyi antara galantine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dari sini dapat kita ambil pelajarannya bahwa budaya valentine tidak lebihnya sebuah budaya kepercayaan atau bahasa kerennya animism. Yang berusaha merusak aqidah atau keimanan kita. Sekaligus memperkenalkan gaya kehidupan ala ke barat-barat-an. Dengan berkedok percintaan, kasih sayang dan perjodohan. Perlukah kiranya kalau kita merayakan hari kasih sayang? Kasih sayang itu bisa kita berikan kapan saja tak ada batasnya. Tidak hanya dengan pacar saja. Kasih sayang bisa kita curahkan untuk ayah, ibu, kakak atau adik kita. Juga teman-teman kita. Tanpa sebuah symbol “cokelat” bisa kita wujudkan dengan sebuah sikap. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyadari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita iri hati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim.  Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain. Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerusakan-kerusakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisi dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa. (red/agus)

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...