Gara-gara Ayam Goreng
Oleh Agus Yulianto
“Ada apa dengan
ayam goreng?”, gara-gara ayam goreng inilah segala sesuatunya bisa berubah.
Mulai dari yang rasa manis tiba-tiba menjadi asam. Cerita ini berawal dari
sebuah kejadian yang sebenarnya tidak di sengaja tapi, bisa juga dikatakan
sengaja. Kalau mood kurang sehat bawaannya
semua serba salah. Kalau segala sesuatunya sudah masuk kedalam hati. Awalnya
dengan senyuman manis bisa jadi
kebalikannya menjadi senyum yang kecut. Aku bingung mau memulai cerita ini dari
mana. Biar tidak meluncur tanpa arah, langsung saja aku mulai ceritanya. Tapi,
kita kenalan dulu. Aku seorang guru di salah satu sekolah Islam terpadu di kota
Boyolali. Meskipun asliku dari Kota IntanPari Karanganyar.
Aku memiliki seorang sahabat, dia seorang
cowok guru juga. Suatu ketika dia habis selesai menjadi pengawas try out ujian
nasional tingkat Kabupaten di hari terakhir pelaksanaan ujian semua
pengawas dikasih nasi kotak. Awalnya
sih aku tidak menghiraukan apa yang dia bawa. Cuek bebek, karena aku sudah
sarapan nasi liwet yang barusan aku beli di pinggir bangjo. Perut masih
kenyang. Kalau tak paksa-paksa takutnya perutku kelebihan muatan. Tau kan
akibatnya kalau sampai kelebihan muatan. Hehehhe...pikir aja sendiri. Jangan jorok
ya.
Ketika dia
menawari aku nasi kotak dengan lauk ayam goreng yang aduhai aku tolak dengan
baik-baik. Saat itulah dia makan di depanku. Dengan lahap dan nikmatnya.
Kayaknya nikmat banget pikirku. Aduh! Jadi kepengin untuk ikut nimbrung makan ayam goreng. Minta tidak ya? Pikirku.
Tapi, demi jaga image aku tahan diri ini. Sambil berdoa Ya Allah
kuatkanlah imanku untuk menahan godaan kenikmatan ini. Dia menawari aku lagi tapi, penolakan yang aku
berikan. Sebenarnya diri ini kepingin. Nahh...gara-gara aku nolak pemberiannya.
Akhirnya, ayam yang aduhai tadi di kasihkan kepada teman sebelahnya. Mereka
berdua makan dengan lahapnya. Tanpa menghiraukan aku yang ada di depannya.
Seolah-olah diriku hanya sebuah bayang-bayang semu. Cuek bebek aku di anggap
tidak ada. Kasihan sekali ya aku.
Aku hanya
mengumpat dengan diri sendiri. Awas ya! Gara-gara ayam saja kau sudah melupakan
aku. Ingat ! kalau loe butuh bantuan gue jangan harap batinku. Pokoknya
di dalam diri ini adanya kesal melulu. Setelah selesai makan mereka langsung
pergi. Tanpa pamitan lagi. Astaga! aku sudah dilupakan. Ngakunnya sahabat.
Hanya gara-gara ayam goreng aku tolak kamu tega meninggalkan aku sendirian di
kantor. Pokoknya hati ini rasanya jengkel melulu.
Aku duduk di
meja kerjaku sambil mengerjakan
tugas-tugas administrasi. Sejenak aku lupakan kejadian itu. Anggap saja semua
ini apalah-apalah gitu. Sambil mengetik di depan laptob tiba-tiba sahabatku
datang dengan membawa sebuah jus mangga. Seger banget. Aku berfikiran pasti jus
itu buat aku. Tau tidak apa yang terjadi? Ternyata jus mangga buat wanita yang
di ajak makan ayam goreng tadi. Wajahku sudah semakin hitam seperti wajan
gosong. Tanpa pikir panjang aku labrak sahabatku tadi.
“Kamu itu tega
banget tow. Gara-gara aku tolak ayam goreng darimu. Teganya kamu melupakanku
dalam waktu semenit. Ngakunya sahabat. Kamu itu tidak ada sedikitpun pengertian
untukku. Lama-lama males aku sama kamu” pokoknya kemarahanku tidak bisa aku
bendung lagi. Seperti lahar gunung berapi yang muntah secara tiba-tiba. Aku pun
pergi meninggalkan dirinya.
Aku menuju ke
masjid untuk menenangkan diri. Supaya kemarahanku segera meredam. Handphoneku
berbunyi ada sebuah pesan datang dari Whatshap. Ternyata pesan dari dia
sahabatku tadi. Dalam pesan itu dia mengatakan minta maaf karena tidak peduli
denganku. Dia juga tidak tahu kalau aku suka juga dengan jus. Aku pun masa
bodoh dengan pesan itu. Akhirnya, aku mencoba untuk menenangkan diri dengan
membaca al-Qur’an. Setelah itu aku mencoba merenung. Kenapa aku seperti anak
kecil? Sedikit-dikit aku masukin ke dalam hati. Habis itu marah-marah tidak
jelas. Aduhhh...kok aku kayak orang gila. Ya Allah ampunilah aku atas ketidak
dewasaanku ini. Aku merasa bersalah dengan sahabatku tadi dan malu
tentunya.
No comments:
Post a Comment