Menggali
Sifat Empati Anak
Memahami keadaan orang
lain sangatlah di perlukan dalam
kehidupan era saat ini. Hal ini dikarenakan, memahami kondisi orang lain akan
mempertajam kecerdasan sosial seseorang, salah satunya kecerdasan sosial anak
kita. Seringkali kita melihat anak-anak memiliki sikap cuek, egois dan tidak
peduli pada lingkungan sekitar hal ini sungguh sangat miris sekali. Lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang guru
dan orang tua dalam menanamkan sikap empati ini kepada anak-anak kita mulai sejak
dini?
Sebagai seorang pendidik perlu
menyadari betapa pentingnya sebuah pendidikan sosial anak dimulai sejak dini.
Hal ini merupakan sebuah tanggung jawab dalam rangka menyiapkan generasi yang
berkualitas dan cerdas secara sosial. Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan (2012:289)
yang dimaksud dengan pendidikan sosial yaitu bagaimana mengajari anak semenjak
kecilnya untuk berpegang pada etika sosial yang utama dan dasar-dasar kejiwaan
yang mulia, bersumber dari akidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang
tulus. Oleh karena itu, hal ini merupakan tanggung jawab terpenting dalam
rangka meyiapkan generasi bagi pendidik dan orang tua agar dalam memberikan
pendidikan tidak hanya sekedar mengutamakan ranah kognitif saja. Akan tetapi,
jiwa sosial dalam diri seorang anak perlu di gali sejak dini. Sehingga anak
akan terhindar dari sikap cuek, egois dan individualistik.
Pentingnya Pendidikan Sosial Anak.
Ada
sebuah pertanyaan mendasar yang sering sekali menjadi penyulut konflik.
Misal, Mengapa ada orang tua ketika
merayakan syukuran anaknya dengan anak-anak panti asuhan? Mengapa ada orang tua
yang sesekali mengajak anak-anaknya melongok anak jalanan seusianya yang tinggal
di bawah kolong jembatan? Hal ini kenapa perlu dilakukan oleh pihak orang tua
atau guru sekalipun. Dalam Prophetic
Parenting ( Muh. Nur Abdul Hafizh, 2009: 380), Dalam membentuk jiwa sosial
kemasyarakatan anak maka perlu adanya sebuah interaksi anak dengan masyarakat
di sekitarnya, baik dengan orang dewasa maupun dengan anak-anak lain yang
sebaya, agar ia dapat bersikap aktif yang positif, jauh dari malu dan sungkan
yang tercela. Sehingga anak-anak dapat
melihat potret kehidupan orang lain, serta belajar untuk peduli dan memahami
bahwa masih ada anak-anak yang tidak seberuntung dirinya. Pada akhirnya hal
tersebut akan memunculkan sikap dan perasaan empati di dalam diri seorang
anak.Ketika jiwa empati muncul, hati pun akan tergerak untuk cepat membantu.
Sikap
empati ini sangat penting berada didalam diri seorang anak. Dalam pandangan
seorang psikolog, Stephen Montana, Direktur Pelayanan Klinis di Saint Luke
Institute New Hampshire USA mengatakan pola asuh empati (Parental Empahty) sangat penting dalam perkembangan psikologi
seorang anak. Jika seorang anak kekurangan sikap empati maka akan berakibat
pada kepribadian anak, sikap depresi, dan sikap akan menyakiti diri sendiri.
Karena pada dasarnya setiap manusia dibekali sikap welas asih untuk saling
membantu dan menyayangi antar sesama manusia, mahkluk hidup dan lingkungannya.
Dari sinilah Islam memberikan
perhatian serius terhadap pendidikan anak, baik sosial maupun tingkah laku.
Realitas membuktikan bahwa keselamatan masyarakat serta kekuatan bangunan dan
kendalinya tergantung kepada bagaimana cara seorang pendidik dan orang tua
menyiapkan generasi-generasi emas ini. Dengan demikian, tatkala mereka telah
terdidik dan terbentuk, mereka akan mengarungi kehidupan dengan memberikan
gambaran akan sosok manusia yang cakap, seimbang, cerdas dan bijaksana. Oleh
karena itu, hendaklah para pendidik berusaha dengan keras dan penuh semangat
untuk melaksanakan tanggung jawab yang besar dalam pendidikan sosial dengan
cara yang benar. Jangan hanya anak disuruh belajar dan menghafal, tetapi juga
di rangsang kreativitasnya untuk menemukan sesuatu. Sementara itu, target kita
sebagai seorang guru hanya bertumpu pada penyampaian materi saja. Sedangkan
belajar bagaimana cara memecahkan persoalan, justru terabaikan. Tidak membuka
lebar komunikasi dialogis, penalaran kritis dan berekspresi, maka sistem
tersebut dapat menghambat jiwa sosial anak.
Dengan
demikian, perlu adanya kerjasama antara kedua belah pihak orang tua dan guru
dalam memberikan sebuah pengajaran tentang kehidupan sosial. Bagaimana anak
harus bersikap dan berbuat dalam segala kondisi yang akan mereka hadapi
nantinya. Bagaimanapun juga anak-anaknantinya akan turut serta memberikan andil
yangcukup besar dalam membina masyarakat dengan sebaik-baik pelaksanaan yang
bertumpu pada nilai-nilai keimanan, akhlak, pendidikan sosial yang utama, dan nilai-nilai
Islam.
Dimuat di Majalah Hadila Solopeduli edisi Mei 2015.
No comments:
Post a Comment