Tasbih Cinta
Oleh: Yuan
Lawu Wijayanto*
Aku sudah tidak sanggup lagi hidup
dalam kesendirian. Mengikuti arus waktu yang terus berjalan, setiap detik
selalu ada perubahan. Aku termenung dalam kamar kosong menikmati arus waktu
yang kulalui dengan segala perubahan yang terjadi. Alangkah cepat waktu
berjalan.
Kini emosiku berjalan pelan dalam
darah tubuh yang mulai kuyu. Ku tengadahkan kedua tangan dalam dzikir malamku. Selalu kusebut asma-Nya dalam setiap denyut nadiku. “Jadi
apa yang hendak Aku sampaikan padaMu- robbi” gumanku dalam kegalauan.
Kebimbangan diri masih menghiasi sisa kehidupanku. Sesuatu yang selama ini aku
inginkan kini telah pergi jauh dalam hidupku. Kekasih malam ini aku merajut asa
dalam kepiluan. Menanti harapmu kembali dalam penantian panjangku. Mengukir
cerita diatas pasir. Menyaksikan alunan senja di tepi pantai Parangtritis.
Masihkah ingat kau ketika bercengkrama dengan panorama senja kau goreskan kuas
warna-warna pikiranmu pada selembar kain kanvas. Begitu indah pemandangan senja
itu kau katakan padaku. Ibarat seindah wajah sayumu. Jilbab putihmu melambai
mengikuti arah mata angin yang begitu sejuk kurasakan serasa ku memandangmu.
Masih ku ingat dulu kau selalu bilang bahwa cinta yang kita rajut ini suci,yang
akan menghantarkan kita dalam mahligai pernikahan. Tapi apa yang aku saksikan
tak semanis yang aku rasa, aku kecewa. Kini kau bersanding dengan lelaki pilihan
Ayahmu. Ketika cinta mekar dalam jiwa.
Malam itu masihteringat jelas apa
yang kau katakan padaku” Ren..sampai kapan aku harus menunggu kepastian darimu.
Ayah & Ibuku selalu menanyakan kapan kau akan melamarku. Mereka malu
mempunyai anak gadis semata wayang yang usianya kini sudah berkepala tiga.
Setiap kali aku pulang dari kerja selalu menanyakan tentang dirimu.” Kata Apri
sambil menyeka air matanya. Malam itu aku hanya terdiam. Nyaliku sebagai seorang
laki-laki hilang untuk mengungkapkan kata ‘ya ku akan melamarmu’. Sejak malam
itu di serambi Masjid Agung Solo cinta kita kandas karna ketidak beranianku
untuk meminangmu.
“ Pri, akupun tak mau hubungan ini
berakhir begitu saja. Aku sudah melakukan apa yang ku bisa untuk mengikat
mahligai cinta kita. Namun keluargaku sudah tidak mau memberikan restunya pada
kita. Mungkin sudah jalanNya kita harus mengakhiri kisah perjalanan cinta kita.
Ingatlah takdir cinta bahwa jodoh tidak akan pernah tertukar.” gumanku padanya.
Penyesalan kini datang ketika takdir
cinta sudah tak berpihak padaku. Hanya air mata dan kebisuan diri yang selalu
menghiasi hari-hariku. Bukanya aku tidak ingin meminangmu, tapi ragaku sebagai
lelaki yang tak mampu menjadikanmu pendamping hidupku. Meskipun aku menyesal
telah melepaskanmu untuk selamanya, tapi rasa cinta ini masih ada untukmu. Aku
tahu perjalanan dirimu untuk menjadi seorang muslimah. Kau wanita yang luar
biasa berani menghijabkan diri untuk meraih cinta yang hakiki dariNya.
***
Hari Senin, 8 Mei 2013 aku menyaksikan dirimu
bersanding dengan seorang lelaki gagah, tanpam dan kaya. Aku melihat rona wajahmu
yang penuh dengan kebahagiaan. Sempat aku membayangkan jika yang kau genggam
jari jemarinya itu adalah Aku betapa bahagianya diriku. Nuansa putih nan suci
menjadi hiasan diacara pernikahanmu. Lagu-lagu nasyid mengalun merdu dengan syair-syair cintanya. Begitu banyak
tamu undangan dari keluarga besarmu dan teman sejawatmu turut bersuka cita dihari
yang bahagia ini. Ku perhatikan setiap gerak gerik dirimu dan arah matamu
berharap kau akan mencariku diantara ribuan tamu yang hadir. Setiap aku
perhatikan seakan tak tersirat sedikitpun tentang diriku. Apakah mungkin engkau
telah melupakan aku. Berat memang menerima kenyataan yang sangat pahit ini.
Aku coba langkahkan kaki untuk sekedar mengucapkan selamat kepadamu,
tapi kakiku terasa berat dan dadaku terasa sesak. Air mataku pun jatuh tak terasa
dihari bahagiamu. Sulit bagiku melepaskan jeratan cinta yang telah kita rajut dulu,
Apri. Aku pejamkan mata diantara ribuan
tamu undangan yang hadir. Nafas yang tinggal separoh ku coba hempaskan secara perlahan-lahan. Kuatkan diriku ya Allah..ikhlaskan hati ini
untuk melepasnya.Meskipun hati terasa membeku dan sekujur tubuhku terasa
mati rasa, air mataku jatuh tiada henti dan pikiranku hanya teringat tentang
penyesalan-penyesalan yang hinggap dibenakku. Aku langsung berlari meninggalkan
gedung mewah ini. Tak sanggup melihat dirimu bersanding dengan orang lain. Aku
yakin kau masih mencintaiku. Tapi apa daya, diriku ternyata lemah untukmu.
Ku basuh wajahku dengan air wudhu
danku sujudkan diri yang lemah ini dihadap-Mu. Inginku ucap rasa syukur atas
apa yang telah terjadi pada kisah cintaku. Tapi bibir ini terasa kelu. Hanya
suara isakan tangis menghiasi sepertiga malam ini. Aku ternyata belum dapat
menjadi hamba yang ikhlas menerima takdir cintaMu ya Allah. Aku mohon padaMu
ikhlaskanlah diri ini untuk melepasnya dari kisah hidupku. Jangan kau
penjarakan hati ini. Ku ambil tasbihku. Ku sebut namaMu tiada henti. Tasbih ini
menjadi saksi bisu untuk melepas bidadari surgamu yang tak hinggap di jiwaku.
Tiga bulan semenjak kepergiannya
dari sisiku aku benar-benar menderita. Aku seperti orang gila. Air mataku tak
pernah berhenti mengalir disetiap sujudku. Jari jemariku selalu bertasbih
menyebut asmaNya. Biar tenang jiwa ini. Aku tak bisa melupakannya sama sekali
dari kehidupanku, bagaimanapun juga Apri pernah mengisi relung-relung hatiku. Hatiku
juga tidak bisa berpindah keperempuan lain. Aku masih mencintainya. Cintaku
kepadanya mengshapus semua kisah cinta yang pernah aku jalani. Begitu sulit
diriku memunculkan cinta yang baru. Keindahan-keindahan saat bersama telah
mematikan kenangan-kenangan yang tidak mudah untuk aku lupakan. Kepribadianmu
memberikan warna tersendiri dalam kehidupanku. Seterang cahaya yang menyejukan
mata setiap orang yang memandangmu. Cintamu telah membutakan mata batinku. Dan
semua perempuan tak dapat aku beri ruang disetiap relung-relung jiwaku. Kala
kau pergi dari jiwaku, aku tak putus dirundung kesedihan. Butiran-butiran
tasbih selalu menguatkan hatiku, dalam setiap dzikir malamku.
*Penulis bernama asli Agus Yulianto
tinggal di dusun Ngempak RT02/02, Suruh, Tasikmadu Karanganyar 57761. Aktif
di FLP Soloraya