CERMIN PEREMPUAN MALAM
Malam ini aku sangat merindukan kehadiran
seseorang untuk bisa ku ajak berbagi. Tapi sayang, orang itu tak kunjung datang.
Hati ku pun bertanya-tanya. “ Tidak
seperti
biasanya dia tidak memberi
kabar ?!” Perasaanku pun berkecamuk antara yang tidak akan pernah terjadi dan
yang terjadi. Ku tatap sebuah cermin yang putih dan berdebu. Ku tatap dan ku
tatap bayangan wajahku. Wajah kusam penuh dengan kepanikan. Dihinggapi dengan
sebuah rasa kehilangan. “Mas kenapa kamu tidak datang
?!” ku bertanya-tanya pada bayangan diriku. Senyum yang tercampur kebimbangan. Tawa
yang tercampur dengan kesedihan. Kini tak bisa di elakkan dari diri ini. Kata
tepat, tak pernah ada kata ingkar itulah yang menjadi prinsipnya mas Endro. Tapi
kenapa ? malam ini
tak ada kabar darinya. Bulan dan bintang masih terjaga didalam kehangatan
malam. Sinarnya yang membentang ke khatulistiwa. Menambah keindahan dalam
kesendirianku. “ Mas, aku sangat merindukanmu. Adik disini sendirian dalam
kegelapan. Aku takut…Mas???” Ku terkenang akan senyum manismu, sentuhan lembut
jemarimu dan kehangatan dekapanmu. Hitam manis kulitmu tapi semanis cintamu
pada adikmu. Namun hanya hitam yang kau
tampakkan dari cintamu. Meskipun kau begitu keras dan dangkal . Tapi adik tetap
sayang
mas Endro . Seteguk bir yang kau minum tak pernah membuat hati ini lelah untuk
berkasih. Celotehan-celotehan yang kau katakana padaku, kuanggap hanya guyonan belaka. Aku tahu kau di buai
dalam kekosongan. Pikiranmu melayang tanpa arah dan tujuan. Kata – kata kasar
sering kau lontarkan padaku. Tapi ku hanya diam.
Malam semakin larut. Denting jam
berbunyi menandakan pukul dua belas malam. Tapi kau tak kunjung datang. Aku masih
disini. Bercermin diri menatap dalam kehampaan. Karna hanya inilah satu-satunya
teman berbagi beban hidupku.
Cermin malamku, kenapa orang yang
aku cintai pergi dari hidupku. Tanpa kabar. Apa salahku. Apa selama ini aku
terlalu memanjakannya. Sehingga dia letih dengan semua ini. Hubungan yang telah
terjalin ini memang di luar keinginan aku dengan mas Endro. Dia datang padaku
dengan segenggam uang yang bagiku tak ada artinya ketimbang cinta dan
ketulusannya.
Kemanapun dia pergi. Aku yakin suatu
malam nanti dia akan kembali dengan senyum manisnya. Karna hidupku hanya dekat
dengan kegelapan. Siang bagiku tak ada artinya. Tapi malam buatku adalah surga.
Wanita malam memang pantas aku sandang. Tapi aku tak serendah itu. Karna hanya
cinta dan ketulusan yang paling berharga
di dalam kehidupanku. Cermin malamku kini kau telah menjadi bagian dalam
kehidupanku. Cermin malamku kini kau telah menjadi bagian dalam hidupku. Tak
ada yang bisa menggantikanmu. Walau dengan uang seratus juta tak akan ku jual dari hidupku. Hanya kau
satu-satunya teman dikala sepiku. Begitu pun mas Endro, separoh nyawa dalam
hidupku.
Malam
ini masih sepi ku rasa tanpa kehadiranmu disisiku. Aku hanya memandang bintang
yang tidak pernah jatuh. Hampa hidup ini, tubuhku semakin lemas. Air mataku
jatuh tak tertahan. “Mas Endro aku butuh dirimu, dingin tubuh ini. Aku ingin
merebahkan diriku dalam kasur yang kusut. Aku lelah dengan semua ini” Cerminku
hanya diam. Kupandangi wajah ini tanpa lelah. Mataku mulai sayu. Wajahku sudah tidak
cantik seperti dulu kala. Serupiahpun
malam ini tak kudapatkan. Aku dicaci mamiku. Kata-katanya membuat diriku lemah.
Hidupku tak berdaya. Cukup malam ini aku disiksa kerinduan darimu.