Kumpulan kisah-kisah inspiratif yang memberikan secercah pegalaman di
dalam hidupnya. Penulis mencoba untuk mengangkat dalam serial antologi
kisah Inspiratif. Tulisan-tulisan di dalam buku Diantara Pilihan ini
merupakan sumbangsih dari teman-teman yang memiliki cerita atau
kisah-kisah yang menarik untuk di ungkap dalam sebuah abjad. Untuk
mendapatkan buku ini bisa menghubungi saya.
Buku antologi bersama Yuan Lawu " Diantara Pilihan"
penerbit : Yuan Publishing (Self Publishing)
Harga : Rp. 25.000,-
Thursday, April 23, 2015
Buku Kumpulan Puisi
kumpulan puisi Agus Yulianto (Yuan Lawu) " KOSONG" di terbitkan oleh Madina Publika, dengan Harga Rp. 25.000,00.
Buku
Selepas Imam tersebut membayar tiket dan duduk di dalam bus, dia tersadar saat kondektur bus memberikan uang kembaliannya.Namun ternyata uang itu lebih dari yang harus ia bawa, sebanyak 20 sen. Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan tentang uang 20 sen tersebut.
“Perlukah aku
mengembalikan uang 20 sen ini?” Imam tersebut bertanya kepada dirinya.
“Ah… pemilik bus ini sudah kaya, rasanya hanya uang sebesar 20 sen tidak
akan menjadi masalah. Untuk membeli bensin pun tidak akan cukup,” hati kecilnya
berkata-kata.
Kini, banyak sekali orang yang dengan mudahnya menukar keimanan dengan
beberapa bungkus mie atau sedikit beras. Hanya untuk mengenyangkan perut, tanpa
mengingat balasan yang akan didapat di dunia ataupun di akhirat.Banyak orang yang tidak sadar, uang yang dia konsumsi akhirnya akan menjadi
nyala api di akhirat kelak. “Sedikit kok,” mungkin begitulah tadinya para
petinggi yang menyalahgunakan uang umat. Demi 20 sen apakah kau rela menggadaikan keimananmu?
Kumpulan
kisah-kisah inspiratif yang mengandung hikmah
yang diambil dari sumber-sumber yang insyaAllah mencerahkan akan
mewarnai anda dalam menjalani medan hidup ini.
Buku serial motivasi "20 sen" kisah-kisah yang selalu meginspirasi
perjalanan hidup kita. Hanya Rp.25.000,- (Self publishing). di terbitkan
oleh CV Madina Publika, minat inbox atau call saya
Wednesday, April 22, 2015
OPINI Pendidikan
Pembelajaran Anti Korupsi
Oleh Agus Yulianto*
Kasus korupsi yang terungkap akhir-akhir ini seakan tidak pernah berhenti.
Ibarat rumput ketika dicabut tumbuh lagi. Seolah-olah korupsi merupakan sebuah
budaya yang sudah mengakar di dalam rahim kita. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dalam Suryono (Hassan:2013), korupsi berasal dari kata Korup artinya
buruk, rusak, busuk, suka memakai barang/uang yang dipercayakan kepadanya,
memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Bentuk perbuatan korupsi
seperti suap, pencucian uang, gratifikasi dan lain sebagainya.
Kasus korupsi di negara kita jumlah yang terungkap
sungguh melewati batas kewajaran. Korupsi selama ini telah menenggelamkan
kredibilitas bangsa Indonesia di mata dunia yang selama ini dikenal sebagai
bangsa yang baik dan suka menolong. Negara kita telah berusaha memberantas
kasus korupsi salah satu usahanya dengan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Akan tetapi, dengan melihat kasus korupsi yang menimpa toko-tokoh public yang seharusnya menjadi wakil
rakyat kini malah menjadi tokoh yang mendzalimi dan tidak layak untuk dijadikan
panutan.
Perbuatan
korupsi merupakan salah satu sikap tercela dan merugikan banyak orang. Hal ini
tentunya berdampak pada dunia pendidikan, karena pendidikan merupakan salah
proses pembentukan kepribadian yang paling penting. Tapi banyak para penjabat
kita yang memiliki tingkat pendidikan tinggi justru malah terlibat dalam kasus
korupsi. Sebenarnya apa ada yang salah dari sistem pendidikan kita? Orang yang
semakin tinggi pendidikannya, semakin besar pula peluang untuk menjadi
koruptor. Hal itu mungkin dikarenakan para pejabat kita dulu ketika sekolah
tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Maksudnya mereka memperoleh gelar
sarjana, doktor bahkan profesor melalui perbuatan mencontek atau dengan kata
lain Plagiat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) plagiat diartikan sebagai penjiplakan atau pengambilan
karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah
karangan dan pendapat sendiri. Mungkin tindakan semacam Plagiat sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Bahkan hal
ini sudah biasa. Perbuatan Plagiat ini
merupakan perbuatan mencontek yang bisa menjadikan seorang pelajar sebagai
koruptor.
Maraknya kasus korupsi tentunya menjadi kesadaran
bagi kita semua bahwa lembaga pendidikan juga mempunyai peran yang sangat
signifikan untuk memberanas korupsi. Penanaman karakter atau perilaku yang
bermoral terhadap siswa boleh dikatakan masih dalam tataran teori. Misalnya seorang
guru marah-marah kepada siswanya karena sering terlambat, sedangkan guru
sendiri sering datang terlambat. Sebagai seorang guru kita harus memberikan
teladan yang baik kepada peserta didik. Apa yang kita lakukan selalu akan
ditiru dan di contoh oleh anak-anak kita. Contoh lainnya, Sebagai seorang guru harus mengajarkan
kepada anak didik supaya tidak mencontek ketika ujian. Akan tetapi, hanya untuk
mengejar target kelulusan atau biar lembaga pendidikan dipandang memiliki
prestasi yang bagus. Perbuatan mencontek
ketika ujian nasional marak terjadi di lembaga pendidikan. Perbuatan ini sering
dilakukan oleh pihak sekolah supaya siswa-siswanya lulus dalam mengikuti ujian.
Perlu diketahui bahwa perbuatan mencontek salah satu pintu masuk menjadi
seorang koruptor. Ketika seorang guru mengajarkan mencontek sama saja seorang
guru mencetak generasi koruptor.
Timbulnya perbuatan korupsi sangatlah bergantung
pada apa yang mereka kerap lakukan di lingkungan sekolah dulu. Perilaku di
sekolah inilah yang perlu kita perhatikan untuk menghindari perbuatan korupsi
di kemudian hari. Banyak kegiatan di sekolah yang dapat menimbulkan perilaku
korupsi.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies
Baswedan bahwa untuk membangun budaya anti-korupsi dimulai dari dunia pendidikan.
Penanaman nilai-nilai anti-korupsi dapat dilakukan pada saat kegiatan belajar
mengajar. Guru sebagai pengajar bertugas sebagai sumber teladannya. Dengan
keteladanan diharapkan mampu mencerminkan sikap anti-korupsi bagi peserta
didik. Selain keteladanan, membangun budaya anti korupsi dapat dilakukan dengan
cara-cara yang inovatif dan kreatif namun tetap menyenangkan. Keteladanan
sangat kuat perannya dalam menumbuhkan sikap anti korupsi. Ada sebuah ungkapan
orang Jawa Guru di gugu lan di tiru.
Bagaimanapun juga guru merupakan sandaran dan teladan bagi siswa-siswanya.
Metode Pembelajaran
Menurut Elwina dan Riyanto dalam Yaramadani, Febri
(2012), menyarankan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi ada salah
satu metode yang dapat dilakukan, yaitu Metode Demokratis. Metode ini
menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan
langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi
satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya. Guru
berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup
tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati
dan toleransi. Tahap demi tahap anak diajak untuk menata jalan pikiran, cara
berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar
menentukan nilai hidup secara benar dan jujur.
Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya
menggunakan seluruh metode yang melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik serta kecerdasan sosial. Dalam penyampaian nilai-nilai anti
korupsi harus digunakan cara-cara yang menarik dan disesuaikan dengan kemampuan
anak didik.
Selain
itu, Pemerintah seharusnya memperhatikan tentang sistem pendidikan di
Indonesia. Pemerintah lebih menekankan pada pendidikan moral dan norma sosial.
Karena pendidikan moral dapat menjadi pondasi yang kokoh terhadap pembentukan
karakter siswa. Penanaman sikap kejujuran didalam keseharian siswa di
lingkungan sekolah. Mengubah perilaku
tidak atau kurang jujur menjadi jujur bukanlah suatu hal yang ringan. Sikap
jujur dapat dicapai dengan pembelajaran dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang
pendidik selama ini saya merindukan kurikulum pendidikan anti korupsi dijadikan
bagian dari mata pelajaran di sekolah. Apalagi di dukung dengan perubahan kurikulum
yang saat ini kembali kepada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sangat
memungkinkan sekali bahwa setiap sekolah bisa mengembangkan kurikulum
anti-korupsi secara mandiri. Seperti itu.
Opini Pendidikan
Buku Layak Anak
Oleh Agus Yulianto, S.Pd.I
Guru SDIT Insan Cendekia, Boyolali
Seperti yang kita ketahui seorang anak belum dapat memilih bacaan
anak yang baik untuk dirinya sendiri. Anak akan membaca apa saja bacaan yang
ditemui tidak pedulikan cocok atau tidak untuknya karena memang belum tahu.
Agar anak dapat memilih bacaan yang sesuai dengan perkembangan ke-dirian-nya,
sebagai orang tua atau guru harus peduli dengan memberikan konsumsi buku bacaan
yang tepat. Namun demikian, pemilihan bacaan anak haruslah tidak dilakukan
secara serampangan atau berdasarkan selera subjektif dan kacamata orang dewasa.
Bagaimanapun yang berkepentingan dalam hal ini adalah anak, maka kebutuhan anak
harus menjadi kriteria pertama yang dijadikan pegangan. Pemilihan bacaan harus
mempertimbangkan hal-hal tertentu yang telah diakui ketepatannya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu, kita
harus berfikir kritis memilihkan bacaan cerita anak yang sesuai dan efektif
buat anak, bacaan yang baik dan sengaja ditulis untuk konsumsi anak-anak. Hal
itu berarti bahwa kita, guru dan atau orang tua, haruslah memahami struktur dan
bentuk buku bacaan, sebagaimana halnya kita memahami perkembangan cara berfikir
anak, perkembangan emosional, sosial, dan bahasa, serta perubahan kriteria. Singkatnya,
kita haruslah mempunyai kemampuan untuk memilih secara tepat bacaan-bacaan yang
dimaksud dengan mempergunakan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.
Persoalannya kini
adalah tema dan moral apa yang baik untuk buku-buku anak? Dewasa ini memperoleh
bacaan anak amat mudah. Di toko-toko buku tersedia beragam dan banyak buku
bacaan anak yang disediakan pada rak-rak khusus. Buku-buku bacaan anak yang
dimaksud terdiri dari berbagai genre, baik yang merupakan karya asli berbahasa
Indonesia maupun karya-karya terjemahan, atau karya yang terdiri dari dua
bahasa: Indonesia dan Inggris. Buku-buku tersebut banyak yang sudah menunjuk
dirinya untuk dipakai pada anak usia tertentu atau kelas tertentu sehingga kita
tinggal memilih sesuai dengan keadaan anak yang akan diberi bacaan itu. Untuk
bacaan anak usia awal sekolah pun banyak buku-buku bergambar yang ditulis dalam
dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Misalnya, buku Knowing ABC, Mengenal
Huruf sambil mewarnai (usia 5-6 tahun) karya Mondy Risutra yang berisi
gambar-gambar binatang dan aktivitas tertentu. Dengan demikian, lewat buku dan
bantuan kita, anak sekaligus dapat belajar bahasa Inggris secara langsung dalam
konteks bacaan cerita yang menarik.
Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia, selain yang merupakan
karya kreatif, dalam arti karya asli para pengarang yang bersangkutan, juga
banyak beredar buku-buku kumpulan dongeng dari berbagai pelosok tanah air di
Indonesia. Misalnya buku-buku kumpulan dongeng berjudul Cerita Rakyat dari
Yogyakarta dan Cerita Rakyat dari Surakarta, keduanya merupakan
karya Bakdi Sumanto.
Artinya, dewasa ini anak-anak kita benar-benar dimanjakan
dengan ketersediaan bacaan anak-anak demikian banyak pilihan bacaan yang
beragam. Buku-buku tersebut, terutama yang berbentuk majalah, atau yang berupa
kolom di surat kabar, pada umumnya tidak hanya memuat cerita-cerita, melainkan
juga berisi berbagai hal penting yang perlu diketahui anak untuk memperkaya
wawasan yang sengaja ditulis dengan kacamata anak yang berwujud tulisan-tulisan
nonfiksi. Dengan buku-buku inilah anak-anak layaknya seperti manusia dewasa pada
umumnya dibantu untuk memahami dunia sekitar.Pengetahuan yang diperoleh dari
proses membaca ini akan menjadi bekal mereka dimasa yang akan datang. Tugas
kita adalah mengarahkan dan mengajak serta memberikan contoh kepada mereka
untuk membaca dan membaca.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tulisan Disukai Pembaca
Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala
Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...
-
KD: Memahami Kewirausahaan dan Wirausaha Dasar-dasar Kewirausahaan A. Definisi Kewirausahaan Kewirausahaan padanan kata dari baha...
-
Materri BAB Media Promosi Pemasaran Semester 2/ XI Pengertian Promosi Promosi adalah suatu aktivitas komunikasi y...
-
Materi Media Promosi Pemasaran A. GAMBARAN USAHA OFFLINE DAN ONLINE Berikut perbedaan usaha offline dan online NO ...