Sunday, December 28, 2014

CERPEN



CERMIN PEREMPUAN MALAM
            Malam ini aku sangat merindukan kehadiran seseorang untuk bisa ku ajak berbagi. Tapi sayang, orang itu tak kunjung datang. Hati ku pun bertanya-tanya. “ Tidak seperti biasanya dia tidak memberi kabar ?!” Perasaanku pun berkecamuk antara yang tidak akan pernah terjadi dan yang terjadi. Ku tatap sebuah cermin yang putih dan berdebu. Ku tatap dan ku tatap bayangan wajahku. Wajah kusam penuh dengan kepanikan. Dihinggapi dengan sebuah rasa kehilangan. “Mas kenapa kamu tidak datang ?!” ku bertanya-tanya pada bayangan diriku. Senyum yang tercampur kebimbangan. Tawa yang tercampur dengan kesedihan. Kini tak bisa di elakkan dari diri ini. Kata tepat, tak pernah ada kata ingkar itulah yang menjadi prinsipnya mas Endro. Tapi kenapa ? malam ini tak ada kabar darinya. Bulan dan bintang masih terjaga didalam kehangatan malam. Sinarnya yang membentang ke khatulistiwa. Menambah keindahan dalam kesendirianku. “ Mas, aku sangat merindukanmu. Adik disini sendirian dalam kegelapan. Aku takut…Mas???” Ku terkenang akan senyum manismu, sentuhan lembut jemarimu dan kehangatan dekapanmu. Hitam manis kulitmu tapi semanis cintamu pada adikmu. Namun  hanya hitam yang kau tampakkan dari cintamu. Meskipun kau begitu keras dan dangkal . Tapi adik tetap sayang mas Endro . Seteguk bir yang kau minum tak pernah membuat hati ini lelah untuk berkasih. Celotehan-celotehan yang kau katakana padaku, kuanggap hanya guyonan belaka. Aku tahu kau di buai dalam kekosongan. Pikiranmu melayang tanpa arah dan tujuan. Kata – kata kasar sering kau lontarkan padaku. Tapi ku hanya diam.
            Malam semakin larut. Denting jam berbunyi menandakan pukul dua belas malam. Tapi kau tak kunjung datang. Aku masih disini. Bercermin diri menatap dalam kehampaan. Karna hanya inilah satu-satunya teman berbagi beban hidupku.
            Cermin malamku, kenapa orang yang aku cintai pergi dari hidupku. Tanpa kabar. Apa salahku. Apa selama ini aku terlalu memanjakannya. Sehingga dia letih dengan semua ini. Hubungan yang telah terjalin ini memang di luar keinginan aku dengan mas Endro. Dia datang padaku dengan segenggam uang yang bagiku tak ada artinya ketimbang cinta dan ketulusannya.
            Kemanapun dia pergi. Aku yakin suatu malam nanti dia akan kembali dengan senyum manisnya. Karna hidupku hanya dekat dengan kegelapan. Siang bagiku tak ada artinya. Tapi malam buatku adalah surga. Wanita malam memang pantas aku sandang. Tapi aku tak serendah itu. Karna hanya cinta dan ketulusan  yang paling berharga di dalam kehidupanku. Cermin malamku kini kau telah menjadi bagian dalam kehidupanku. Cermin malamku kini kau telah menjadi bagian dalam hidupku. Tak ada yang bisa menggantikanmu. Walau dengan uang seratus  juta tak akan ku jual dari hidupku. Hanya kau satu-satunya teman dikala sepiku. Begitu pun mas Endro, separoh nyawa dalam hidupku.
            Malam ini masih sepi ku rasa tanpa kehadiranmu disisiku. Aku hanya memandang bintang yang tidak pernah jatuh. Hampa hidup ini, tubuhku semakin lemas. Air mataku jatuh tak tertahan. “Mas Endro aku butuh dirimu, dingin tubuh ini. Aku ingin merebahkan diriku dalam kasur yang kusut. Aku lelah dengan semua ini” Cerminku hanya diam. Kupandangi wajah ini tanpa lelah. Mataku mulai sayu. Wajahku sudah tidak cantik seperti dulu kala. Serupiahpun malam ini tak kudapatkan. Aku dicaci mamiku. Kata-katanya membuat diriku lemah. Hidupku tak berdaya. Cukup malam ini aku disiksa kerinduan darimu.
           

No comments:

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...