Monday, August 11, 2014

CERPEN


Ijinkan Aku Meminangmu
 Oleh :Yuan Lawu Wijayanto
            Setiap kali aku memandang bintang di langit malam yang begitu jauh . Aku merasakan jurang pemisah antara Aku dan Nisa yang makin menganga lebar. Kepergiannya setahun yang lalu untuk merantau ke negeri orang masih menyisakan perih di dasar hatiku. Ketika kutatap matanya yang bening tersimpan sebuah kesedihan yang menyesakkan dada. Saat ku dekap kedalam pelukanku aku merasakan gemuruh didasar hatinya dan air mata telah meleleh di pipinya.
            Memang bukan keinginan Nisa untuk pergi dari kota ini. Keadaan keluarganya yang broken home memaksa dirinya untuk ikut bersama Ibunya ke Belanda. Di dalam hatiku aku tak tau siapa yang harus kusalahkan atas kepergian Nisa dari sisiku. Aku hanya bisa pasrah dengan takdir yang telah berkata.
            Pengeras suara yang melengking di bandara internasional Adi Sumarmo seakan menyadarkan lamunan yang baru saja menghampiriku. Doaku kembali sesak sesaat kulihat Nisa kembali meneteskan air mata.
            “ Aku pasti akan cepat kembali Za, entah itu kapan akan terjadi. Tapi aku akan selalu merindukanmu setiap waktu. “ Teriris hatiku mendengar kata-kata Nisa.
            Tak kupungkiri kesedihan pun masih menggelayutiku. Setahun kebersamaanku dengan Nisa yang kulalui dengannya kini bagai debu yang tertiup angin. Jemariku menghapus air mata yang membasahi pipinya. Kuraih dia kedalam pelukanku seakan enggan untuk kulepaskan. Pelukan Nisa perlahan memudar saat Ibunya memanggilnya untuk menuju pesawat yang telah siap berangkat.
            Ibu Ami pun terharu melihat perpisahan diantara kami yang tak pernah terduga sebelumnya.
            “ Aku pergi Za “ Kata Nisa sambil berbalik meninggalkanku. Aku hanya bisa memandangi raut wajahnya dengan hati yang pilu, semakin lama ku melihatnya semakin menjauh dari pandanganku. Akhirnya burung baja itupun menerbangkannya kenegeri seberang.

-------**-----

            Setahun kemudian setelah perpisahan itu sampai sekarang masih dapat kurasakan debaran Nisa saat berada di pelukanku. Juga air matanya masih terniang di dalam ingatanku. Untuk menahan kerinduan ini aku selalu memandang foto saat dulu kita bersama. Satu tahun kepergiannya belum dapatkan kabar tentang dirinya di negeri Kincir Angin. Namun aku tetap menjaga kesetiaan cinta ini agar suatu saat nanti cinta suci ini ata kupersembahkan kepada dirinya saat dia kembali di sisiku.
            Waktu yang semakin cepat berlalu tak dapat satupun kabar tentang dirinya. Ketika ku telpon nomornya sudah ganti. Apakah ini pertanda dia sudah melupakanku. Ah…tidak mungkin. Dia berjanji padaku untuk menjaga rasa cinta ini. Tapi kenapa dia menghilang begitu saja. Ya Allah…cinta kita memang benar kau uji. Hatiku yang resah selalu berkata.
            Cintaku pada Nisa kini sudah mulai goyah pilarnya karena kehadiran Muslimah. Seorang gadis anggun yang selalu menjaga Ibadah dan Cintanya. Hatiku bergetar ketika aku jumpa dirinya. Ada rasa apa ini. Gumanku dalam hati. Dia begitu santun tutur katanya. Bahkan mata selalu menjaga pandangannya. Cinta yang dia miliki bukanlah cinta karna nafsu, tapi cinta karna Allah Swt.
Aku memang egois, janji setia yang kuberikan pada Nisa kini kunodai sendiri  dengan hadirnya Muslimah di dalam kehidupanku. Untuk menjaga diri ini dari godaan syaiton atas saran Pak Syamsul, Ayah muslimah. Aku pun meminangnya. Ini tanpa sepengetahuan Nisa. Maafkan aku Nis…
            Muslimah, gadis yang berfisik lemah itulah yang menggoyahkan pilar-pilar kesetiaanku. Aku tahu Muslimah terkena kanker hati. Hidupnya pun tak akan bertahan lama. Mungkin karna atakan itulah perasaan cintaku padanya tumbuh perlahan-lahan.
            “ Kurasakan hari-hariku semakin suram Za, apalagi dokter bilang kalau umurku tidak akan lama lagi.” Kata Muslimah tertunduk lesu.
            “ Kamu kenapa bicara seperti itu, hidup mati manusia itu Allah yang mentakdirkan. Itukan hanya dianogsa dokter. Muslimah waktu yang singkat ini, kamu harus ata menjalani hidupmu dengan ceria dan yakin kamu akan sembuh. “ Kataku memotivasi dirinya.
            Muslimah tersenyum tipis sambil menatap langit yang mulai berwarna jingga. Kami berjalan beriringan di kawasan wisata Cemara Sewu, Tawangmangu Karanganyar. Sinar matahari yang masih bersinar terik menyorot tajam diantara pucuk-pucuk cemara.
            “Aku takut hari-hari yang menyenangkan ini akan segera sirna dari hadapanku jika kekasih hatimu yang dulu kembali di sisimu Za.” Jelas Muslimah padaku.
            Aku terperanjat kaget baru tersadar kalau bayangan Nisa makin mengabur dari ingatanku. Haruskah aku merasa berdosa karena telah mengkhianati kesucian cinta Nisa demi seorang wanita yang begitu rapuh hidupnya.
            Tidak aku tidak mengkhianati Nisa, Aku akan merasa berdosa jika aku membiarkan wanita sholeh ini menderita sendiri di dalam hidupnya. Aku hanya ingin memberinya kebahagiaan.
            “ Apa kamu yakin Nisa akan kembali kesini “ Tanyaku
            “ Aku, dia, bakal kembali ke sini. Bahkan ke dalam kehidupanmu. Hati wanita mana yang rela pujaan hatinya pergi begitu saja dari dalam kehidupannya. Apalagi cinta kalian telah terukir begitu lama. Hanya saja waktu telah menguji kalian. “ Air mata Muslimah mulai menetes perlahan dari matanya yang sayu.
            Kami pun berhenti melangkah. Ku tatap lekat mata Muslimah. Matanya yang bening sebening embun pagi mengingatkan aku pada Nisa. Dan kini aku kembali menyaksikan butiran atakan meluncur dari telaga Muslimah.
            “ Aku pasti tidak akan maafkan kamu Za. Karena kamu telah masuk ke dalam hidupku. Aku ataka sama kamu. Dan aku tak tahu apa selama ini cintamu tulus padaku.” Bisik Muslimah sambil merebahkan kepalanya di dadaku.
Aku hanya terdiam. Aku tak tahu harus berkata apa. Memang cintaku kepada Muslimah cinta karna peduliku pada dirinya. Bukan cinta karna kesetiaan. Aku selama ini hanya tak tega melihat gadis se sholeh dia hidup sendiri tanpa sebuah cinta hanya karna rasa sakit yang dialaminya. Manusia macam apa aku ini. Cintaku yang tumbuh karna nafsu kini mengikis sudah kedalam rongga hidupku. Aku hanya ata pasrah dalam menjalani hidup ini. Bagaimanapun aku akan selalu menjaga istriku ini. Sampai kapanpun meski ajal telah memisahkan kita berdua. Aku harus mulai melupakan Nisa. Dia bukan milikku.Dia hanya sebatas kenangan dalam catatan hatiku.
            Ku peluk erat Muslimah ataka atakana padanya “ Aku tak akan meninggalkanmu.Aku akan selalu setia menjaga rasa cinta ini. “ Air mataku pun tak terbendungkan.
            Dalam perjalanan pulang keheningan menyergap kami berdua. Kubiarkan saja Muslimah terhanyut dalam pikirannya sendiri. Matahari ataka terbenam yang terlihat hanya sebuah bulatan yang berwarna kuning jingga indah menghias langit.

----------------**---------------

            Hari demi hari berlalu  dengan cepatnya. Aku bagaikan berlari mengejar waktu. Hingga kini ataka 3 tahun perjalanan cintaku bersama Muslimah. Dan 3 tahun pula kepergian Nisa ke Negeri Tulip. Tapi perasaan ini masih saja ada untuk Nisa.
            Sore ini seperti biasa aku menanti Muslimah di hutan pinus untuk melihat matahari terbenam. Kulirik arloji di tanganku, sudah 10 menit aku berdiri di tempat ini. Tapi Muslimah belum ada tanda-tanda kedatanganya. Dari jauh aku mendengar deruh mobil menuju kearahku. Dan memang benar sebuah mobil Baleno berwarna biru laut berhenti tepat di depanku. Sesaat sosok wanita turun dari mobil itu . Mataku terbelalak lebar, saat aku tau siapa wanita itu yang kini berdiri dihadapanku.
            Nisa…benarkah wanita yang kulihat itu adalah Nisa. Rasa tak percaya di dalam diriku. Mungkin ini hanya halusinasiku belaka. Saat wanita itu menyebut namaku aku baru percaya kalau ini memang nyata. Bukan halusinasi. Dulu ketika kita masih bersama seringkali kita menghabiskan waktu sore hari di hutan pinus ini hanya untuk melihat terbenamnya matahari. Dan sinilah kita berjanji untuk saling setia. Teringat kenangan itu membuat diri ini bersalah.
            “ Apa kabar Za. Setiap detik setiap menit aku selalu merindukanmu. Aku tak sabar menanti hari ini untuk bertemu denganmu. Apa kau masih ingat janji setia kita. Dan maaf akn aku selama ini tak kubalas kerinduanmu padaku. Aku hanya ingin tau seberapa besar rasa cintamu padaku. Apakah kamu ata menjaga kesetiaan ini. “ Semburat kata-kata Nisa membuat aku tertegun tak berdaya. Apa yang akan terjadi jika dia tahu bahwa hati ini sudah ada yang menggantikannya.
            “ Ada apa Za. Kenapa kamu diam. Apa ada yang salah dengan kehadiranku.Apa aku sudah jauh berbeda dengan Nisa yang dulu. Apa kau marah padaku.” Kata-kata tajam meluncur dari bibir manisnya Nisa. Seakan dia mengintograsi diriku. Ada apa ini. Kok tidak ada senyum khas di wajahmu.
            Aku sulit untuk berbicara. Bibir ini terkunci rapat. Dan kuncinya itu hilang entah kemana. Aku bingung…....Kenapa ini harus terjadi kembali. Ya Allah…Apa salah hamba.
            “ Apa kau benar-benar Nisa, yang aku rindukan ataka nantikan selama bertahun-tahun. ? “ rasa tak percaya seakan masih menyelimuti diri ini.
            Nisa mengangguk pelan diiringin air mata yang membanjiri pipinya seakan menyakinkan aku kalau dia benar-benar wanita pujaanku.
            Di depan sana aku tak menyadari tatapanku. Ada air mata menetes dari sudut matanya. Perih kurasakan bagai menikam jantungku dan kini aku tersudut tak tau apa yang harus aku lakukan. Seandainya dulu aku tak merobohkan kesetiaanku untuk Nisa dan tidak memasukkan Muslimah kedalam kehidupanku, mungkin sekarang ini aku tak menambah deret luka di hati Nisa.
            “ Siapa dia Za ?” atak Nisa penuh rasa penasaran mengenai gadis itu.
            Dia menanyakan siapa wanita itu yang bergaun putih di seberang sana. Aneh, Muslimah yang sedang kami perhatikan tak bergeming dari tempatnya berdiri. Wajah manisnya bagai sinar yang terpantul oleh sang Surya. Ada yang lain dengan Muslimah. Walaupun sekarang dia sudah ada didepanku tapi, kurasakan kehidupannya jauh dariku. Seakan desah nafasnya sudah tidak dapat kurasakan lagi.
            “ Kamu belum jawab pertanyaanku siapa dia Za.? Sambung Nisa.
            “ Muslimah… Dia istriku…” Seakan tersambar petir ketika ku mengatakan ini pada Nisa.
            Aku beku ditempatku berdiri, mulutku seakan kelu, kata-kata yang akan aku ucapkan bagai tertelan api. Aku menatap mata Nisa ada guratan kegelisahan dan kekecewaan yang tergambar dari wajahnya.
            “ Maafkan aku Nis… memang aku bukan pria yang setia. Saat kerinduan di hatiku makin memuncak Muslimah ataka menggoyahkan kesetiaanku. “
            “ Ku kira kau adalah laki-laki yang tegar menghadapi semua cobaan yang merintangi jalan kita tapi nyatanya kau sangat rapuh Za. “ Rasa kesal di dalam hatinya Nisa di luapkan.
            “ Aku memang tak setegar batu karang Nis. Aku rapuh saat tak ada kabar beritamu tak kunjung ataka. Aku rapuh saat kukira kau telah melupakanku.”
            Aku mengalihkan wajahku kearah matahari mencoba menyembunyikan air mataku.
            “ Maaffkan aku Za” desis  Nisa.
            Angin gunung kembali berhembus menggugurkan dedaunan menimpa kami berdua, menerbangkan asaku ketempat yang jauh.
            Dering ponsel di sakuku seakan menyadarkan lamunanku. Fauzi. Ada sebersit atak dihatiku karena dia adalah kakak Muslimah, dan sudah lama sekali dia tidak pernah menelponku.
            “ Halo ada apa Kak …? “ Tanyaku penuh keheranan
            Begitu mendengar apa yang dikatakan Fauzi wajahku seakan tidak percaya kalau Muslimah telah meninggal. Kankernya kambuh dan 1 jam lalu dia telah menghembuskan nafas terakhirnya, Aku masih tidak percaya dengan semua ini apakah ini mimpi. Padahal sedetik aku melihatnya berdiri disini melihat guratan kesedihan di matanya, apakah yang kulihat tadi hanyalah rohnya, pantas kurasakan jiwanya begitu kosong, ternyata dia telah pergi dari dunia ini. Rasa bersalah begitu besar didalam diriku. Sebagai suaminya aku tidak berada disisinya di saat dia membutuhkanku. Aku nyesal tiada tergantikan. Rasa bersalah begitu luar biasa menggelayuti hidupku.
            “ Ada apa Za. Kenapa wajahmu pucat “ Tanya Nisa.
            “ Istriku Muslimah….”teriakku histeris, dan disaat ini aku ingin berlari sekencang-kencangnya mengejar angin tapi, semua itu tak mampu kulakukan. Aku terduduk dan tak mampu bangkit lagi. Kurasakan Nisa menyentuh bahuku, matanya memandang penuh atak padaku.
            “ Apa yang terjadi pada istrimu Za ? “
            “ Muslimah meninggal Nis. Kankernya sudah medium akhir dan yang kita lihat tadi mungkin hanyalah rohnya. Kata Fauzi dia telah meninggal satu jam yang lalu. “
            Mata Nisa berkaca-kaca mungkin karena dia kasihan dengan apa yang terjadi pada Muslimah hingga air mata jatuh menajari pipinya.

-----------------**-----------------

            Pemakaman telah sepi hanya ada beberapa orang yang masih disana. Kudengar seseorang memanggilku, saat kumenoleh ternyata Fauzi, dia berjalan kearahku. Dari matanya terlihat kesedihan yang masih membekas.
            “ Sebelum meninggal Muslimah berkata padaku kalau dia sangat berterima kasih padamu atakana selama ini kamu telah memberinya semangat untuk hidup. Dia juga minta maaf padamu Nis karena mencoba merebut Zakia dari sisimu. Kuharap kalian mau memaafkannya agar Muslimah ata tenang di alamnya.” Kata Fauzi kakaknya Muslimah.
            Setelah berkata begitu Fauzi bergegas meninggalkan pemakaman. Aku memandangi pusara Muslimah yang masih basah, aku yakin dia telah tenang di alam barunya. Tapi, ataka-bayang Muslimah seakan masih lekat dihatiku. Bayang wajahnya saat tersenyum seakan terlihat jelas dari makamnya. Muslimah telah memberiku satu kesempatan untuk mengulangi lagi kesalahanku di masa lalu, kesalahan dengan menduakan Nisa.
            “ Terimakasih Nis…? “ batinku dalam hati. Kulirik wanita yang berdiri di sampingku itu.
            “ Aku sangat berterimakasih pada Muslimah. Karena dia telah mengembalikan orang yang sangat aku cintai walaupun dia harus menebus semua ini dengan kematiannya dan aku ata berterima kasih setulus hatiku Za.” Kata Nisa pelan
            “ Aku juga sama sepertimu Nis, karena Muslimah aku sadar kalau rasa kesepian ata membuatku melakukan apa saja termasuk untuk menduakanmu tapi, sekarang aku akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan itu. “
            Kini cinta yang dulu telah hilang tumbuh kembali di antara kita. Di depan makam Muslimah kita menjalin janji untuk saling setia. Dan aku atakana pada Nisa satu hal yang selama ini aku nanti-nantikan.
            “ Nis…Ijinkan aku meminangmu.” Tegasku padanya.   

……selesai…..

Cerpen ini pernah di muat di Harian Umum Solopos
penulis aktif di FLP Solo Raya and Pakagula Sastra


Friday, August 8, 2014

OPINI PENDIDIKAN

Majalah Hadila (edisi Agustus 2014)

 Surakarta Kota Layak Anak Siapkah

Oleh : Agus Yulianto, S.Pd.I

Pemerhati Pendidikan
 Beberapa hari terakhir, media massa gencar memberitakan tentang kasus kekerasan yang terjadi di sekolah, khususnya bullying (kekerasan) yang dilakukan oleh siswa maupun guru. Menurut saya tindakan tersebut  t telah keluar dari nilai-nilai kemanusian dan mencoreng tujuan mulia pendidikan.
Betapa tidak, sekolah yang seharusnya dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah (pendidikan budi pekerti) dan juga untuk menanamkan nilai-nilai karakter, telah dinodai oleh perbuatan-perbuatan yang tidak bertangungjawab dan tidak memahami arti dari sebuah proses pendidikan. Dalam hal ini bukan hanya sekolah sebagai istitusi  pendidikan yang namanya akan tercemar, kepala sekolah, guru, siswa bahkan orang tua pelaku juga akan menjadi jelek di mata masyarakat. Kekerasan di sekolah atas nama apapun seharusnya tidak terjadi.
Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk ; Pertama, kekerasan dalam bentuk sederhana atau bersifat spontanitas, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak terencanakan, seperti menempeleng atau meninju seseorang secara spontan akibat marah atau emosi yang tidak terkendali; dan Kedua, kekerasan yang terkoordinir atau terencana, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti geng sekolah.
Merujuk hasil survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat tahun 2012 di 9 provinsi (komnaspa.or.id), kasus kekerasan terhadap anak di sekolah meningkat hingga lebih dari 10 persen dari  tingkat SD-SMA. 87,6% siswa mengaku mengalami tindak kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun psikis, seperti dijewer, dipukul, dibentak, dihina, diberi stigma negatif hingga dilukai dengan benda tajam.  78,3 persen anak juga  mengaku pernah melakukan tindak kekerasan dari bentuk yang ringan sampai yang berat.
Merujuk pada hasil riset tersebut menunjukkan bahwa sekolah hingga detik ini belum bisa menjadi tempat yang ramah bagi anak (siswa). Hal tersebut tentu sangat kontraproduktif dengan makna sekolah itu sendiri, yaitu sebagai tempat untuk belajar.
Dengan melihat kondisi tersebut pemerintah Surakarta, agar segera menerbitkan kebijakan sekolah ramah anak di seluruh sekolah di Indonesia. Sehingga kedepan sekolah tidak hanya menjadi lembaga yang berorientasi pada pencapaian target kurikulum tapi penyelenggaraannya juga menghormati HAM dan prinsip perlindungan anak.
Salah satu caranya dengan  mengajak anak berpartisipasi dalam memutuskan setiap kebijakan sekolah misalnya dalam hal pembuatan  tata tertib, dan penentuan jenis hukuman di sekolah. Sementara itu, Pendidik juga mempunyai peran yang sangat signifikan, mereka harus mampu menjadi pendidik yang ramah terhadap  anak dan mampu  menjadi fasilitator yang baik bagi anak didiknya.

Thursday, August 7, 2014

Resensi



Judul Buku            : Album Cerita Pilihan Emak Ingin Naik Haji
Penulis                   : Asma Nadia, dkk
Halaman                : 210 halm
Diterbitkan            : Asma Nadia Publishing House 2010


Emak ingin naik Haji merupakan sebuah cerita sederhana yang membuat kita menyadari arti penting sebuah perjuangan hidup. Haji adalah rukun Islam terakhir sekaligus mahkota, karena seorang manusia menemui Tuhannya dengan busana putih, melepaskan semua status dan label sosial dalam persaudaraan dan solidaritas dan kepedulian sempurna pada sesama manusia, khususnya dengan saudara Muslim sedunia.  Asmanadia dengan daya tarik khasnya memotret dengan baik kecenderungannya Haji ala Indonesia yang sibuk dengan status dan abai pada solidaritas antar-manusia.
Membaca cerita-cerita dalam buku ini sangat berpihak pada suasana kampung melalui pendekatan tradisional. Akan tetapi, penulis sangat cerdik menggarap cerita ini melalui pendekatan modern, dengan sengaja menghapus paragraf-paragraf antara yang menjembatani setiap babak. Dalam sekelebat, ada beban intelektual yang disematkan sehingga alur yang seharusnya mengalir dan karib sedikit diganggu justru oleh teknik penyampaiannya.
Cerita “ Emak Ingin Naik Haji” ini dramatik dan tragis sejak awal. Diceritakan dengan yang tidak linear, melainkan dipadukan dengan teknik kilas balik. Cerpen yang efektif, hanya sekitar 12 ribu karakter, namun telah menyodorkan tiga alur kisah yang kelak bersatu pada klimaks. Tokoh Emak dan Zein, yang menjadi alasan cerita ini ditulis. Keluarga Juragan Haji yang memicu keinginan Emak untuk naik haji, serta bos dan sekretaris yang mengantarkan alur pertama dan alur kedua menyatu sebagai drama.            

Saturday, February 8, 2014

Essay



Ironis Mahasiswa Apatis

            Dunia kampus sebagai kawah candradimuka kemahasiswaan  merupakan sebagai tempat pengkaderan calon para pemimpin bangsa. Sebagai mahasiswa sudah sepatutnya kita mengetahui kemana arah pergerakannya, fungsi dan perannya sebagai kaum intelektual bagi semua kalangan, setidaknya memiliki nilai tambah bagi kalangan masyarakat.  Melihat eksistensi gerakan mahasiswa pada eraglobalisasi saat ini tidak ubahnya dengan gerakan mahasiswa pada jaman dulu hingga sekarang. Pada era jaman dulu mahasiswa sangat difungsikan di berbagai kegiatan masyarakat. Dibangga-banggakan bagi kalangan masyarakat umum khususnya di lingkungannya. Kenyataan yang terjadi kondisi gerakan mahasiswa pada arus kehidupan saat ini mahasiswa seakan melupakan Tridarma Perguruan Tinggi yang merupakan ideologinya. Sehingga hal ini menjadi pandangan negatif  bagi masyarakat atas keberadaan fungsi dan peran mahasiswa sebagai Agent Of Change.
Sejarah telah menyaksikan berbagai peristiwa besar di dunia yang tidak lepas dari aktor intelektual di belakangnya. Kaum intelektual yang diwakili masyarakat kampus termasuk juga mahasiswa sering menjadi penggagas utama dalam setiap perubahan (Deddy Yanwan Elfany).
Pramoedya Ananta Toer, pernah mengatakan, “Semua yang terjadi di bawah kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berpikir.” Dan mungkin yang dimaksud Pramoedya adalah kalangan intelektual, mereka yang berpikir dan hidup dalam gagasan-gagasan. Selain itu Noam Chomsky dalam The Responsibility of Intellectuals mengatakan, seorang intelektual dengan status istimewanya berkewajiban memajukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian.
Yang cenderung melakukan hal ini adalah aktor mahasiswa atau aktivis kampus yang peduli  dengan berbagai kondisi kegelisahan masyarakat, aspirasi yang tidak tercapai, pemerintahan yang lamban, dan krisis demokrasi, sehinggan mahasiswa yang memiliki jiwa kepedulian terhadap apa yang terjadi mereka akan mengambil tindakan memberikan solusi, lain halnya dengan mahasiswa yang apatis, seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi.
Melihat memorandum sejarah gerakan mahasiswa mereka melakukan tuntutanya dengan berbagai cara untuk mengharapakan perubahan atas tuntutanya, apabilah kita belajar dari sejarah ini umumnya mereka melakukan tuntutan dengan cara melakukan aksi, baik aksi massa, aksi dialogis, aksi solidaritas dan lain-lain. Tokoh revolusi Islam Ali Syariati menegaskan intelektual harus memainkan peran strategis  mencerahkan lapisan masyarakat yang tertinggal. Ali Syariati mengungkap tugas intelektual adalah sebagai Rausyan Fikr, mencerahkan lapisan masyarakat yang terpinggirkan. Dan pada akhirnya bukanlah tidak mungkin kondisi yang diidealkan dalam konsep Civil Society atau Masyarakat Sipil  bisa tercapai. Sebagaimana kata Fahri Hamzah, masyarakat sipil berperan kritis sebagai kontrol terhadap domain politik negara dan juga kontrol terhadap domain ekonomi.  Dengan begitu, perlindungan terhadap rakyat baik individu maupun kelompok oleh kesewenang-wenangan  dapat tercapai.Pergerakan mahasiswa seperti inilah yang dianggap dapat memberikan solusi perubahan terhadap tuntutan mahasiswa.
Ernest Mandel seorang marxist asal belgia mengeluarkan sebuah konsepsi tentang pergerakan mahasiswa. Ia menyebutkan perlu adanya integrasi yang tidak terpisahkan antara teori dan praktek. Dalam hal ini teori dan praktek adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aksi tanpa teori tidak efisien atau tidak dapat melakukan perubahan yang mendasar. Begitu pula teori tanpa aksi  tidak akan mendapat watak ilmiah karena tidak ada jalan lain untuk menguji teori tersebut selain dengan aksi.
Tetapi dengan realita yang ada sekarang, mahasiswa belum maksimal dalam melakukan hal tersebut. Singkatnya, mahasiswa apatis masih terlalu banyak jika dibandingkan dengan mahasiswa yang responsible. Mahasiswa sekarang dibatasi dalam hal berfikir. Karena ditakuti adanya sebuah ancaman mulai dari hilangnya sebuah nilai akademik atau ancaman-ancaman yang lain yang bisa melunturkan daya kritis mahasiswa itu sendiri. Mahasiswapun dilarang kritis.
Jika kita berkaca pada kehidupan kampus saat ini. Masih banyak perdebatan antara mahasiswa satu sama lain tentang sebuah pergerakan. Ada yang mengatakan, bahwa sepatutnya mahasiswa yang notabene kaum intelektual tidak perlu melakukan aksi. Karena cukup hanya dengan berdiskusi terkait kebijakan-kebijakan isu internal kampus maupun eksternal (politik atau pemerintahan);  Ada juga yang beranggapan bahwa untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat maupun mahasiswa atau melakukan perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan yang merugikan hanya bisa dilakukan dengan aksi.
Bila kita hanya mengandalkan teori, itu sama halnya dengan kita berusaha sampai ketempat tujuan dengan kaki terpincang. Serta hasil kajian-kajian dan diskusi yang dihasilkan hanya akan menempel di dinding-dinding ruangan diskusi atau menjadi setumpukan arsip. Untuk itu ujung dari sebuah kajian dan diskusi adalah aksi. Walaupun pada zaman ini, perkembangan teknologi begitu canggih, dimana setiap tulisan bisa dengan mudah disebarkan dan dibaca oleh setiap orang. Tetapi kita tidak boleh mengesampingkan eksistensi dari sebuah aksi. Karena sejujurnya kekuatan dari sebuah aksi masih begitu besar dalam menuntun sebuah perubahan.
Begitupun bila kita hanya mengandalkan aksi, Jangan berharap akan terciptanya sebuah perubahan. Untuk menuntut suatu perubahan seyogyanya kita mengetahui apa yang akan kita rubah dan apa alasan untuk merubah. Karena landasan dari suatu aksi adalah teori. Kita harus melakukan kajian-kajian dan diskusi terlebih dahulu sebelum melakukan aksi. Suatu aksi yang tercipta tanpa kajian hanya dipenuhi oleh nafsu emosi semata. Ibarat seseorang yang mau pergi ke kampus , tetapi dia tidak mengetahui jalan menuju kampus itu, maka pada akhirnya ia akan tersesat dan kebingungan.
Selain hal diatas terdapat suatu hal lainnya yang menyebabkan pergerakan-pegerakan mahasiswa sekarang cenderung menurun. Yaitu berkurangnya minat mahasiswa untuk berdiskusi dan mengkaji isu-isu terkini.
 Untuk itu sebuah lembaga kemahasiswaan yang menaungi seluruh civitas academia harus berusaha untuk menghidupkan diskusi-diskusi dalam kampus.. Karena hanya akan membuat mahasiswa kebingungan dan tidak mengetahui maksud dan tujuannya melakukan aksi untuk itu perlu diadakannya .Hal lain yang membuat menurunnya sebuah pergerakan mahasiswa adalah banyaknya mahasiswa yang terpangaruh propaganda media massa tentang sebuah aksi. Mereka menganggap aksi atau demonstrasi adalah suatu hal yang anarkis, tidak mencerminkan sifat intelektual akademisi. Tetapi bila semua jalan untuk melakukan advokasi tertutup. Maka jalan terakhir adalah aksi untuk itu kita tidak perlu anti dengan yang namanya aksi.
Akan tetapi dalam masalah aksi ini, masih terdapat mahasiswa-mahasiswa yang bertindak sok pahlawan padahal sesungguhnya ia seorang hipokrit yang hanya mengejar eksistensi pribadi masing-masing. Biasanya mahasiswa seperti ini melakukan sebuah aksi tanpa melakukan diskusi dan kajian-kajian terlebih dahulu. Lalu ujung-ujungnya melakukan demonstrasi yang anarkis. Menyebabkan rasa simpati dari masyarakat terhadap sebuah aksi berubah menjadi antipati. Padahal substansi dari aksi adalah untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat. Bila suatu aksi sudah kehilangan kepercayaan dan harapan dari masyarakat, maka jangan harap perubahan itu terjadi.
 Dalam hal ini sudah sepatutnya mahasiswa menghentikan perdebatan tentang mana yang baik dalam melakukan pergerakan. Apakah itu teori ataupun aksi karena dalam menciptakan sebuah gerakan revolusioner tidak ada yang namanya pemisahan antara teori dan aksi.
Mahasiswa takut pada dosen, dosen takut rektor, rektor takut pada menteri, menteri takut pada presiden, presiden takut pada mahasiswa.
(Taufik Ismail).
dimuat di majalah Respon edisi bulan Januari-Februari 2014.

Saturday, February 1, 2014

Review Buku IRC



Judul Buku          : Laskar Anak Pintar
Penulis                 : Andri Saptono
Halaman              : 128
Penerbit               : Indiva Media Kreasi, 2013

Review
 Novel anak yang berjudul Laskar Anak Pintar merupakan gambaran kisah petualangan seorang bocah yang bernama Maman, Lukman, Daud, Iqbal dan Sholeh.Mereka berlima hidup disuatu daerah pedesaan yang jauh dari keramaian kota.
 Mereka berlima merupakan anak dari keluarga sederhana.Maman anak seorang buruh serabutan yang meninggalkan bangku sekolahan dikarenakan ayahnya tidak sanggup untuk membiayai sekolah, Sholeh merupakan anak dari seorangl elaki yang berjualan pisang goreng keliling kampung, Sholeh merupakan anak yang cerdas, pandai dan selalu mendapatkan beasiswa.Tak ketinggalan Daud, Iqbal dan Lukman mereka semua sama berasal dari keluarga yang sederhana. Mereka merupakan sahabat yang sejati, meskipun keduanya memiliki karakter yang berbeda. Dalam hal ini Maman dikisahkan sebagai seorang anak yang tidak menempuh pendidikan Sekolah dan Sholeh merupakan seorang anak yang menempuh pendidikan atau anak sekolahan.  Hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk mereka berdua. Biarpun berbeda status sosial ekonomi mereka, rasa kepedulian tetap ada didalam diri mereka. Sikap saling tolong menolong, menghormati sesamanya, serta rasa ingin menegakkan agama dengan cara yang mereka lakukan sungguh sangat mengesankan dan bisa dapat di jadikan contoh untuk anak-anak di era sekarang yang sudah mulai terkikis dengan budaya ceyber. 
Didalam buku ini kita dapat belajar dari seorang anak kecil yang memiliki kepedulian  yang baik untuk lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka anak yang berasal dari keluarga miskin dan sederhana, namun dibalik itu semua mereka mampu menjadi pahlawan kecil di daerah tempat tinggal mereka.Berbagai permasalahan di kampungnya mampu mereka hadapi dan selesaikan bahkan solusipun mereka berikan kepada orang dewasa. Hal ini mengingatkan bahwa anak kecil saja bisa berbuat kebaikan, apalagi kita sebagai orang dewasa selayaknyalah harus bisa lebih baik.
 
Judul Buku          : Novel Batavia 1936
Penulis                 : Widya W Harun
Halaman              : 380
Penerbit               : Republika, 2009

Review
Novel ini berkisah tentang kisah cinta yang memilukan dari bangsa keturanan Belanda, Eropa yang tinggal di Negara Hindia (Indonesia) tahun 1936. Novel ini merupakan novel percintaan yang berlatar belakang pergerakan nasional. Cerita ini dibangun dari tempat yang secara nyata ada pada zaman itu yaitu menteng, batavia yang sekarang bernama Jakarta. Daerah Menteng yang dalam sejarahnya digambarkan sebagai kawasan yang prestisius bagi kalangan Eropa dan terlarang dimasuki oleh kalangan Bumi putra yaitu penduduk asli pulau jawa. Berawal dari sejarah inilah dimanfaatkan untuk membangun konflik horizontal antara orang-orang Eropa dengan Pribumi, yang menimbulkan kekhawatiran terjadinya Chaos di bumi Hindia. Wilayah yang menjadi setting utama dalam novel ini selain Menteng juga pasar Malam Gambir, yang mengispirasi Gubernur DKI Jakarta pertama,Ali Sadikin untuk membuat acara Pekan Raya Jakarta.
Novel ini menggambarkan secara apik putaran roda kehidupan  manusia dimana Keluarga Rijkaard merupakan keluarga keturunan dari Bangsa Eropa pertama yang masih menyembunyikan identitas agamanya dari Ratu Belanda, keluarga Rijkaard ini merupakan keluarga muslim. Ketika identitas agama mereka sampai ketahuan ratu Belanda akan berakibat fatal bagi posisi kedudukan di pemerintahan Rijkaard itu sendiri. Bagaimanapun keluarga ini merupakan keluarga yang terkenal di seantaro bumi Hindia, terkenal dari segi kekayaannya maupun kebaikannya kepada kaum pribumi. Tokoh utama dari novel ini adalah Kirani Rijkaard, seorang putri keturunan bangsawan Eropa yang kecantikannya membius setiap lelaki yang memandang dan seorang putri yang cerdas akan ilmu agamanya. Lelaki mana yang tidak terlena ketika memandang Kirani.  Meskipun keturunan orang Belanda akan tetapi, Jiwa Nasionalisme Kirani terhadap Negeri Hindia ini luar biasa kebijakan-kebijan yang bisa dikatan merugikan kaum pribumi pasti selalu ditentang olehnya.  Dikarenakan hal tersebut, Kirani akhirnya bergabung dengan para sekumpulan pemuda pribumi ; Syam, Tomo, Husein dan Poltak yang secara diam-diam membuat surat kabar gelap yang bernama Fajar. Surat kabar tersebut berisi berita yang selalu bertentangan dengan pemerintah yang masih dibawah oleh kolonial Belanda, sehingga mereka menjadi buronan oleh polisi. Akan tetapi, dengan kecerdikannya polisi sulit untuk melacak keberadaan mereka dikarenakan mereka semua membawa nama samaran ketika menulis di Koran Fajar.
Selain menceritakan tentang perjuangan novel ini juga menggambarkan kisah kehidupan yang hedonis bangsa Eropa kala itu. Kehidupan para bangsawan yang slalu dihiasi dengan party dalam kesehariannya. Tak terkecuali keluarga Rijkraad, suatu malam putri Rijkraad Kirana dan Kirani menghadiri pesta ulang tahun salah satu bangsawan. Berawal dari situlah kisah cinta Kirana dan Kirani mulai. Dalam pesta tersebut mereka berdua melihat ada seorang pemuda keturunan Eropa, Hans Deventer, seorang dokter muda, yang gagah dan baik hatinya. Wanita mana yang tidak tertawan hatinya. Akan tetapi, tidak dengan Kirani malah dia tidak menaruh perhatian sama sekali dokter muda tersebut. Meskipun dari seak tadi Hans selalu memperhatikan dirinya. Beda dengan kakaknya, Kirana, dia begitu terkesima dengan dokter muda tersebut.
Hingga pada akhirnya, Hans bermaksud ingin melamar Kirani. Hal tersebut disampaikan kepada Ayahnya tuan Philip Deventer. Bagaimana tidak setuju Philip, perasaan senang dan haru mengelayuti diriny. Putra semata wayangnya ternyata ada keinginan untuk menikah. Namun ketika Hans menyampaikan maksud tersebut ada mbarsatu kesalahan yang tidak dia sampaikan siapa gadis yang dimaksud untuk dipinangnya. Alakulihal, ayahnya pun melamarkan putranya kepada tuan Rijkraad. Betapa tidak senang keluarga Rijkraad mendapat pinangan dari keluarga Philip yang bisa dikatakan antara Bobot, Bibit dan ras keturunan sama. Akhirnya Tuan Rijkraad menyampaikan maksud baik tersebut kepada istrinya Hailaila dn disampaikanlah maksud tersebut kepada Kirana sebagai anak pertamanya. Kenapa tidak disampaikan juga kepada Kirani? Karna dulu sepulang dari pesta Kirana bercerita kepada Ibunya kalau dia naksir dengan seorang dokter muda yang bernama Hans. Darisinilah tragedi berawal. Salah lamar pun terjadi. Betapa tidak kaget dan seolah tersambar petir, Kirani yang juga menyimpan rasa cinta kepada Hans begitu juga dengan Hans yang hanya bengong dan pingsan ketika lamaran terjadi bahwa yang dipinang tidak sesui dengan apa yang diinginkan. Lamaran pun tetap berjalan meskipun bahkan sampai kepernikahan yang direncanakan 3 bulan setelah lamaran. Hans begitu sulit menerima ini semua dan dia juga menyadari kalau dulu nama gadis yang ingin dipinang disampaikan pasti tidak terjadi hal seperti ini. Ketika igin di putuskan saja Hans takut bisa mencederai hubungan Ayahnya Philip dengan tuan Rijkraad.
Ceritanya tidak hanya sampai disitu saja, masih ada kisah-kisah yang memilukan di akhir cerita. Novel ini sangat berkesan ketika kita membacanya, selain kisah cinta didalam novel ini juga bumbui dengan pengetahuan keagaamaan islam. Seperti poligami, perkawinan beda agama, dan tentu saja tentang keutamaan Sholat.

 Surakarta, 1 Februari 2014





Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...