Sunday, January 12, 2014

Puisi



Sebuah Puisi Untuk Sang Pencipta
By Agus Yulianto

Ketika aku membuka jendela
Wajah ini tersapu sayu oleh silaunya sinar matahari
Sang mentari pun mencubit halus kulit wajahku
Tetes demi tetes embun pagi menjilat wajah sayu ini
Sejuk pun merasuk kedalam kalbu
Memberikan satu kedamaian
Rumput ranum pun bersendau gurau dengan sang bayu
Seakan mereka tersenyum kepadaku
 Dan Aku menjadi sebait puisi yang kesepian
Semakin ku coba bernyanyi
Namun hati ini terasa sesak
Sabda-sabda cintaku kini seakan tak bermakna lagi
Ketika yang ku sanjung
Tak mau lagi memahami arti bahasa hati
Tapi aku pun tak menyalahkan cinta
Karna aku slalu berdansa dengan hantu-hantu yang telanjang
Tanpa rindu...
Tanpa sayang....
Dan Tanpa cinta....
Hampa kurasa!
Ketika ku tatap di atas sana..
Ku lihat langit masih biru ....
Embun pun masih bening
Namamu pun rupanya tak mau kalah, terukir
Di dalam satu bait sajakku
Indah namamu...
Seperti indahnya kitab yang terhampar
Yang dalam setiap tanda diamnya
Slalu bertasbih ke pada Sang Maha Pecipta
Cahaya itu makna namamu
Slalu ku simpan dalam bingkai hatiku
Walau pun hati ini tak kan bersatu.
                                            2011

Kursi  Tua Yang Melupakan Aku

Ketika esok tiba aku duduk dalam
Sebuah kursi yang berdiri di depan
Jendela rumahku.
Ku pandangi kursi itu dan
Aku pun terduduk dalam lamunan
Matapun tertuju ke berbagai arah
Belahan dunia, dalam duduk ku di atas
Kursi itu.

Tanganpun melambai-lambai menyapa
Siapa yang menghampiri kursi itu ?
Senyum tersungging dari bibirku dan
Kursi itu yang kududuki .

Kursi tua yang lama tak terduduki
Kini bisa tersenyum kembali karna
Terduduki oleh aku.
Kursi itu berterimakasih kepadaku
Dan ucapkan kata ‘silahkan bediri kembali….
Dan pergilah dari ayunanku….

Kau hadir ketika susah payah menghampirimu
Dulu aku menyampihmu hingga berbulan-bulan
Tapi setetes keringatmu pun tak kau berikan ke aku
Durhaka memang pantas untukmu
Lebih baik…
Pergi dari pangkuanku
Pergi dari ayunan kursi tua yang membesarkanmu.

                                             Solo, 27 Juli 2013


 
KOSONG

Ketika malam tidak lagi berbintang
Aku terduduk dalam lemah tak berasa
Berasakan duka ataupun suka
Malam ini aku dalam kehampaan dan
Kosong…
Mata ku pun terlihat buram saat tertuju sebuah ruang
Kosong…..
Tubuhku menggigil dalam pengapnya kamar
Kosong….
Denyut nadi terasa hambar dan berteriak dalam kehampaan
Kosong…
Satu dua kali aku berteriak dalam ruang
Kosong…
Dan kini aku di hinggapi dalam kegelapan yang
Kosong…

                                                                           Solo, 27 Juli 2013
 ketiga puisi ini dimuat di harian Joglosemar, 12 Januari 2014.

Sunday, January 5, 2014

Catatan Hatiku

Menikmati Pergantian Tahun di Puncak Lawu
Tepatnya tanggal 31 aku dan teman-teman kampus ingin menikmati pergantian tahun kali ini bersama-sama. Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi ke puncak lawu, Karanganyar tepatnya di Tawangmangu. Meskipun saat itu kondisi diguyur hujan deras yang turun mulai dari sejak tadi pagi. Hal itu tidak menyurutkan langkah kaki kami. Habis Ashar kami yang berjumlah 8 orang memutuskan untuk berangkat menuju puncak lawu meskipun kondisi masih hujan deras. Perjalanan kami tempuh dengan menggunakan sepeda motor. Sambil menikmati rintikan air hujan dan macetnya lalu lintas di kota Solo. Dari tahun ke tahun hampir setiap pergantian tahun pasti hujan dan macet tentunya. Kenapa kami memutuskan untuk pergi ke puncak karna hanya ingin menikmati suasana yang baru di tahun baru. Jalanan menuju Kota Karanganyar padat total, kami pun mencari jalan alternatif yang lain. Jalanan yang masih di guyur air hujan begitu licin kami pun hati-hati ketika mengendarai kendaraan dengan di iringi jalanan yang berkelok-kelok dan melewati bukit yang hijau.
Sekitar pukul 17.30 kami sudah tiba di tempat tujuan kami, Tawangmangu.  Kondisi masih hujan meskipun tidak deras, kami memutuskan untuk istirahat sejenak di Masjid Tawangmangu yang berada di antara Pasar Tawangmangu dan Terminal. Kami duduk diserambi sambil menikmati dinginnya daerah pegunungan dan menunggu azan magrib tiba. Azan berkumandang orang-orang yang berada disekitar pasar dan terminal berduyun-duyun menuju ke masjid. Kondisi saat itu banyak para pelancong yang berdatangan dari berbagai daerah yang ingin menikmati pergantian tahun di puncak lawu mulai dari anak muda sampai yang paling tua. Jalanan di tawangmangu macet total mobil-mobil mewah berdatangan dari arah timur, ketika aku perhatikan rata-rata para pelancong berasal dari luar kota.  Usai sholat magrib kami mencari tempat untuk makan maklum perut sudah mulai keroncongan. Kami berjalan menuju pasar tawangmangu untuk membeli makanan akan tetapi, pasar ternyata sudah tutup semua. Kami menuju seberang kea rah terminal. Begitu banyak orang yang menjajakan barang dagangannya ada yang unik dari para pedagang di tempat ini. Mereka memanfaatkan mobilnya sebagai tempat angkringan, hal ini merupakan salah satu pemanfaatan kendaraan untuk berbisnis dan hal itu sangat bagus sekali. Akhirnya, kami menemukan tempat untuk makan sebuah angkringan yang menyediakan tidak jauh beda dengan makanan yang biasa kami makan. Melihat kondisi keuangan dari masing-masing yang menipis kami makan seadanya ; mie ayam, bakso da nada juga soto beserta segelas the hangat. Aku masih menyimpan jatah makan siangku dari tempat kerja sekalian saja aku makan dan bagi-bagi sedikit kepada teman-temanku. Makan Mie ayam, gorengan 2 dan segelas the hangat aku habis Rp. 8.000,00. Harganya sama saja ternyata, aku sempat berfikir biasanya kalau di tempat wisata dan apalagi mala mini mometumnya tahun baru biasanya harganya dinaikkan. Ternyata biasa saja.
Setelah makan malam ada dua temanku yang sedang mencari tempat penginapan, dari yang sisanya ini mencari snak untuk bahan cemilan begadang nanti malam. Waktu terus berjalan akhirnya, dua temanku tadi menemukan tempat penginapan dengan harga yang sangat fantastis. Pertama kami ditawari sebua villa dengan harga Rp.600.000,-/hari, kami angkat tangan. Kedua ada villa dengan dua tiga kamar dan free fasilitas dengan harga sekitar Rp. 400.000,-/hari dan itu pilihan terakhir mau tidak mau kamipun menerimanya. Akupun harus merogoh kocek kembali sebesar Rp.50.000,- dari pada tidak dapat tempat penginapan dan daripada harus tidur dipinggir jalan dengan kondisi cuaca yang begitu dingin yang tidak memungkinkan. Setelah sholat Isya’ kami menuju tempat penginapan. Jalanan mala mini begitu macet total yang membuat macet jalan mayoritas anak muda yang ingin menghabiskan malam tahun baru ini bersama teman-temanya. Aku hanya bisa menikmati perjalanan mala mini karna malam ini sesuatu malam yang begitu menyenangkan. Tahun kemarin aku menimati pergantian akhir tahun di pantai Bantul, Yogyakarta dengan kondisi yang sama hujan dan kamipun tidak jadi mendirikan tenda, mushola yang berada dipantai menjadi tempat pilihan untuk istirahat. Malam ini tentunya beda ada tempat untuk kami menikmati keindahan malam di puncak lawu.
Waktu sudah menunjukan pukul 23.00 WIB kami memutuskan untuk jalan-jalan melihat suasana kembang api di pinggiran jalan tawangmangu. Ramai sekali dengan diringi desingan suara sepeda motor anak-anak muda. Berbagai dari penjuru dating menikmati pergantian tahun 2013 ke tahun 2014. Jalanan penuh aroma kembang api yang meghiasi langit yang dari tadi mendung kini terhiasi dengan indahnya warna warna cahaya kembang api. Suara riuh terdengar dimana-mana orang-orang merayakan pergantian tahun ini dengan penuh suka cita. Hujan tidak menyurutkan langkah mereka untuk mencari hiburan di mala mini. Aku juga melihat kondisi yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dikota Karanganyar tempatku dilahirkan dari beberapa decade malam tahun baru identic dengan sebuah hiburan di alun-alun kota, akan tetapi mala mini ternyata Karanganyar memberikan wajah yang berbeda dari tahun tahun sebelumnya. Para pemimpin yang baru saja terpilih lebih mengajak masyarakatnya untuk menikmati pergantian tahun ini dengan bermuhasabah bersama di masjid Agung Karanganyar. Juliatmono dan Rohadi Widodo (YURO) mengajak masyarakat untuk berdzikir bersama mungkin dengan tujuan supaya ditahun yang baru ini kota karaganyar bisa menjadi kota yang tentram seperti sloganya Karaganyar Tentram.Aku habiskan malam ini dipuncak gunung Lawu jauh dari kebisingan Kota. Meskipun hiburan begitu banyak di Kota Solo tapi, mala mini aku hanya ingin menikmati dinginnya gunung lawu dan melepas segala penat yang membebani hidupku. Aku ingin menatap di tahun 2014 dengan sesuatu yang baru.
Begitulah sedikit cerita perjalananku dalam menikmati pergantian tahun. Dalam muhasabahku terpanjatkan sebuah doa ditahun 2014 ini aku lebih bisa focus dengan apa yang aku ingin raih. Serta harus banyak perbaikan perbaikan diri ini agar aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik serta bermanfaat untuk semuanya. Kami pun sempat membuat sebuah ikatan apapun yang terjadi kami tetap bersama. Selamat tahun baru 2014 jadikan tahun ini dimana kita menjadi orang yang bermanfaat untuk perbaikan bangsa dan Negara Indonesia.
Aku hanya ingin bahagia….
Menikmati hidup ini dengan sesuatu yang bermanfaat
Tahun 2014
Tahun yang penuh dengan kepastian
Dalam menentukan masadepan
                                ( Agus Yulianto, 1 Januari 2014)



                                                                                           

Monday, December 30, 2013

Catatan Hatiku

Surat Untuk (calon) Istriku
Kepadamu,
Yang masih disembunyikan Allah keberadaannya, yang masih terjaga sebagai rahasiaNya, semoga engkau selalu dalam lindunganNya, dalam segala kebaikan, dalam sebaik-baik kebajikan.
Kenalkan, aku adalah calon suamimu. Tentang siapa aku, akan sedikit aku ceritakan.
Tak banyak yang bisa kau banggakan daripadaku. Seorang yang masih terus belajar dan belajar menjadi yang terbaik bagimu. Yang berusaha untuk menjadi baik meski godaan selalu datang menghampiriku. Yang mencoba menjaga diriku seutuhnya untukmu.
Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Aku hanyalah seorang calon guru atau entah esok diletakkan dimana rejekiku, aku ikuti aturannya Allah, aku manut saja. aku ingin menghabiskan sisa-sisa waktuku denganmu, semampuku.
Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Kaya? Tentu tidak, aku berasal dari keluarga sederhana, ayahku seorang buruh, ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka tak memiliki ijazah tinggi sepertimu, tapi mereka selalu berusaha yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya hingga aku bertemu dengannya yang mungkin adalah hasil dari perjuangan mereka menyekolahkanku setinggi ini? Kami sederhana, kami merasa cukup. Yang menjadi kunci bukanlah seberapa banyak materi, tapi seringnya kami bercerita bersama di depan televisi, saling terbuka satu sama lain, dan saling merindu ketika tak ada perjumpaan satu sama lain.
Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Kamu berharap aku dari keturunan yang baik-baik? Aku mengaminkan. Meski tak sebaik keluargamu, tapi aku menganggap keluargaku adalah keluarga terbaik yang pernah ku miliki. Entah ketika bersamamu, tapi aku berharap kita bisa mewujudkan generasi-generasi terbaik dari keturunan yang baik. Meski orangtuaku tak berpendidikan tinggi, tapi mereka ingin anaknya sekolah tinggi. Dan benar, segala daya dan upaya mereka, dengan ketulusan doa mereka kepada Sang Pencipta, harapan itu berwujud kenyataan, berwujud kesuksesan pada empat bersaudara yang mereka lahirkan.
Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Mungkin saja kamu mencari yang yang sederajat denganmu, dan tentu tak kau jumpai padaku. Bisa jadi kamu salah alamat. Tapi yakinlah, aku akan menjaga diriku untukmu, dengan hijab sebaik yang aku bisa. Aku akan mempersering wudhu agar wajahku selalu tampak cerah ketika di hadapmu. Aku akan tersenyum setulus hatiku. Seikhlas yang aku bisa, untukmu, iya, untukmu.
Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Tapi sayang, lagi-lagi aku tidak bisa janji banyak kepadamu. Bagaimana kalau jam tidurku lebih banyak dari jam tidurmu? Bagaimana kalau aku menjadi sibuk di luaran sana sedang anakmu aku tinggal bersamamu? Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku. Pertimbangan wanita memilih bisa jadi dari agamaku. Ketika jodoh adalah cerminan dari diriku, berarti aku harus membaikkan diriku, terus membaikkan diriku, karena aku sadar, sekarang aku masih belum baik. Aku mencintai Allah dengan sekadarku. Aku masih sering menunda-nunda sholatku, lalai dalam mengaji, malas menghadiri kajian, dan ogah-ogahan untuk menambah hafalanku .
Tak ada yang bisa kau banggakan daripadaku.
Tapi, aku akan berusaha menjadi yang terbaik bagimu. Yang mendengar ceritamu hari demi hari, yang memberikan pundaknya untukmu bersandar ketika lelah menyerang. Yang berada di belakangmu ketika kamu membutuhkan dorongan, dan yang merindumu ketika engkau sedang jauh.

Aku, aku yang akan mengajakmu atau lebih tepatnya memaksamu untuk pergi jalan-jalan karena aku tau kamu sedang penat. Aku yang akan menuliskan huruf demi huruf yang membuatmu tersenyum karena aku pandai berkata-kata untukmu. Namun ketika aku lelah, boleh ya, aku memintamu untuk memainkan melodi sekadar menenangkan hati yang terkadang pemiliknya pun tak mengerti?

Catatan Hatiku

Sebuah Perenungan  Akhir Tahun 2013 menuju Tahun 2014

Tahun 2013 merupakan sebuah perjalananku dalam menjelahi kehidupan yang penuh dengan ragam dan warna. Ketika aku ingin memukul mundur waktu untuk melihat kembali kisah perjalanan kehidupanku yang penuh intriks dan warna. Memoriku seketika terbang menuju masa lalu, mencoba menggali kembali suasana dan detail yang terjadi pada kisah yang kutuliskan setiap hari. Menggelitik, karena kurasakan beberapa emosi yang mengalir melalui tulisan tulisan itu. Perca-perca kisah yang menyusun pribadiku masa lalu dan mungkin masa kini.. artefak artefak yang meninggalkan fosil fosil kehidupan bahkan yang masih bisa kusaksikan hingga saat ini. Siapa pernah menebak bahwa tanda tangan yang kugunakan hingga saat ini memiliki sejarah yang kuukir pada tahun 2013 tersebut.
Di akhir tahun ini saya ingin mencatat berbagai hikmah kehidupan dan memetik pelajaran darinya serta memungut hikmah yang berserakan. Sebagai pembelajar dari kehidupan melalui universitas Alam Semesta Fakultas Kehidupan saya senang sekali mengamati dan mencermati hal-hal kecil dalam kehidupan, baik yang berada di lingkungan maupun sekitar kehidupan yang saya tahu. Sungguh beruntung orang yang mau belajar dari itu semua.
Kurasakan apa yang menjadi kisahku masa lalu adalah hikmah yang masih bisa kuambil hingga saat ini. Keinginan-keinginan yang telah terkubur waktu atau karakter yang telah berubah menjadi semakin baik atau sebaliknya. Namun perlu juga proporsionalitas agar diriku kini tak hanya berorientasi masa lalu melainkan juga sosok yang berorientasi masa depan, yang mampu menyeimbangkan antara kisah masa lalu dengan harapan masa depan yang terintegrasi menjadi sosok visioner yang matang dan bijak… memenuhi setiap poin muwashafat kader dasar dengan ikhtiyar terbaik.
Sejak masuk kuliah mungkin aku tidak pernah menulis diary secara khusus.. dan baru tahun 2010 aku pun menggunakan fasilitas blog yang kurasakan tak hanya bisa berbagi untuk diri sendiri tapi mungkin juga bermanfaat untuk orang lain.. dan aku pun ingat bahwa masih banyak diary lain yang pernah kutulis yang entah kini tersimpan di mana.
            Tahun 2013 memang sebuah fase dimana diriku memukul sebuah gong kehidupan untuk menentukan sebuah pilihan. Pertama masuk kuliah tahun 2009 hingga tahun 2012 merupakan sebuah fase dimana hidup dalam sebuah pilihan. Ketika kehidupan mengajakku untuk memilih sebuah masa depan. Aku pun terus mencari dan mencari kendaraan kehidupanku yang sesuai tentunya dengan diriku. Dan ditahun 2013 aku memang dihadapkan pada sebuah pilihan yang sudah mulai mengerucut. Setiap waktu aku analisis kegiatan dalam keseharianku akhirnya aku tahu bahwa diriku memang diciptakan untuk menjadi sosok intelektual muslim yang integral. Beragam aktivitas yang tak terbayangkan sebelumnya mengantarkanku pada sebuah misi perubahan kehidupan.
            Semangat muda kembali muncul dalam kehidupanku.  Sebuah proses dimana diri ini dibenturkan pada suatu persoalan menjadikan diri ini lebih untuk menatap masa depan. Ketika di tahun 2013 begitu banyak pemikiran yang datang dalam kehidupanku. Bahkan jiwaku sempat bertanya pada diri ini
 “ Wahai pemuda kontribusi apa yang akan kau berikan untuk Bangsa mu ini?”
“ Wahai Pemuda selama kau menempuh pendidikan S1 ilmu apa yang kau dapatkan?”
“Wahai pemuda sudah siapkah dirimu mengabdi untuk bangsamu?”
Dan begitu banyak seabrek pertanyaan yang bertubi-tubi menghujani diriku. Sampai saat ini aku belum bias menjawabnya. Masih aku simpan dalam sketsa kehidupanku. Tahun 2014 merupakan tahun berkiprahnya peran pemuda di panggung dunia. Tentunya jawaban dari pertanyaan itu akan aku jawab dan teraplikasikan dalam pengabdianku sebagai seorang muslim intelektual di tahun 2014. Melalui panggung seperti apakah aku hanya bias menunggu tentunya. Allah swt kini telah membuatkan sketsa kehidupanku yang baru di tahun 2014.

Tahun 2014 tahun dimana pemuda pemudi Indonesia berkiprah di panggung nasional.
 Ber-kontribusi untuk bangsa. Profesional dalam bekerja. Kompeten dalam berkarya.

Tuesday, December 3, 2013

SAJAK




Dibawah Lorong Jembatan

Dibawah lorong jembatan
Daku bertemu dengan seorang kawan
Kawan yang dulu ku kenal dermawan
Kawan yang dulu penuh kebajikan

Dibawah lorong jembatan
Ada semburat senja kesedihan
Dari wajah yang rupawan
Dari seorang yang penuh belas kasihan

Kawan…
Ya kawan…!
Yang sangat dermawan
Kini tinggal di lorong jembatan

Hanya dilorong jembatan
Tempat bernaung mencari kehidupan
Tempat dimana seorang kawan
Yang tersandung akibat penipuan

                                    Jakarta, 17 Desember 2008
Dimuat di Solopos edisi 1 Desember 2013


Orang-orang Melarat

Kini banyak orang melarat
Berkumpul di depan rumah Pak Camat
Mereka mengadu cepat
Supaya mereka dapat
Siapa yang kalah cepat
Dan siapa yang terlalu lambat
Mereka tak akan tercatat
Di Buku harian Pak Camat

“Pak Camat…?”
Seru geromboln orang melarat
“Lihatlah tubuh kami yang cacat,
Yang tak bisa berjalan cepat,
Untuk mendapatkan paket hemat,
Dari Pemerintah Pusat.”

                        Bogor, 28 Desember 2008.
Dimuat di SOLOPOS edisi 1 desember 2013

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...