Tuesday, December 25, 2012

Cerpen


Aku Ingin Sekolah


“ Nek…Ayuk mau sekolah seperti Santi dan Jojon ? “ dengan nada memelas Ayuk mencoba menyakinkan Neneknya agar dia bisa disekolahkan. Ayuk memang selama ini hidup hanya berdua dengan Neneknya. Semenjak kecil Ayuk sudah jauh dari kedua orang tuanya. Ayah dan Ibunya meninggalkan ayuk begitu saja. Karna mereka selama ini tidak mengingikan kehadiran Ayuk. Mereka hamil di luar nikah dan kehadiran Ayuk merupakan kehadiran yang tidak membawa kebahagiaan. Di satu sisi ibunya ayuk adalah anak seorang tukang becak sedangkan ayahnya Ayuk keturunan ningrat, keratonan. Mereka bisa di pertemukan ketika masih sekolah di SMA Cokro Aminoto. Bisa dikatan ibunya ayuk meskipun berasal dari keluarga yang tidak berada tapi, kecantikannya melebihi putri keraton. Oleh karena itu , Melihat kecantikan Ibunya Ayuk yang bernama Sartika , Ayahnya Ayuk yang bernama Raden Aji tertarik dan ada keinginan untuk mempersuntingnya. Namun karna perbedaan kasta akhirnya cinta mereka tak direstui. Akhirnya mereka melakukan sebuah perbuatan yang dapat mencoreng nama baik keraton. Dari pihak keluarga Aji tidak dapat menerima kehadiran Sartika. Akhirnya Aji pun di ungsikan keluarganya ke Amerika untuk di kuliahkan disana. Sementara Sartika harus rela melepaskan Aji dari kehidupannya. Sartika pun terpukul berat atas kepergian kekasihnya itu, siang malam Sartika hanya ngalamun mengurung dirinya di kamar. Dan sampai suatu ketika lahirlah si Ayuk. Karna tidak ingin membuat malu keluarganya Sartika pun pergi entah kemana tanpa pesan sedikitpun kepada kedua Bapak dan Ibunya, hanya bayi mungil, lucu di tinggalkan sendirian di dalam kamarnya serta sepucuk surat yang berisikan “ Tolong Jaga anakku Pak, Bu ? Maaf Sartika harus pergi..”. semenjak itulah kedua orang tua Sartika tidak pernah mendapatkan kabar kemana anaknya satu-satunya itu pergi. Hingga saat ini Sartika tidak dapat di ketahui keberadaannya. Sementara itu Kakenya Ayuk sudah lama tiada ketika Ayuk berusia lima tahun. Kini Ayuk sudah remaja seandainya kalau dia sekolah sekarang dia duduk di bangku SMA. Namun apa dikata , Neneknya yang sudah berusia 70 tahun sudah tidak mampu lagi menyekolahkan Ayuk. Rumah yang hanya terbuat dari bambu , kadang kalau makan mereka harus mencari hutangan kalau tidak dapat hutangan mereka pun harus puasa. Melihat kondisi yang seperti itu Ayuk sempat bingung harus berbuat apa. Ketika melihat dirinya yang hanya tamatan SD dia bingung mau kerja apa. Dia selalu berusaha keras untuk melamar beberapa tempat tapi apa dikata “ Maaf mbak kami tidak membutuhkan tamatan SD tapi yang kami butuhkan tamatan SMA ..” . Rasa asa pun sering kali menggelayuti diri Ayuk. Ingin menangis …tapi tidak bisa. Ingin berteriak …namun apa daya. Ketegaran hanya modal yang dia miliki. Sikap pantang menyerahnya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan . Serta keuletannya tidak ada yang bisa menandingi. Doa selalu mengiringi dalam setiap langkahnya, Asma Allah pun tidak pernah lepas dari setiap langkah kakinya. Gadis belia seusianya yang seharusnya bisa menikmati masa-masa remajanya. Kini dia lalui dengan kerja sebagai tukang cuci di rumah tetangganya. Upah yang di bilang tidak layak harus dia terima. Itulah yang harus dia lakukan untuk bertahan hidup bersama Neneknya. Di keesokan harinya Ayuk melihat Neneknya terbaring sakit lemas , badannya panas. Ayuk pun harus membawa Neneknya ke rumah sakit. Ketika sampai disana Dokter mengatakan bahwa Neneknya terkena deman yang cukup tinggi . Neneknya harus di opname . Ayuk pun sempat bingung harus berbuat apa. Uang hasil kerjanya yang selama ini dia tabung agar kelak bisa melanjutkan sekolah . Dia harus ikhlaskan untuk membiayai pengobatan Neneknya. Hanya seberapa uang yang dia miliki ternyata tidak mencukupi untuk membiayai Neneknya. Ayuk pun sempat kebingungan kemana dia harus mencari uang sebesar satu juta. Tabungannya hanya tiga ratus lima puluh ribu. Masih banyak kekuranganya. Belum lagi biaya untuk beli obat. Ayuk pun tidak dapat tinggal diam. Dia tambah jam kerjanya selain mencuci piring, dia juga menerima cucian pakaian. Dia setiap pagi habis sholat shubuh, dia harus jalan kaki menuju rumah tetangganya untuk bekerja bisa dikatakan jarak antara rumahnya dengan tetangganya sekitar tiga kiloan. Apalagi rumah Ayuk berada jauh dari sebuah keramaian pedesaan. Dia tinggal di sebuah hutan yang bisa dikatakan layak huni. Di hutan tersebut hanya berpenghuni tiga kepala keluarga sebuta saja keluarganya Sinta dan Jojon. Satu bulan kemudian Ayuk pun bisa mendapatkan hasil dari kerja kerasnya. Uang satu juta pun bisa terkumpul bahkan lebih . Rasa syukur kepada Allah SWT selalu terniang di dalam hantainya. Ayuk pun bisa membayar biaya pengobatan Neneknya. Ketika dalam perjalanan pulang mengantar Neneknya. Ayuk sempat membaca sebuah pengumuman dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang di tempel di papan pengumuman di Kelurahan. Di pengumuman tersebut memberikan info tentang sekolah gratis bagi warga yang selama ini tidak tamat atau tidak dapat melanjutkan sekolah. Seketika itu Ayuk langsung tergerak hatinya untuk mendaftarkan dirinya. Raut wajah bahagia menyelimuti hatinya. Impiannya untuk dapat melanjutkan sekolah akhirnya tercapai juga. Meskipun sekolah itu hanya sekolah setara. Tapi hal itu tidak menjadikan hatinya kecil. Ayuk paham betul pentingya pendidikan. Walaupun hanya sampai SMA. Karna sekolah itu sangat penting untuk menunjang dan mengantarkan masa depan kita . Semenjak Ayuk ikut sekolah setara, Ayuk begitu rajin belajar. Dan dia selalu menyisihkan uang hasil kerjanya untuk membeli buku. Prestasi demi prestasipun dia dapatkan. Ayuk sempat di kirim ikut lomba cerdas cermat dan beberapa kompetensi antar sekolah setara. Gelar sang juara pun kini di sandangnya. Kehidupan Ayuk perlahan-lahan mulai ada perubahan Meskipun begitu Ayuk tetap bekerja di rumah tetangganya sebagi tukang cuci piring dan cuci pakaian. Tak ada rasa lelah sedikitpun di raut wajah Ayuk. Hanya rasa kebahagiaan yang menyelimuti dirinya. Kerja keras dan usaha yang dia lakukan akhirnya membuahkan hasil. Semangatnya untuk menuntut ilmu tidak pernah berhenti sampai di SMA. Ayuk pun mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikanya ke Perguruan Tinggi yang biayanya di tanggung seluruhnya oleh pemerintah. Beberapa tahun kemudian, kondisi Ayuk jauh berbeda. Neneknya sangat bahagia karna cucunya kini bisa menjadi apa yang dia impi-impikan. Meskipun mereka masih setia untuk tinggal di gubuk bambu yang menggoreskan sejarah kehidupannya. Guru adalah predikat yang di sandang oleh Ayuk. Lulusan dari sebuah Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Kini Ayuk menjadi salah seorang pengabdi untuk mencerdaskan bangsa-bangsanya. Dia pun bersama rekan-rekan semasa kuliahnya dulu mendirikan sebuah pendidikan gratis mulai dari SD sampai SMA di daerahnya. Karna betapa pentingnya pendidikan itu. Dia tidak menginginkan warganya seperti Ayuk dulu ketika mau sekolah tidak tercapai, ketika mau melamar kerja hanya dengan ijasah SD tidak di terima. Pengalaman hidupnya tidak ingin terulang di generasi ini. Harapannya untuk mencerdaskan warganya melalui pendidikan gratis. akhirnya berhasil. Karna hasil dari kerja kerasnya Desanya yang dulu terkenal sebagai desa yang banyak buta aksara akhirnya desanya kini menjadi salah satu desa unggulan penerapan pendidikan gratis. Dan banyak ilmuwan dan para pejabat yang datang kesana untuk mengadakan penelitian atau memberikan bantuan untuk keberlangsungan pendidikan. Ayuk pun mendapatkan julukan guru sejati karna kesetiaan serta pengabdiannya untuk masyarakat. Pemerintah pun juga memberikan sebuah penghargaan kepada Ayuk sebagai wanita ispirasi pendidikan gratis.

Monday, November 19, 2012

Catatan Hatiku




Kata itu berkata “ SAHABAT “

            Dunia begitu sempit untuk aku lalui. Tak ada yang abadi karna keabadian itu merupakan hal yang sangat tidak mungkin kecuali hanya karna kehendak Allah swt. Seperti halnya dengan apa itu Sahabat. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang tak sedkitpun kita tahu siapa Dia....Darimana Dia...Dan untuk siapa Dia...namun karna ada sebuah naluri keingin tahuan yang lebih mendalam akhinya rasa keingin tahuan itu menghinggapi diri kita untuk mengenal lebih dekat. Aku pernah bertanya kepada temanku “ apakah di dalam hidupmu ada yang namanya kata ‘Sahabat’ ? “  pertanyaan yang bisa dikatakan biasa tapi itu mendalam. Ketika kita berbicara apa itu Sahabat pasti dalam pikir kita ‘ orang yang sangat berharga dalam kehidupan kita. Orang yang selalu setia dalam keadaan apapun diri kita. Iya itulah beragam makna apa itu kata Sahabat. Lalu sahabat seperti apa yang kita harapkan didunia ini.
            Tentunya semua orang pasti pernah memiliki sahabat. Apakah sahabat itu dimulainya sejak kanak-kanak, remaja, dewasa atau tua bahkan ketika bertemu langsung ada sebuah rasa keterikatan  apa itu sobat. Sebuah kata yang memiliki makna yang mendalam bagi semua orang. Lalu apa yang akan kita harapkan untuk orang yang menjadi sahabat kita. Apakah dia harus ada setiap saat. Apakah dia harus menemani kita setiap waktu untuk bercengkrama, belajar bahkan sampai makanpun apa harus ada disisi kita. Kalau menurut penulis tidak seperti itu. Sahabat seseorang yang seharusnya tidak pernah ada dalam kehidupan kita. Mengapa ? karena seharusnya sahabat itu orang yang selalu memotivasi setiap langkah kita ketika diri ini dalam keadaan future. Ketika diri ini dalam keadaan tak berdaya. Uluran tangan yang selalu menggenggam kepada diri ini ketika mau jatuh kedalam jurang. Sahabat itu sesuatu yang abstrak karna tak selalu ada dalam hidup ini. Kadang sosoknya hadir kadang sosoknya pergi begitu saja. Dan sahabat itu kesetiaan tak kenal pamrih. Apa yang kita lakukan itu ikhlas dari dalam diri ini bukan karna sesuatu hal. Ya itulah sahabat.

Aku tidak akan pernah mencari apa itu sahabat...
Karna aku sempat dikecewakan apa itu sahabat...
Aku hanya menunggu apa yang namanya sahabat....
Karna sahabat itu mau ada untuk diriku.


            Indah memang ketika didalam kehidupan kita memiliki apa yang namanya sahabat. Penulis yakin kalian semua memiliki apa itu ‘ sahabat ‘. Karena dengan sahabat hidup itu akan begitu lengkap sebuah ibarat ketika kita mau makan tak lengkap jika tidak ada lauknya dan juga air minumnya.  Makna dari ibarat itu peran seorang sahabat sangatlah penting ketika kita lagi tersedak dialah yang akan menghilangkan rasa sedak itu dengan mengaliri air sucinya sehingga kita pun lega dan bisa bernafas kembali.  Penulis disini tidak akan membahas lebih dalam mengenai apa itu sahabat. Karna tentunya kalian sudah tahu.  Mungkin yang perlu kalian ketahui  apakah kalian sudah siap. Ketika suatu saat kalian akan di tinggalkan oleh sahabat kalian. Seperti pengalaman penulis seorang sahabat yang pergi tanpa pesan karna kegalauan didalam dirinya ketika tidak dapat menghadapi sebuah benturan kehidupan. Bagaimanapun yang ada didunia ini hanya akan menjadi sebuah kenangan indah kalaupun kita mau mengukir itu semua. Kita gores kenangan yang membuahkan sebuah makna tentang kehidupan yang selalu memberi semangat dalam menjalani hidup ini. Dan ketika dirimu di tinggal oleh sahabatmu satu tips dari penulis jangan pernah kau memandang lukisan wajahnya bahkan kau pencet nomornya di tombol hpmu. Karna itu hanya akan membuat dirimu lelah dan lemas. Lelah karna kau terlalu sering memikirkannya. Lemas karna kau sudah tidak berdaya untuk melupakannya. Akan tetapi ingatlah pengorbanan yang telah dia berikan didalam kehidupanmu. Agar kelak kau tidak menjadi manusia yang paling cengeng sedunia karna hanya sahabat pergi meninggalkanmu.
            Itulah teman setia penikmat penaku. Hiasilah hidupmu ini yang tak tau kapan akan berakhir dengan sebuah prestasi yang membuat jiwamu tersenyum bukan prestasi yang membuat jiwamu menangis. Karna prestasi itulah yang akan menjadi kenangan terindah dalam kehidupanmu. Sebab dimana suatu masa kau akan di ingatkan betapa beratnya kau meraih apa itu prestasi. Pasti untuk menjadi sang juara tidak begitu mudah. Dan jadikanlah sahabat itu orang yang selalu memotivasi dirimu bukan orang yang membuat galau kehidupanmu. Satu hal sahabat terbaik dalam kehidupan ini yang selalu dapat memberi penawar dari segala rasa gundah didalam kehidupanmu “ Al-Qur’an “ . Ayo mengkaji segala apa yang ada didalam ayat-ayat Allah swt. Karna didalamnya menyimpan sejuta penawar hati yang lagi galau. Dan jangan lupa sahabat terdekat dalam setiap detak jantung hembusan nafas adalah Allah swt. Dialah tempat bersandar yang paling nyaman untuk mencurahkan segala gundah gulanamu.


Thursday, September 20, 2012

Puisi



Sajak teruntuk Adikku


Dik…?
Kenapa tidak sekolah
Dik…?
Ayo bangun
Dik…?
Ke sekolah yuk ? Kakak yang antar
Dik…?
Kenapa diam

 Beribu kali aku bujuk
Tapi tak ada satu suara pun terdengar
Dia memilih diam
Dia memilih bungkam
Sejenak dalam fikirku
Ada apa adikku…?
Adiku tidak mau sekolah
Karna takut
Takut pada  Bapak guru
Takut pada Ibu guru
“ mereka marah –marah padaku…
Aku memang nakal
Tapi tak senakal yang mereka kira
Aku di pukul…!
Aku di tendang…!”
Rintihan tangis pun terdengar olehku
Aku hanya diam
Satu hal fikirku
‘ Pak Guru, Bu guru maafkan adikku…”
Air mataku menetes.

Cerpen



Air Mata Cinta Ibu


Sore ini terlihat langit mendung kelabu , pasti sebentar lagi akan turun hujan. Bulan januari merupakan bulan yang selalu disertai hujan. Tidak salah kalau selama ini orang bilang januari bulan hujan sehari-hari. Meskipun hujan pasti akan membawa berkah untuk kita semua. Gerimis pun berjatuhan dan hujan deras pun mengguyur tanah yang gersang ini.
Hujan turun sangat lebat, aku pun sulit untuk memperkirakan kapan reda. Aku mendekap tas hitam bututku erat-erat. Di halte bus way aku berlindung dari derasnya air hujan yang penuh sesak dengan orang-orang yang baru pulang dari kerja, kuliah maupun sekolah. Kalau hujan terus lebat seperti ini, kapan aku bisa sampai ke rumah, padahal rumahku tidak jauh dari halte bus.
Hujan semakin lebat. Angin semakin kencang dan petir menjilat-jilat langit. Aku pun sempat kepikiran bagaimana kondisi ibuku yang sedang sakit di rumah sendirian. Satu jam lebih aku menanti hujan reda. Alhamdulillah hujan pun  akhirnya mereda. Aku melangkah keluar dari halte, berjalan di atas aspal yang basah dan berkecipak air. Aku pun mempercepat langkahku agar segera sampai di rumah. Pikiranku yang tidak tenang rasa khawatir berkecamuk di dalam diri. Aku rasa kali ini ibu ku kesal karena terlalu lama menungguku. Karna aku membawa obat yang sangat di butuhkan untuk kesembuhan ibuku.
Akhirnya aku sampai juga di rumah yang kecil bercat hijau muda. Ku pandangi di sekitar halaman rumah begitu banyak sampah yang berdatangan di halaman. Aku hanya bisa menghembuskan nafas dalam-dalam. Kapan sampah-sampah ini berhenti berteduh di halamanku. Di daerahku merupakan daerah yang rawan banjir. Ketika musim hujan warga kami harus siap-siap untuk kerja bakti setiap paginya. Karna begitu banyak jenis sampah mulai dari mainan anak-anak yang rusak sampai runtuhan kayu-kayusemua mampir ke halaman rumah warga. Aku hanya bisa sabar menunggu peran pak walikota agar segera mengatasi musibah banjir ini. Sejak dulu banjir di daerah kami belum teratasi.
Aku membuka pintu rumahku. Dan terlihat pemandangan pantai buatan yang indah di dalam rumah. Begitu banyak genangan air di lantai berhiaskan perahu-perahu panci dimana-mana. Aku pun tak pedulikan hal itu karna sudah biasa. Aku langsung menuju kamar ibu. Terlihat ibu yang terbaring lemah dan rapuh. Ibuku menggeliat, lalu membuka mata sayunya perlahan, menatapku dengan mata yang masih kantuk. Aku pun tersenyum sambil membelai rambut ibu .
“ Assalamu’alaikum, Ibu” sapaku lembut, ibu memandang wajahku sejenak lalu membalas salam “ Waalaikum salam “
“ Aku Agus, anak ibu.” Kataku mengawali. Aku sambil menyodorkan obat yang baru saja aku beli dari sebuah apotik ternama di kota Solo. Sudah dua bulan ini ibu sakit rawat jalan, aku tak tahu lagi harus berbuat apa agar penyakit ibu ini segera sembuh. Selama ini ibu menderita migrain. Ketika migrainnya kambuh, rasanya seperti di tusuk-tusuk, sakitnya minta ampun.Migrain itu adalah nyeri kepala sebelah. Penyebabnya bisa banyak hal, yaitu ketegangan otot di daerah leher, terjadinya aliran darah pada bagian otak. Bila migrain sering terjadi pada daerah tertentu, perlu di curigai adanya kemungkinan gangguan lain seperti tumor atau gangguan pembuluh darah di daerah tersebut. Penjelasan dari dokter yang masih aku ingat sampai sekarang.Aku tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyembuhkan penyakit ibuku ini. Karna sakitnya ini sudah tiga tahunan belum sembuh juga. Rasa khawatir pun menyelimuti diriku. Para tetangga pun memperbincagkan sakit ibuku, ada yang bilang di guna-guna bahkan di santet. Aku hanya bisa bersabar menghadapi ini semua. Rasa pasrahku hanya ku serahkan pada Allah swt.
            “ Agus , peluk Ibu...” Pinta ibu. Akupun memeluknya erat, merasakan kehangatan pelukan ibu walau dengan mata berkaca-kaca.
            “ Sakit...sakit....” lirih ibu yang membuat aku tersentak.
            “ Mana yang sakit Bu...” Ibu hanya diam, sambil menjambak –jambak rambutnya sambil menangis.
            Jam menunjukkan angka 21.00, aku membawa ibuku yang sedari tadi menangis kesakitan kerumah sakit bersama beberapa tetanggaku. Aku duduk gelisah, sambil memandang ibu yang sedang di opname. Beberapa menit kemudian ibu ku tak sadarkan diri, dokter pun merawatnya dengan sangat intensif. Segala peralatan dokter pun di kerahkan untuk menyadarkan ibu. Ku perhatikan dengan seksama ibu masih tertidur. Wajahnya semakin pucat. Matanya cekung dan raut wajahnya menyiratkan sakit yang amat sangat. Air mata sucinya pun menetes. Aku hanya bisa berdoa kepadaNya. Saat ku pegang tanganya terasa dingin. Aku perhatikan denyut nadinya tak ada detakan sama sekali. Ibuku pun terpejam matanya dengan wajah yang tenang, damai dan senyum. Aku hanya bisa berserah diri kepadaNya. Hanya kekuatan iman yang aku punya untuk menerima kenyataan ini. Bahwa ibuku telah pergi ke surga dengan air mata yang penuh cinta. Selamat jalan Ibu....Aku akan slalu mendoakanmu. Ucapku dalam hati.
***
            Kini aku sendiri melewati hari-hari di rumah yang kian sunyi. Semenjak kepergian ibu terasa hari-hariku sepi. Sudah tidak ada lagi yang memasakkan sayur asam untukku. Dan sudah tidak terdengar lagi suara omelan ibu yang slalu tertuju padaku karna malasnya diri ini. kenangan-kenangan terindah bersama ibu tak kan pernah aku lupakan meskipun dia bukanlah ibu kandungku. Aku bersyukur karna ada wanita sebaik beliau yang mau merawat anak dari hasil perzinahan yang tidak jelas asal usulnya. Ketika ibu bercerita tentang sejatinya diriku sempat rasa tidak percaya bahwa aku anak titipan dari seorang wanita yang menjajakan dirinya untuk kepuasan nafsu laki-laki. Ketika aku mengingat itu semua  tak dapat aku tahan air mata yang sayu ini. Sungguh malang nasibku. “ Ya Allah...kini semua telah kau ambil dari kehidupanku. Hidup tanpa sanak saudara....hidup sebatang kara. Tak tau kemana aku harus berlabuh. Kemana aku harus singgah berteduh dari kejamnya hidup ini. Ya Allah tak kan pernah lelah diri ini untuk slalu mengadu kepadaMu. Meskipun darah yang menjalar di dalam diri ini darah yang pahit. Tapi aku akan slalu tetap bersyukur kepadaMu. Karna Kau tlah menyelamatkan diriku dari ketidakpastian...”
            Aku mencoba bangkit dari itu semua. Kini aku sebatang kara. Aku harus bisa menaklukkan dunia dengan kesendirian ini. Meskipun sejak kecil belum pernah ku measakan kasih sayang dari orang tua sejatiku, tapi aku hidup dengan rasa cinta dari seorang belaian ibu. Ya...Ibu Maryam. Sosok wanita yang selalu tegar dalam menjalani kehidupan meskipun penyakit telah menjalar di dalam dirinya. Yang aku ingat dari seorang ibu Maryam kerja kerasnya dan semangat hidupnya untuk melawan hidup yang keras ini. Meskipun sehari-harinya dia seorang pembantu rumah tangga , sifat cinta kasih dan tolong menolong kepada sesama tidak lepas dari dirinya. Kita  termasuk orang kategori ekonomi kebawah. Makan sehari hari pun kadang kita bela-belain untuk menjual jambu air yang tak mesti panennya.
            Itulah kisah hidupku dengan seorang ibu yang begitu luar biasa kasih sayangnya. Proses hidup yang aku jalani ini tidak pernah aku sangka kenapa bisa seperti ini. Andaikan waktu yang singkat ini dapat ku putar kembali ku ingin mengembalikan kerapuhan yang ada di dalam diri ini. Ingin ku sulam kembali luka-luka yang tersayat yang dulu tergores oleh seorang ibu yang tidak sayang akan kehadiranku. Dan akan ku taburi benih-benih cinta untuk ibu Maryam, yang selama ini justru memberikan cinta tulusnya untukku. Meskipun aku bukanlah darah dagingnya.  

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...