Thursday, September 20, 2012

Puisi



Sajak teruntuk Adikku


Dik…?
Kenapa tidak sekolah
Dik…?
Ayo bangun
Dik…?
Ke sekolah yuk ? Kakak yang antar
Dik…?
Kenapa diam

 Beribu kali aku bujuk
Tapi tak ada satu suara pun terdengar
Dia memilih diam
Dia memilih bungkam
Sejenak dalam fikirku
Ada apa adikku…?
Adiku tidak mau sekolah
Karna takut
Takut pada  Bapak guru
Takut pada Ibu guru
“ mereka marah –marah padaku…
Aku memang nakal
Tapi tak senakal yang mereka kira
Aku di pukul…!
Aku di tendang…!”
Rintihan tangis pun terdengar olehku
Aku hanya diam
Satu hal fikirku
‘ Pak Guru, Bu guru maafkan adikku…”
Air mataku menetes.

Cerpen



Air Mata Cinta Ibu


Sore ini terlihat langit mendung kelabu , pasti sebentar lagi akan turun hujan. Bulan januari merupakan bulan yang selalu disertai hujan. Tidak salah kalau selama ini orang bilang januari bulan hujan sehari-hari. Meskipun hujan pasti akan membawa berkah untuk kita semua. Gerimis pun berjatuhan dan hujan deras pun mengguyur tanah yang gersang ini.
Hujan turun sangat lebat, aku pun sulit untuk memperkirakan kapan reda. Aku mendekap tas hitam bututku erat-erat. Di halte bus way aku berlindung dari derasnya air hujan yang penuh sesak dengan orang-orang yang baru pulang dari kerja, kuliah maupun sekolah. Kalau hujan terus lebat seperti ini, kapan aku bisa sampai ke rumah, padahal rumahku tidak jauh dari halte bus.
Hujan semakin lebat. Angin semakin kencang dan petir menjilat-jilat langit. Aku pun sempat kepikiran bagaimana kondisi ibuku yang sedang sakit di rumah sendirian. Satu jam lebih aku menanti hujan reda. Alhamdulillah hujan pun  akhirnya mereda. Aku melangkah keluar dari halte, berjalan di atas aspal yang basah dan berkecipak air. Aku pun mempercepat langkahku agar segera sampai di rumah. Pikiranku yang tidak tenang rasa khawatir berkecamuk di dalam diri. Aku rasa kali ini ibu ku kesal karena terlalu lama menungguku. Karna aku membawa obat yang sangat di butuhkan untuk kesembuhan ibuku.
Akhirnya aku sampai juga di rumah yang kecil bercat hijau muda. Ku pandangi di sekitar halaman rumah begitu banyak sampah yang berdatangan di halaman. Aku hanya bisa menghembuskan nafas dalam-dalam. Kapan sampah-sampah ini berhenti berteduh di halamanku. Di daerahku merupakan daerah yang rawan banjir. Ketika musim hujan warga kami harus siap-siap untuk kerja bakti setiap paginya. Karna begitu banyak jenis sampah mulai dari mainan anak-anak yang rusak sampai runtuhan kayu-kayusemua mampir ke halaman rumah warga. Aku hanya bisa sabar menunggu peran pak walikota agar segera mengatasi musibah banjir ini. Sejak dulu banjir di daerah kami belum teratasi.
Aku membuka pintu rumahku. Dan terlihat pemandangan pantai buatan yang indah di dalam rumah. Begitu banyak genangan air di lantai berhiaskan perahu-perahu panci dimana-mana. Aku pun tak pedulikan hal itu karna sudah biasa. Aku langsung menuju kamar ibu. Terlihat ibu yang terbaring lemah dan rapuh. Ibuku menggeliat, lalu membuka mata sayunya perlahan, menatapku dengan mata yang masih kantuk. Aku pun tersenyum sambil membelai rambut ibu .
“ Assalamu’alaikum, Ibu” sapaku lembut, ibu memandang wajahku sejenak lalu membalas salam “ Waalaikum salam “
“ Aku Agus, anak ibu.” Kataku mengawali. Aku sambil menyodorkan obat yang baru saja aku beli dari sebuah apotik ternama di kota Solo. Sudah dua bulan ini ibu sakit rawat jalan, aku tak tahu lagi harus berbuat apa agar penyakit ibu ini segera sembuh. Selama ini ibu menderita migrain. Ketika migrainnya kambuh, rasanya seperti di tusuk-tusuk, sakitnya minta ampun.Migrain itu adalah nyeri kepala sebelah. Penyebabnya bisa banyak hal, yaitu ketegangan otot di daerah leher, terjadinya aliran darah pada bagian otak. Bila migrain sering terjadi pada daerah tertentu, perlu di curigai adanya kemungkinan gangguan lain seperti tumor atau gangguan pembuluh darah di daerah tersebut. Penjelasan dari dokter yang masih aku ingat sampai sekarang.Aku tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyembuhkan penyakit ibuku ini. Karna sakitnya ini sudah tiga tahunan belum sembuh juga. Rasa khawatir pun menyelimuti diriku. Para tetangga pun memperbincagkan sakit ibuku, ada yang bilang di guna-guna bahkan di santet. Aku hanya bisa bersabar menghadapi ini semua. Rasa pasrahku hanya ku serahkan pada Allah swt.
            “ Agus , peluk Ibu...” Pinta ibu. Akupun memeluknya erat, merasakan kehangatan pelukan ibu walau dengan mata berkaca-kaca.
            “ Sakit...sakit....” lirih ibu yang membuat aku tersentak.
            “ Mana yang sakit Bu...” Ibu hanya diam, sambil menjambak –jambak rambutnya sambil menangis.
            Jam menunjukkan angka 21.00, aku membawa ibuku yang sedari tadi menangis kesakitan kerumah sakit bersama beberapa tetanggaku. Aku duduk gelisah, sambil memandang ibu yang sedang di opname. Beberapa menit kemudian ibu ku tak sadarkan diri, dokter pun merawatnya dengan sangat intensif. Segala peralatan dokter pun di kerahkan untuk menyadarkan ibu. Ku perhatikan dengan seksama ibu masih tertidur. Wajahnya semakin pucat. Matanya cekung dan raut wajahnya menyiratkan sakit yang amat sangat. Air mata sucinya pun menetes. Aku hanya bisa berdoa kepadaNya. Saat ku pegang tanganya terasa dingin. Aku perhatikan denyut nadinya tak ada detakan sama sekali. Ibuku pun terpejam matanya dengan wajah yang tenang, damai dan senyum. Aku hanya bisa berserah diri kepadaNya. Hanya kekuatan iman yang aku punya untuk menerima kenyataan ini. Bahwa ibuku telah pergi ke surga dengan air mata yang penuh cinta. Selamat jalan Ibu....Aku akan slalu mendoakanmu. Ucapku dalam hati.
***
            Kini aku sendiri melewati hari-hari di rumah yang kian sunyi. Semenjak kepergian ibu terasa hari-hariku sepi. Sudah tidak ada lagi yang memasakkan sayur asam untukku. Dan sudah tidak terdengar lagi suara omelan ibu yang slalu tertuju padaku karna malasnya diri ini. kenangan-kenangan terindah bersama ibu tak kan pernah aku lupakan meskipun dia bukanlah ibu kandungku. Aku bersyukur karna ada wanita sebaik beliau yang mau merawat anak dari hasil perzinahan yang tidak jelas asal usulnya. Ketika ibu bercerita tentang sejatinya diriku sempat rasa tidak percaya bahwa aku anak titipan dari seorang wanita yang menjajakan dirinya untuk kepuasan nafsu laki-laki. Ketika aku mengingat itu semua  tak dapat aku tahan air mata yang sayu ini. Sungguh malang nasibku. “ Ya Allah...kini semua telah kau ambil dari kehidupanku. Hidup tanpa sanak saudara....hidup sebatang kara. Tak tau kemana aku harus berlabuh. Kemana aku harus singgah berteduh dari kejamnya hidup ini. Ya Allah tak kan pernah lelah diri ini untuk slalu mengadu kepadaMu. Meskipun darah yang menjalar di dalam diri ini darah yang pahit. Tapi aku akan slalu tetap bersyukur kepadaMu. Karna Kau tlah menyelamatkan diriku dari ketidakpastian...”
            Aku mencoba bangkit dari itu semua. Kini aku sebatang kara. Aku harus bisa menaklukkan dunia dengan kesendirian ini. Meskipun sejak kecil belum pernah ku measakan kasih sayang dari orang tua sejatiku, tapi aku hidup dengan rasa cinta dari seorang belaian ibu. Ya...Ibu Maryam. Sosok wanita yang selalu tegar dalam menjalani kehidupan meskipun penyakit telah menjalar di dalam dirinya. Yang aku ingat dari seorang ibu Maryam kerja kerasnya dan semangat hidupnya untuk melawan hidup yang keras ini. Meskipun sehari-harinya dia seorang pembantu rumah tangga , sifat cinta kasih dan tolong menolong kepada sesama tidak lepas dari dirinya. Kita  termasuk orang kategori ekonomi kebawah. Makan sehari hari pun kadang kita bela-belain untuk menjual jambu air yang tak mesti panennya.
            Itulah kisah hidupku dengan seorang ibu yang begitu luar biasa kasih sayangnya. Proses hidup yang aku jalani ini tidak pernah aku sangka kenapa bisa seperti ini. Andaikan waktu yang singkat ini dapat ku putar kembali ku ingin mengembalikan kerapuhan yang ada di dalam diri ini. Ingin ku sulam kembali luka-luka yang tersayat yang dulu tergores oleh seorang ibu yang tidak sayang akan kehadiranku. Dan akan ku taburi benih-benih cinta untuk ibu Maryam, yang selama ini justru memberikan cinta tulusnya untukku. Meskipun aku bukanlah darah dagingnya.  

Monday, May 28, 2012

Artikel



                            DINAMIKA PRODI KEPENDIDIKAN& KEGURUAN
                                                    ( Kebijakan Program PPG )

Dunia pendidikan baru-baru ini sedang di sibukkan dengan beberapa kebijakan baru yang sering menuai pro kontra di kalangan akademika.
Yang baru saat – saat ini kebijakan mengenai adanya program pendidikan profesi guru dan kebijakan penulisan karya ilmiah di jurnal ilmiah untuk kalangan mahasiswa sebagai salah satu prasyarat kelulusan. Pada kesempatan kali ini, saya tidak akan membahas mengenai jurnal ilmiah. Saya lebih condong dalam permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan Pendidikan Profesi Guru atau disebut dengan PPG.
Dikalangan mahasiswa istilah PPG mungkin terasa asing di telinga mereka. Keberadaan program pendidikan profesi guru mungkin dikalangan mahasiswa khususnya prodi kependidikan tidak begitu berarti. Rata-rata mahasiswa sekarang berfikir “ketika aku mengambil jurusan pendidikan pasti aku akan menjadi seorang guru” ya..itu benar. Akan  tetapi harus ada beberapa syarat kualifikasi untuk menuju kesana. Di beberapa perguruan tinggi negeri isu terkait tentang PPG ini sudah menjadi pembahasan yang utama karna berkaitan dengan nasib para lulusan kependidikan .
Kalau kita pahami mengenai isi UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, di dalam undang-undang tersebut di jelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana, atau program diploma empat. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu guru dipandang sebagai jabatan professional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi. Kalau kita menganalisis undang-undang tersebut dapat di garis bawahi bahwa untuk menjadi seorang guru ijasah SI kependidikan ( program sarjana/D –IV ) tidaklah cukup, akan tetapi untuk meningkatkan keprofesionalitasan tenaga pendidik , seorang guru atau lulusan keguruan kalau ingin di akui sebagai tenaga professional maka harus menempuh pendidikan profesi atau lebih dikenal dengan PPG. Bahkan program professi ini tidak hanya di tujukan kepada lulusan kependidikan akan tetapi non kependidikan pun bisa mengikuti program ini ketika berminat menjadi guru. 
Dengan demikian, PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru yang professional serta memiliki berbagai kompetensi secara utuh sesuai dengan standarnasional pendidikan dan dapat memperoleh sertifikat pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendidikan Profesi Guru dapat ditempuh melalui Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007); dan Program Pendidikan Profesi Guru PraJabatan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009).
      Sebenarnya tujuan dari Pendidikan Profesi Guru itu sendiri adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian. Dalam PPG kita diarahkan untuk terjun langsung kelapangan atau sekolah-sekolah yang ditunjuk dengan mendapatkan tunjangan selayaknya pegawai negeri, tapi disini kita diwajibkan benar-benar menjadi guru yang professional sesuai dengan ilmu pendidikan guru yang telah di dapatkan.Keuntungan lain dari PPG yang lain adalah selepas  mendapatkan sertifikat PPG kita langsung menjadi pegawai negeri dengan gaji dua kali lipat layaknya guru-guru yang lulus sertifikasi.(http://hitamandbiru.blogspot.com)
Akan tetapi, dari semua itu ada sisi negatifnya dari pelaksanaan program PPG ini.Dalam hal ini berkaitan dengan lulusan kependidikan bahwa guru yang di anggap profesioanal adalah guru yang sudah dapat menempuh program pendidikan profesi guru, bahkan guru yang muncul sekarang ini tidak hanya saja dari lulusan kependidikan akan tetapi lulusan dari non-kependidikan pun dapat juga menjadi guru. Profesi guru pun bisa saja menjadi second job bagi mahasiswa lulusan non-kependidikan setelah mereka  kalah bersaing dalam mendapatkan pekerjaan dalam disiplin ilmunya.
Selain itu kebijakan mengenai PPG ini juga mengancam nasib para calon guru professional. Hal ini dikarenakan PPG ini dilaksanakan dengan sangat ketat dan dengan formasi yang sangat terbatas. Selain itu setiap daerah hanya disediakan calon program PPG kemungkinan terbatas, padahal saat ini setiap tahunnya tiap universitas bisa mengeluarkan sarjana ratusan orang.Belum lagi persaingan dengan universitas lainnya yang juga mencetak calon guru.Selain itu dari informasi yang di dapat untuk penerimaan PNS  untuk selanjutnya bila PPG sudah dilaksanakan, tidak ada lagi formasi untuk guru karena sudah dilaksanakan lewat PPG. Nah, kalau sudah begitu bagaimana nasib calon guru yang tidak lulus-lulus PPG. Apakah pemerintah sudah siap menampung calon pengangguran sarjana muda ?

                  Penulis :Ketua Bidang Pendidikan&Penalaran ( BEM J. Tarbiyah 2011/2012 )
                                Aktif di komunitas diskusi dan kepenulisan.
                                                                                               
                                                                                   

Wednesday, April 18, 2012

Catatan Hatiku


Ini Cinta Ibu, Mana Bukti Cintamu

( Kado hari Kartini, 21 April ) 
Oleh : Agus Yulianto 

 Bagai malam Matamu senantiasa menyimpan mimpi
 Bagai sebuah buku Matamu adalah sekumpulan kisah 
Dan bagai angin di pantai 
 Matamu diam-diam menyeretku dari kegamangan
 ( By : Asma Nadia ) 

        Rasa cinta tak akan tumbuh dengan indah tanpa dipelihara. Menjaga kata adalah salah satu caranya. Pilihkan kata yang tepat, santun, dan tak menyakitkan hati. Cinta akan terpelihara, rasa simpati akan terus tertanam dalam dada dan kebencian akan sirna. ( elfata, edisi 6 2008) Kecintaan seorang ibu kepada anaknya tak bisa dipungkiri oleh siapapun. Manusia manapun sedikit atau banyak tumbuh dan berkembang dalam belaian tangan lembut seorang ibu. Ia rela mengorbankan waktu, tenaga,pikiran dan perasaannya untuk sang anak. Ibu rela untuk tak terpejam matanya walau kantuk menyerang dengan hebat, di saat anaknya sakit dan demam di malam hari. Ibu pun rela tetap memberi jatah makannannya untuk sang anak, meski perutnya sendiri melilit kosong kelaparan. Cinta seorang ibu adalah cinta ajaib. Walaupun sebagian ibu-ibu sekarang ada yang bertingkah laku bertentangan dengan sifat keibuannya, seperti membuang atau membunuh bayinya. Hal ini pun tetap tak menghilangkan pengakuan semua orang bahwa para ibu secara umum punya kasih saying tidak terbalas pada sang anak. Anggap saja bahwa sebagian ibu yang kejam dan kelewatan tadi hanya perkecualian. ( elfata, edisi 8 2008 ) Beberapa kutipan tulisan dari sebuah majalah semoga saja memberikan suatu harapan di dalam diri kita yaitu ‘cinta’. Ketika kita berbicara masalah cinta , mungkin kita sudah tidak asing dengan apa itu cinta. Apakah hati kita yang katanya menyimpan sebuah rasa cinta sudah kita bagikan cinta itu. Kalau sudah ? kepada siapa cinta itu kau berikan. Apa kepada pacarmu yang katanya orang yang paling kau cintai dan sayangi melebihi cinta kepada yang lain bahkan kau pun rela berkorban untuk mempertahankan cinta itu. Apa kepada dosenmu dengan harap kau berikan cinta itu hanya untuk mengharap sebuah nilai ‘A’. Atau kepada sahabatmu yang konon dialah tempat tumpuanmu untuk mencurahkan segala beban yang ada di hatimu. Silahkan saja cintamu kau berikan kepada siapa yang kau anggap paling berharga. Tapi di sini penulis hanya akan mengingatkan kemana cinta yang ada dalam hati kita. Cinta yang tulus dalam diri kita akan kita berikan. Manusia di dalam dirinya pasti ada yang namanya sebuah rasa ‘cinta’. Rasa itu di turunkan kepada manusia agar di dunia ini kehidupan antara sesame manusia penuh dengan rasa cinta. Ketika kita bertanya kepada siapa cinta ini akan kita berikan. Tentu saja cinta pertamamu itu khususkanlah hanya kepada sang khalik maha pencipta alam semesta ini. Karna Dia-lah yang menjadikan diri kita menjadi seorang manusia yang sempurna dengan segala piranti yang ada di dalam diri kita. Sehingga kita pun beda dengan mahkluk ciptaan Allah swt yang lainnya. Itulah bukti cintaNya kepada kita semua. Kita sebagai manusia hanyalah bisa berusaha untuk menjaga rasa cinta ini dengan baik. Cinta yang kedua tentunya kepada suri teladan kita. Muhammad SAW. Seorang rosull yang di dalam dirinya terpancarkan cahaya cinta kepada umatnya. Ingatkan kalian sebuah cerita ketika beliau wafaf. Apa yang dia ingat pertama kali. Apa yang dia sebuat ketika dia mau wafat. Umatku..umatku..umatku…betapa besarnya rasa cintanya kepada kita sebagai umat Muhammad saw. Ketika mau wafat dia masih ingat umatnya. Lalu. Apa bukti cinta kalian kepada Rasulullah SAW ? cinta itu bisa kau buktikan dengan selalu mengingat dia dengan mengucap shalawat untuknya. Dengan mencotoh perilaku terpuji Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari kita. Itulah salah satu bentuk wujud cinta kita . Akan tetapi ada salah satu hal yang penting tentang rasa cinta ini untuk siapa yang akan kita beri. Ibu …ketika kita mendengar kata ibu…hati ini bergetar ingin rasanya kita berada di sampingnya. Memeluk erat dia. Makan bersama dengan dia bahkan rasa ingin di suapin terniang kembali dalam ingatan kita. Ingatkah ketika kita masih kecil dulu suka merengek menangis meminta sebuah mainan dengan gerangnya kita memaksa ibu untuk membelika apa yang kita ingin. Namun ibu tetap dengan tegar dan berusaha membelika apa yang kita ingin. Ketika kita burusia 17 tahun hidup kita sudah berbeda dari yang dulu seorang anak kecil kini tumbuh kembang menjadi remaja belia. Kadang dengan teganya kita sering berkata bohong kepada ibu. Hal ini mengingatkanku pada kisah temanku dulu. Ketika sekolah kita dihadapkan dengan apa yang namanya SPP. Berapakah uang yang sering kau minta kepada ibumu untuk membayar SPP. Kadang dengan teganya meminta dua kalilipat uang SPP. Apakah penyakit seperti itu masih tertanam di dalam diri kita. Ingat sekarang kita mahasiswa. Yang didik intelektualitasnya agar di masyarakat bisa menjadi orang yang bermanfaat . Kita tentu sering mendengar kalimat bahwa surga itu di terletak di bawah telapak kaki ibu . Kalimat ini tentu tidak terasa berlebihan mengingat begitu mulia dan beratnya tugas seorang ibu. Mulai dari mengandung dengan beban yang kian hari kian berat,melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, hingga membesarkan buah hati menjadi generasi rabbani. Di sisi lain seorang ibu pun adalah seorang istri yang merupakan partner suami dalam membina rumah tangga yang sakinah. Kecintaan seorang ibu kepada seorang anak kadang mengalahkan segalanya. Sampai ia rela mengorbankan dirinya tanpa perhitungan sama sekali. Bila cinta seorang ibu kepada kita sedemikian besar, lantas bagaimana cinta kita kepada ibu? Cinta ibu memang tak berbalas namun sepantasnya kita melaksanakan perintah Allah . Dan kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada kedua orang tuamu ( ibu bapakmu ) ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah , dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.( Q.S Luqman : 14 ) 
Semoga Allah swt mengampuni dan merahmati kita.Amin. 
tulisan ini saya dedikasikan untuk para kaum wanita . 21 april Hari Kartini.

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...