Thursday, November 10, 2011

Artikel


Pendidikan Gerakan Literasi Lokal
Oleh : Agus Yulianto

Perpustakaan umum memainkan peranan unik di dalam masyarakat.Sebagai suatu institusi netral, perpustakaan menyediakan informasi dimana setiap warga masyarakat dapat mengetahuinya tanpa paksaan tentang berbagai isu mutakhir yang menjadi perhatian mereka. Melaui perpustakaan di harapkan warga masyarakat dapat memberdayakan diri mereka sendiri dengan memperoleh berbagai informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesi dan bidang tugas masing-masing; yang pada akhirnya bermuara pada tumbuhnya warga masyarakat yang terinformasi dengan baik, berkualitas dan demokrasi.UNESCO dalam Public Library Manifesto-nya tahun 1994 mengemukakan bahwa Perpustakaan umum merupakan gerbang pengetahuan lokal yang menyediakan suatu kondisi dasar untuk belajar sepanjang hayat, pengambilan keputusan independen dan pengembangan budaya dalam suatu individu atau kelompok masyarakat.
Lalu bagaimanakah dengan  negara Indonesia apakah peran perpustakaan seperti itu telah berjalan? Secara umum , bahwa perpustakaan di Indonesia bisa dikatakan belum bisa berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan masyarakat hanya memfungsikan perpustakaan bukan sebagai kebutuhan pokok.Rata-rata mereka berkunjung di perpustakaan karna hanya ada tugas atau sekedar mampir untuk melepas lelah.Selain itu, Masyarakat di Indonesia belum memiliki budaya baca yang tinggi. Hal ini dikarenakan (1) membaca merupakan suatu hal yang dapat menyia-nyiakan waktu, karna orang indonesia mempunyai filosofi waku adalah uang. Artinya bekerja lebih utama daripada membaca buku.Padahal membaca merupakan persyaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila kita ingin menjadi bangsa yang maju. (2) Pendidikan kita merupakan pendidikan yang instan. Maksudnya pendidikan di era sekarang lebih mengedepankan teknologi informasi.Artinya untuk mendapatkan suatu informasi cukup dengan membrowsing internet segala sesuatunya mudah di dapat dan tinggal copy paste.Dan kurikulum pendidikan kita juga begitu kurang mendukung dalam budaya baca.Kalau kita ketahui sesungguhnya melalui membaca mutu pendidikan kita bisa ditingkatkan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. (3) Jumlah pembatasan peminjaman buku di perpustakaan.  Hal ini sudah sangat jelas sekali bahwa perpustakaan sekarang ini membatasi para pengunjungnya untuk meminjam buku.Ini tentunya sangat merugikan sekali khususnya bagi para predator buku.Mereka ingin mendapatkan pengetahuan lebih banyak lagi tapi harus di batasi.Meskipun di dalam perpustakaan tersebut terdapat keberadaan sebuah komunitas membaca tapi tetap saja pembatasan peminjaman buku tetap berlaku maksimal dua buku.
Dengan kata lain, perpustakaan umum yang ada di Indonesia belum bisa menarik perhatian warga masyarakat untuk mengunjunginya. Keadaan ini diperkirakan oleh lemahnya paradigma perpustakaan umum, dimana para pengelola perpustakaan tidak membuat dokumen perencanaan yang bersifat strategis dan tidak berupaya secara maksimal untuk mengangkat berbagai isu strategis yang berkaitan dengan pelayanan perpustakaan umum ke permukaan sehingga menjadi perhatian publik dan para pengambil keputusan di tingkat lembaga induknya.
Peran Gerakan Literasi sebagai pusat informasi
Fungsi utama dari perpustakaan umum sebagaimana yang kita ketahui yaitu untuk membantu orang, terutama anak-anak dan remaja,agar menjadi melekakan sebuah informasi. Peran perpustakaan umum juga sebagai pendemokratisasian dalam penyebaran informasi.Abad informasi sekarang telah memperlebar jurang antara orang-orang yang kaya dan miskin informasi, pada saat informasi menjadi komoditas yang harus dibeli.Apabila hal ini terjadi di lingkungan tertentu, maka perpustakaan umum diharapkan tetap dapat menawarkan akses gratis atau murah terhadap berbagai sumber informasi.Apalagi perpustakaan kini telah mengalami pergeseran makna.Dari yang tadinya hanya merupakan suatu tempat penyimpanan kini menjadi salah satu daya tarik dengan munculnya media interaktif perpustakaan digital (digital library).Hal ini sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat yang beranjak meninggalkan era industri dan menuju next generation society.Yang artinya Bahwa masyarakat informasi menjadikan informasi sebagai salah satu komoditas utama dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan maksud dari masyarakat informasi adalah suatu bentuk masyarakat dimana penciptaan, penyebarluasan, dan manipulasi informasi merupakan sebuah kegiatan ekonomi dan kultural yang signifikan. (en.wikipedia.org/wiki/information_society)
Pada tatanan masyarakat tersebut, perpustakaan akan menjadi salah satu institusi yang akan dijadikan basis dalam penyediaan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat, selain research university. Maka dari itu, perpustakaan akan memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan masyarakat tersebut. Karena keterkaitannya yang sangat erat dengan keberadaan masyarakat disekitarnya maka masyarakat pun di tuntut bertanggung jawab untuk senantiasa memelihara dan menjaga perpustakaan agar mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.
Ketertinggalan suatu masyarakat terutama disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu : ketidaktahuan, kemiskinan, dan penyakit (ignorance, proverty, and disease). Ketiga faktor berkaitan erat satu sama lain, dan dalam usaha untuk menanggulanginya biasanya di utamakan berbagai usaha yang di khususkan pada teratasinya faktor ignoransi, seperti program pemberantasan buta huruf, disusul dengan penyelengaraan sekolah-sekolah dan kursus-kursus.  
Perpustakaan merupakan salah satu di antara sarana dan sumber belajar yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui aneka macam bentuk koleksi perpustakaan.Berbeda dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari secara klasikal di sekolah, perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat di akses oleh peminatnya masing-masing. Tersedianya beraneka bahan pustaka memungkinkan tiap individu memilih apa yang sesuai denga minat dan kepentingannya, jika warga masyarakat itu masing-masing menambah pengetahuannya melalui pustaka pilihannya, maka akhirnya akan terjadi pemerataan dan peningkatan taraf  kecerdasan masyarakat itu.
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, perpustakaan juga bisa berfungsi lebih dari sekedar tempat simpan pinjam bahan pustaka ditambah ruang baca belaka. Perpustakaan modern seharusnya bisa berfungsi bagi penyelenggaraan berbagai forum penerangan dan pembahasan tentang masalah-masalah aktual, antara lain melalui penyelenggaraan diskusi panel, seminar, simposium, lokakarya, dsb.
Dalam proses perkembangannya, anggota warga masyarakat akan membutuhkan keberadaan perpustakaan, selanjutnya, dengan bertemunya individu-individu yang memiliki kesamaan pandangan terhadap ketersediaan perpustakaan, maka akan terbentuk suatu komunitas. Sampai pada tahapan ini kiranya sudah cukup baik untuk memulai suatu gerakan untuk membangun kecerdasan masyarakat.Gerakan seperti ini biasa disebut dengan gerakan literasi lokal.
Gerakan literasi lokal adalah suatu gerakan untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi individu (sebagai bagian dari masyarakat ) untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan literasi.
Dengan terbentuknya komunitas-komunitas seperti komunitas membaca, komunitas puisi, komunitas baca-tulis, dll, maka kegiatan dari komunitas –komunitas tersebut tidak bisa terlepas dari peran perpustakaan sebagai penyedia koleksi bahan pustaka. Perpustakaan akan memiliki daya guna dan terbantu dengan hadirnya komunitas-komunitas tersebut.
Hal ini merupakan timbal balik dari adanya suatu continuity planning untuk pemerataan kesempatan dalam pemberantasan buta huruf dan peningkatan kecerdasan masyarakat.
Masyarakat yang sudah terbantu dengan hadirnya perpustakaan kemudian membangun kembali suatu komunitas literer untuk memfasilitasi dan menjembatani kebutuhan masyarakat dengan kehadiran perpustakaan.
Dengan demikian ada suatu akibat timbal balik yang dihasilkan dari continuity planning dengan mendirikan suatu perpustakaan yang berbasiskan komunitas.Jadi, hadirnya masyarakat informasi yang diimbangi dengan perpustakaan sebagai salah satu institusinya menghasilkan suatu tatanan baru di dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara keberadaan perpustakaan sebagai fasilitas umum yang berhak dinikmati seluruh anggota masyarakat.
Komunitas-komunitas ini sebagai bagian dari suatu sistem kemasyarakatan memiliki responbility untuk mengabdikan diri bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan dan peningkatan kecerdasan masyarakat yang tidak bisa diperoleh secara formal di sekolah/universitas. Dengan kata lain, gerakan literasi lokal ini berupa suatu pendidikan non formal yang bisa diikuti oleh siapa saja tanpa batasan.

Friday, August 26, 2011

artikel pendidikan

Penanaman Nilai Fungsionalitas
&
Program Pemberdayaan Perpustakaan


Penanaman Nilai-nilai Fungsionalitas Perpustakaan pada Individu
Agar perpustakaan bisa bertahan dan terus memiliki nilai kegunaan bagi masyarakat di sekitarnya, harus ada penanaman nilai-nilai fungsionalitas perpustakaan yang ditanamkan sejak dini pada individu. Berbagai kegiatan dari komunitas-komunitas literasi seperti story telling pada anak-anak harus dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai sejak dini. Selain itu juga, yang perlu ditanamkan juga adalah pemahaman long-life education, dimana pendidikan dan pembelajaran tidak akan berhenti pada suatu titik.
Untuk mendukung peran perpustakaan sebagai pusat dari pendidikan seumur hidup ( life-long education atau life-long learning) maka perpustakaan dapat menghimpun bahan-bahan bacaan yang bersifat bimbingan ke arah penerapan teknologi tepat guna. Dengan demikian masyarakat dapat mengembangkan kemampuannya (skill) serta pengetahuannya yang dapat dijadikan nilai tambah (added value) terhadap kualitas hidupnya.
Perpustakaan juga dapat berperan sebagai penghubung (liason) antara pakar teknologi tepat guna dengan masyarakat pengguna yang membutuhkan bimbingan teknis. Bentuk bimbingan tersebut bisa dalam bentuk kelompok belajar bersama atau adanya ruang konsultasi bagi pengguna yang membutuhkan informasi sehingga komunikasi dapat terjalin antara pakar, pustakawan dan masyarakat.
Apabila hal-hal tersebut bisa ditanamkan dengan baik maka nanti selanjutnya kita akan menuai hasil yang ditanam yaitu kesadaran untuk membaca dan kesadaran untuk terus belajar.
Kesadaran untuk membaca tidak hanya berarti membaca buku ataupun koleksi bahan pustaka di perpustakaan saja. Tetapi juga membaca dalam pengertian luas yaitu, membaca perubahan zaman, membaca perkembangan pemikiran masyarakat, membaca kondisi sosiologis masyarakat setelah terbentuknya masyarakat informasi.
Kesadaran belajar terus menerus akan menimbulkan suatu pemahaman-pemahaman, dan pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dengan belajar memahami sesuatu, individu akan memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
Dengan hadirnya gerakan literasi lokal yang cukup membantu memulihkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan terhadap perpustakaan, posisi perpustakaan tidak lagi berada di luar masyarakat. Tidak perlu ada lagi jarak antara perpustakaan dengan masyarakat sehingga tidak diperlukan lagi suatu’jembatan’ untuk menghubungkannya.
Perpustakaan akan menjadi bagian dari masyarakat , dimana kontribusi perpustakaan terhadap masyarakat akan di bahas dengan perhatian dan sense of belonging terhadap perpustakaan.
Kesadaran ini juga perlu mendapatkan perhatian pemerintah maupun pihak swasta. Pada dasarnya pendidikan adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara. Dengan demikian, pemerintah harus menyediakan berbagai fasilitas pendukung untuk melaksanakan amanat tersebut.
Partisipasi pihak swasta pun diperlukan untuk menimbulkan kepercayaan dari masyarakat. Selain itu juga, partisipasi pihak swasta dalam penyediaan fasilitas perpustakaan umum dan pemberdayaan masyarakat merupakan salah bentuk dari corporate social responsibility.
Keterlibatan media baik media cetak maupun media elektronik diperlukan untuk memberikan wacana dan pemahaman terhadap pentingnya fungsi keberadaan perpustakaan di tengah masyarakat.
Media juga turut berperan serta dalam perkembangan taraf berfikir masyarakat. Terpaan media yang berjalan terus menerus menyebabkan masyarakat kehilangan orientasinya. Akibatnya, budaya baca dan minat baca masyarakat menjadi berkurang dengan hadirnya berbagai teknologi media.
Pengaruhnya adalah munculnya budaya instan. Namun, munculnya budaya instan ini tidak diikuti dengan berkembangnya pemahaman dan taraf berfikir masyarakat sehingga masyarakat cenderung mencari jalan pintas untuk mencapai tujuannya.
Agar tujuan-tujuan masyarakat mampu dicapai dengan tidak mengorbankan budaya baca dan perkembangan minat baca masyarakat maka media harus lebih arif dalam mensiasati dan merangsang audiensinya untuk memiliki kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya pemanfaatan perpustkaan. Minimal, media dapat memberikan pemahaman bahwa kehadiran perpustakaan tidak lepas dari keberadaan masyarakat itu sendiri.
Apabila elemen-elemen ini mampu bersatu dengan masyarakat disekitarnya maka terbentuknya suatu masyarakat yang cerdas dan siap bersaing menghadapi tantangan dunia global.


Pemberdayaan Perpustakaan Umum
Kita semua tahu bahwa yang namanya perpustakaan (lebih khusus lagi perpustakaan umum) di Indonesia masih sangat miskin fasilitas maupun bahan bacaan. Kalaupun ada koleksinyapun sudah banyak yang kedaluarsa sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Jumlah perpustakaannya belum memadai bila dibandingkan dengan penduduk Indonesia. Menurut Perpustakaan Nasional RI di Indonesia terdapat 2.473 perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Jumlah tersebut terdiri dari 26 Perpustakaan Daerah tingkat I 1, 272 perpustakaan umum daerah tingkat II, 179 perputakaan keliling, 167 perpustakaan umum tingkat kecamatan, dan 1.829 perpustakaan umum tingkat desa. Perpustakaan-perpustakaan tersebut melayani lebih dari 200 juta penduduk indonesia yang tersebar di seluruh indonesia ( kira-kira 1 perpustakaan untuk 2 kabupaten/kota atau 1 perpustakaan untuk 22 kecamatan atau 1 perpustakaan untuk setiap 36 desa). Dari angka tersebut dapat kita simpulkan bahwa perpustakaan kita masih sangat sedikit untuk dapat melayani masyarakat. Selain jumlahnya yang belum memadai, sarana dan prasarana dari perpustakaan yang ada masih sangat miskin , khususnya dari aspek koleksinya.
Salah satu cara yang harus kita lakukan untuk membuat perpustakaan kita tidak kesepian adalah dengan melakukan pembinaan fasililtas dan koleksi perpustakaan. Buku-buku yang menjadi koleksi perpsutakaan harus diusahakan selalu baru. Penataan ruangan dibuat semenarik mungkin. Bahkan kalau perlu ditata meniru penataan ruangan di toko-toko swalayan. Kebiasaan orang indonesia adalah membaca dengan suasana santai, karena itu penataan ruang baca juga harus dibuat sesantai mungkin dengan kursi dan meja yang juga memberikan kesan santai. Hindari bentuk meja dan kursi yang berkesan formal seperti persegi panjang dengan penempatan yang berjajar lurus. Petugas perpustakaan juga harus tampil rapih dan bersih dengan senyum yang menandakan bahwa ia siap melayani pengguna. Perpustakaan umum di Singapora bahkan sering mengadakan pementasan berbagai jenis musik (life musik). Barangkali dengan penataan dan acara-acara yang diadakan oleh perpustkaan akan mengundang para remaja untukl “nongkrong” di perpustakaan, tidak lagi di mal-mal atau swalayan. Bila perlu di perpustakaan umum dibuat seksi penyewaan film vidio, laser disc, compact disc audio, Vidio CD dan DVD, serta kaset lagu-lagu dan sebagainya. Tentu saja koleksi yang disewakan harus lolos sensor. Selain itu perpustakaan harus gencar melakukan promosi perpustakaan. Bahkan kalau perlu setiap periode tertentu, misalnya seminggu sekali, mengadakan pemutaran film gratis.
Dengan penataan dan program demikian saya yakin perpustakaan tidak akan kesepian lagi. Barangkali juutru akan dijadikan tempat alternatif untuk rileks da mencari bahan-bahan untuk hiburan. Bukankah salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai tempat untuk mencari hiburan.   

SAJAK-SAJAK


Kursi  Tua Yang Melupakan Aku
Ketika esok tiba aku duduk dalam
Sebuah kursi yang berdiri di depan
Jendela rumahku.
Ku pandangi kursi itu dan
Aku pun terduduk dalam lamunan
Matapun tertuju ke berbagai arah
Belahan dunia, dalam duduk ku di atas
Kursi itu.

Tanganpun melambai-lambai menyapa
Siapa yang menghampiri kursi itu ?
Senyum tersungging dari bibirku dan
Kursi itu yang kududuki .

Kursi tua yang lama tak terduduki
Kini bisa tersenyum kembali karna
Terduduki oleh aku.
Kursi itu berterimakasih kepadaku
Dan ucapkan kata ‘silahkan bediri kembali….
Dan pergilah dari ayunanku….

Kau hadir ketika susah payah menghampirimu
Dulu aku menyampihmu hingga berbulan-bulan
Tapi setetes keringatmu pun tak kau berikan ke aku
Durhaka memang pantas untukmu
Lebih baik…
Pergi dari pangkuanku
Pergi dari ayunan kursi tua yang membesarkanmu.
KOSONG

Ketika malam tidak lagi berbintang
Aku terduduk dalam lemah tak berasa
Berasakan duka ataupun suka
Malam ini aku dalam kehampaan dan
Kosong…
Mata ku pun terlihat buram saat tertuju sebuah ruang
Kosong…..
Tubuhku menggigil dalam pengapnya kamar
Kosong….
Denyut nadi terasa hambar dan berteriak dalam kehampaan
Kosong…
Satu dua kali aku berteriak dalam ruang
Kosong…
Dan kini aku di hinggapi dalam kegelapan yang
Kosong…

Friday, July 22, 2011

SAJAK-SAJAK

Antara Kau dan Aku

Ketika engkau dibisiki hidup adalah kegelapan
Dan dengan penuh rasa takut…
Kau sebarkan apa yang telah dituturkan.
Langit hitam berbenang merah bersulam darah
Halilintar bergetar menebarkan tebaran getar

Lalu apa yang akan engkau lakukan
Marah…
Kenapa harus marah

Aku pun hanya tertawa…

Darahpun melambai-lambai diatas periuk berduri
Rongga api dihentakkan kedasar bumi
Jiwapun berumbai-rumbai dalam dekapan mimpi

Lalu apa yang akan engkau lakukan
Marah…
Kau pun harus marah

Aku pun Diam.

Kau pun merayapi sekujur kesepian
Mengundang angan

Mata bintang yang hanya diam
Menyuguhi harapan dalam hidupmu


Dan kau pun seperti ortodok…
Yang tak mau kalah dengan egomu

Tapi aku hanya
Diam…

Beratus-ratus abad pun
Kau tak kan pernah paham maksudku
Dan jika ortodok masih hidup dalam darahmu
Sampai mampus pun …!
Kau tak kan terima diriku.

Oleh Agus Yulianto
“ Ketika Aku dalam Kesepian”
Tarbiyah 2009






Agus Yulianto atau nama pena Askar Pinilih. Mahasiswa IAIN Surakarta Jurusan Tarbiyah 2009. Penulis yang selalu bermertamorfosa dengan nuansa modern. Beberapa karyanya pernah di publikasikan dalam bulletin sastra RUMPUT tahun 2008, Majalah Sekolah, Harian Solopos dalam sajak remaja tahun 2002 dan beberapa media di kampus. Penulis juga pernah menjuarai ajang lomba baca puisi. Dan merupakan pembaca terbaik dalam TASCAKRA AWARD 2010 ( Komunitas Pembaca Kab.Karanganyar) di Perpustakaan Daerah Kab. Karanganyar. Satu kalimat Rajin Baca Banyak Tahu , Malas Baca Sok Tahu..

SAJAK

Ijinkan aku bertanya

Oleh :Agus Yulianto

Ketika aku bertanya pada kalian
Yang berdiri menatapku

“ Untuk apa kalian berdiri disini…!”

Disini bukanlah tempat orang-orang nongkrong
Disini bukanlah tempat orang-orang shoping
Disini bukanlah tempat orang-orang bohong

Apakah kalian bisa jawab pertanyaanku

Aku bertanya kembali
Kepada kalian yang ada disana

“ Hai..kawan..aku bertanya…”

Sudah siapkah kalian jadi sarjana….
Sarjana tanpa ilmu
Sarjana tanpa ijazah
Sarjana tanpa bekal makan dan minum
Sehingga kelaparan


Bingung….kemana mencari nasi untuk dimakan
Bingung…dengan bekal apa mencari nasi
Bingung…apa yang didapat dari perguruan tinggi
yang menjadi dambaan dalam hidupnya.

Sudah berulang kali aku katakan…
Janganlah kau hanya berdemontrasi saja
Atas nama rakyat itu senjatamu
Janganlah kalian hanya belanja saja
Atas nama bapakmu yang punya seribu sedan
Janganlah kalian hanya bersyair saja
Atas nama sastra kau jadikan sebagai perayu cintamu

Tiada hari tanpa hari…
Tiada waktu tanpa waktu…
Aku hanya berkata…
Akan sampai kapan kalian bertahan
Dan engkau harus menjawabnya…
Apabila engkau tetap bertahan
Aku akan memburumu seperti kutukan!

Wednesday, April 27, 2011

SAJAK KU

Aku bertanya Pada Malam
By Agus Yulianto
 Malam...
Hati ini ingin bertanya kepadamu
Aku sedih, Aku galau, aku bimbang
Aku tak tahu harus ku bawa lari kemana raga yang tersayat ini
Malam...
Ingin aku memeluk bulan yang jauh disana
Ingin aku meraih satu bintang yang bersinar disana
Tapi apakah aku mampu,  Apakah aku bisa
Malam...
Kadang cinta slalu membuat hati ini bertanya
Kadang cinta slalu membuat hati ini mengembara
Perih dan aku pun pedih kalau ku rasa
Malam...
Ingin aku mengakhiri semuah kisahku ini
Begitu sulit bagiku menerima kenyataan
Tapi hati ini masih tetap dan terus berharap
Cintanya...
Malam jangan kau tipu aku dengan kepekatanmu
Jangan kau bohongi aku dengan sandiwara cintamu
Aku ingin bebas dan lepas dari derita hati
Meskipun aku tak tau akan ku bawa kemana semua ini
Kisah tak berujung ini
Malam...oh..malam
Dalam sujudku
Dalam doaku...
 Ku Mohon padaNYa
Jika aku jatuh cinta
Maka cintakanlah aku pada yang Dia cintai
Jika aku jatuh hati
Maka jatuhkanlah hati ini
Ke tempat perlabuhan yang selalu setia menerima
Cinta yang suci.

Puisi untuk Cahaya
By Agus Yulianto
Ketika aku membuka jendela
Wajah ini tersapu sayu oleh silaunya sinar matahari
Sang mentari pun mencubit halus kulit wajahku
Tetes demi tetes embun pagi menjilat wajah sayu ini
Sejuk pun merasuk kedalam kalbu
Memberikan satu kedamaian
Rumput ranum pun bersendau gurau dengan sang bayu
Seakan mereka tersenyum kepadaku
 Dan Aku menjadi sebait puisi yang kesepian
Semakin ku coba bernyanyi
Namun hati ini terasa sesak
Sabda-sabda cintaku kini seakan tak bermakna lagi
Ketika yang ku sanjung
Tak mau lagi memahami arti bahasa hati
Tapi aku pun tak menyalahkan cinta
Karna aku slalu berdansa dengan hantu-hantu yang telanjang
Tanpa rindu...
Tanpa sayang....
Dan Tanpa cinta....
Hampa kurasa!
Ketika ku tatap di atas sana..
Ku lihat langit masih biru ....
Embun pun masih bening
Namamu pun rupanya tak mau kalah, terukir
Di dalam satu bait sajakku
Indah namamu...
Seperti indahnya kitab yang terhampar
Yang dalam setiap tanda diamnya
Slalu bertasbih ke pada Sang Maha Pecinta
Cahaya itu makna namamu
Slalu ku simpan dalam bingkai hatiku
Walau pun hati ini tak kan bersatu.

DEGRADASI REMAJA


         Degradasi sering diartikan sebagai penurun suatu kualitas. Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi tentang pengamatan saya selama ini kepada para kompasianer.
Moral remaja dari tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas atau degradasi. Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian dll. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
          Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar, namun malah mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang (lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.
Andai saja pemerintah tak sibuk (terus) mengurus tetek bengek masalah korupsi yang terjadi akhir-akhir ini. Mungkin mereka para petinggi Negara memiliki sedikit waktu untuk mengamati anak bangsanya yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Simbol kesantunan warga Indonesia-pun mulai terkikis pada generasi muda, yaitu remaja. Kalau sudah seperti ini lalu apa yang sebaiknya kita lakukan?
          Globalisasi yang terus menuntut kita untuk bermetamorfosa kadang memang membawa banyak dampak baik. Tapi jangan salah, dampak buruk pun mengikutinya di belakang. Coba sejenak kita amati foto-foto remaja tempo dulu. Kita nilai mereka dari aspek berpakaian. Sebagian besar mereka kelebihan bahan (tertutup). Memang ada satu dua yang memilih pakaian terbuka di era lalu, namun perbandingannya lebih banyak yang mengenakan pakaian tertutup. Kontras dengan kenyataan di abad 20 ini. Kalau dulu yang berpakaian memancing kebanyakan para pelaku entertainer, kalau sekarang tak peduli entertainer atau bukan sama saja.
           Sebenarnya hati ini semakin miris melihatnya. Sebagai seorang remaja, saya sendiri berpikir mau jadi apa bangsa ini kedepannya. Degradasi moral sudah tak dihiraukan lagi. Masih mending jika yang mengalami degradasi mereka yang sudah dewasa. Sebab setidaknya usia produktif mereka akan segera habis. Namun bila remaja yang mengalami degradasi? Bagaimana nanti saat dia dewasa? Takutnya nanti malah semakin menjadi. Terus bagaimana jalan negeri ini bila dipimpin oleh mereka yang kurang bermoral??
Perlu diingat, yang menyerang moral remaja bukan hanya dalam cara berpakaian, namun masih banyak lagi. Tapi, baru kita mengamati cara remaja kini berpenampilan saja sudah membuat kepala jadi pusing. Belum jika kita melihat tingkah polahnya. Dunia narkoba, seks bebas, dan lainnya belum kita singkap.
Dunia narkoba dan seks bebas akhir-akhir ini memang sangat ngetren di kalangan remaja. Ini tandanya ada bukti lagi bahwa moral remaja masa kini memang sudah menurun. Kebudayaan timurnya sudah termakan oleh westernisasi jaman. Sangat memprihatinkan.
Kita tengok ke kejadian beberapa waktu lalu. Saya lupa tepatnya, tapi jelasnya saat masa kelulusan siswa SMA. Di TV maupun koran banyak sekali berita yang menginformasikan perayaan kelulusan yang tidak sewajarnya di lakukan di Indonesia. Mungkin kalau di Negara barat hal seperti itu wajar. Coba tebak dengan cara apa mereka anak ABG yang baru saja dinyatakan lulus memproklamirkan kelulusannya? Gembar-gembor sepeda motor? Sudah biasa, dari jaman orang tua saya sudah begitu. Lantas apa?? Inilah uniknya, merayakan kelulusan dengan melakukan sex party atau pesta sex, masih ditambah acara nyabu bareng atau mabok bareng. Apa ini cerminan generasi baik untuk masa depan?
Degradasi moral memang seharusnya mendapat perhatian lebih. Luangkan waktu sejenak wahai para petinggi Negara, Lihat anak bangsa ini!! Moral mereka ter-degradasi. Marilah kita perbaiki bersama. Saya sebagai remaja merasa takut menatap Indonesia nanti. Siapa tahu dengan perbaikan moral korupsi kedepannya dapat ditekan, bukankah begitu???
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah ( dimensi ruang dan waktu ) . Menurut Edison A Jamli dalam buku Kewarganegaraannya, menyebut globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada satu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di dunia. Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu semakin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh ini meliputi dua dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Globalisasi memang tidak hanya menawarkan kemajuan pembangunan dan menggeliatnya roda perekonomian karena sekat-sekat pasar yang ada dihapuskan hingga terbukalah peluang pasar tanpa batas. Ketangguhan bangsa kita diuji di era ini, tidak hanya melalui persaingan usaha yang bebas dan tak terbatas, namun bangsa kita juga diuji menghadapi teknologi maju ditengah keterbatasan berpikir dan kultur budaya dan agama yang sedikit demi sedikit mulai memudar. Salah satu dampak negatif juga terjadi di masyarakat, khususnya generasi muda.
Ancaman rusaknya satu generasi akibat globalisasi bisa saja terjadi ketika banyak anak muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia, hal ini ditunjukkan dari gejala yang muncul dari kehidupan sehari-hari anak muda. Mulai dari model pakaian yang dari waktu ke waktu semakin minim serta perubahan gaya hidup yang berkiblat ke dunia barat dan menyisihkan budaya luhur bangsa. Kemajuan teknologi selain memberikan manfaat ternyata juga dampak negatif, seperti internet dan handphone. Kedua barang hasil kemajuan teknologi ketika tidak dibarengi dengan kematangan wawasan berpikir penggunanya akan menjadikan bumerang bagi penggunanya, lantaran mereka tidak menggunakan untuk kegiatan yang bermanfaat namun cenderung digunakan untuk kegiatan yang merusak mental, seperti menonton film biru/BF. Keberadaan internet dan HP ( Handphone) ini secara tidak langsung melemahkan rasa sosial penggunanya kepada masyarakat sekitar, namun juga membuat lemah kontrol sosial (Social Control ) di sekelilingnya, lantaran penggunaan yang tanpa batas.
Kelompok anak dan remaja menjadi obyek sasaran yang paling rentan menjadi korban era globalisasi. Berkurangnya perhatian, pengawasan orang tua kepada anak semakin memperparah keadaan. Karena alasan ekonomi, orang tua secara tidak sengaja atau pun sengaja memposisikan anaknya menjadi korban globalisasi. Berbagai kasus asusila dan kriminalitas terjadi karena anak dan remaja terhimpit teknologi yang tanpa batas dan ekonomi keluarga yang kurang. Satu demi satu peristiwa kriminalitas yang berbau asusila hingga perdagangan manusia terjadi lantaran ketidakmampuan kita membendung masuknya budaya luar yang sangat kontradiktif dengan kearifan budaya lokal.
Menjadi pertanyaan, apa yang salah dengan negeri ini ?, apakah globalisasi ini tidak perlu ada ?, apakah sudah terjadi degradasi moral terhadap remaja, ataukah ada sistem pendidikan yang salah ?, atau agama sudah tidak lagi menjadi anutan masyarakat, lantas bagaimana kontrol sosial dari masyarakat sekitar, sehingga dimana-mana terjadi berbagai peristiwa yang memprihatin kita semua. Guna mencari jawaban dan solusi dari permasalahan ini, inisiasi kelompok 1 (satu) Sekolah Demokrasi Kota Batu menggelar workshop bertemakan Mengantisipasi Degradasi Moral Anak dan Remaja di Era Globalisasi pada 28 Juli 2010 di Pemkot Batu.  

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...