Monday, July 1, 2019

Cerpen

Cinta Semusim
Oleh Agus Yulians*
           




Arga, lelaki  yang selama ini  membuat aku jatuh hati. Aku dan Arga satu kantor di sebuah perusahaan Manufacture yang bergerak di bidang kimia. Kita  patner kerja yang sudah cukup lama.  Kita  selalu dipertemukan dalam setiap acara yang diadakan kantor. Mulai dari meeting hingga membuat proyek jangka panjang untuk perusahaan. Sejak saat itulah waktu mengakrabkan kita berdua.  Mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan sampai  kehidupan pribadi. Aku merasa ada sebuah kecocokan, begitu juga dengannya. Akhirnya, Arga memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Mengingat usia kita sudah pantas untuk membangun rumah tangga.
 Kesan pertama melihat pribadi Arga, aku sangat senang ketika dia jujur dengan perasaannya. Aku merasa kita berdua pasangan serasi. Aku tipe cewek cerewet. Sedangkan Arga lelaki yang lembut. Ketika aku bicara dengan nada yang keras dia tempelkan jari telunjuknya ke bibirku dengan diikuti sebuah ucapan, “Sayang, jangan keras-keras,” jujur saja aku semakin sayang padanya. Walaupun kita memiliki perbedaan umur yang terpaut jauh  tiga tahun, tentu aku lebih muda darinya. Kami bukan budak cinta, tujuan menjalin hubungan untuk saling membahagiakan satu sama lain. Dia  mencuri hatiku yang saat ini berhasil membuat jatuh cinta.
***
Aku bangun dari tempat tidurku dan tersenyum bahagia. Kemudian aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup udara segar dan menghembuskannya secara perlahan. Sinar matahari mulai menyengat diriku dari balik jendela kamar. Aku sangat bahagia sekali semenjak menjalin kasih dengan Arga. Sebagai wanita aku mengiginkan hubungan asmara ini segera ke tahap arah yang serius.
Pagi ini, aku ingin menceritakan kebahagiaanku pada ibu, tentang hubunganku dengan Arga. Beberapa kali aku mengajak Arga ke rumah untuk aku kenalkan pada Ibu. Aku berharap  Ibu bisa menerima Arga. 
Suatu hari kuajak Arga datang ke rumah ingin sekali mengenalkannya pada ibu Aku membiarkan Arga dan ibu ngobrol agar ada kedekatan keduanya. Supaya ibu lebih mengenal sosok yang akan jadi menantunya. Di saat mereka asyik mengobrol sebagai calon istri aku membuatkan minuman kesukaan Arga dan Ibu; kopi hitam dan teh lemon. Usai perkenalan antara Arga dengan ibu aku perhatikan raut wajah keduanya berubah. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan ibu padaku. Namun, aku abai akan hal itu.  
            “Ibu jangan khawatirkan Arini! Mas Arga itu mencintaiku kok, Bu!”
“iya. Ibu tahu. Namanya pacaran itu kadang suka kadang benci. Hubungan yang tidak pernah pasti. Kalau bosan, ibu khawatir dia akan mencampakkanmu untuk mencari wanita lain!” nada bicaranya Ibu sempat meninggi. Hampir saja emosiku terhanyut.
“Ah, tidak, Bu, dia pernah mengatakan padaku kalau tidak akan pernah berpaling dariku,” aku mencoba meyakinkan ibu agar bisa menerima mas Arga.
“Alaah....,kamu itu sudah termakan bujuk rayunya. Kamu itu belum tahu watak lelaki. Ibu ini sudah pengalaman, sudah banyak makan garam kehidupan. Sudah banyak meneguk air masa lalu. Lelaki itu kalau ngomong ketika ada maunya saja. Begitu dibelakangmu, dia bisa ngomong apa saja dengan gadis lain,”
Aku memahami perasaan Ibu, dia tidak ingin aku seperti dirinya. Ditinggalkan seorang lelaki begitu saja. Lelaki  yang seharusnya saat ini berada di antara kami. Ibu pernah bercerita padaku, pernikahannya kandas ditengah jalan.  Saat itu di rahimnya sudah tertanam janinku. Sebuah kado yang dinantikan sepasang suami istri.
Tidak ada angin tiba-tiba badai datang menerjang kehidupan rumah tangganya.  Bagaimana Ibu tidak sakit hati? jika lelaki yang selama ini dia sayangi ternyata tanpa sepengetahuannya memiliki wanita lain. Wanita itu datang menyelam di sebuah kehidupan rumah tangganya. Datang bukan dengan tangan hampa, tetapi dia bersama seorang anak laki-laki kecil, yang berusia 6 tahun. Wanita itu mengaku kepada Ibu bahwa dia adalah istri suaminya. Wanita itu menangis dihadapan Ibu. Berharap agar ibu mau menerima anak yang dibawanya saat itu. Berita itu membuat hati ibu hancur berkeping-keping, serasa bagaikan disambar petir. Akhirnya, Ibu menolak  anak laki-laki dari suaminya. Sebuah keputusan pahit akhir dari kehidupan rumah tangganya. Saat itu ibu sedang mengandungku. Ibu lebih memilih jalan untuk berpisah dan menjadi wanita single parents.
Beberapa saat kemudian aku merenggangkan pelukan sembari berkata lirih,”Baiklah, Bu, besok aku akan meminta kepastiannya, ke mana arah hubungan kami ini,” kataku dengan sisa-sisa emosi yang sedih. Ibu menggangguk pelan.
***
Aku duduk di dekat jendela menikmati keindahan pagi.  Aku menghangatkan tubuh sambil menikmati secangkir kopi Roasting Robusta dari kekasihku. Selama seminggu, dia berada di kota Lampung karena ada urusan kantor yang harus dia selesaikan. Aku pagi ini  bahagia sekali. Mendapat kabar bahwa dia akan balik ke Solo. Aku tidak sabar menunggu kedatangannya. Aku ingin mendapatkan kepastian dari hubungan ini.  Hubungan yang sudah terjalin begitu lama harus berakhir di pelaminan. Aku berharap penuh mas Arga segera meninangku. Menikah adalah mimpi setiap wanita agar hidupnya penuh warna.
 Aku menyampaikan kabar bahagia ini pada Ibu. Namun, Ibu masih tidak percaya bahwa lelaki itu akan datang padaku lagi. Jujur saja aku sangat kecewa dengan sikap ibu. Sampai saat ini aku belum mendapatkan alasan yang tepat dari Ibu. Kenapa ibu sangat tidak suka sama Arga? Ibu hanya bilang padaku suatu saat nanti kau akan tahu sendiri.
Mataku  menatap bunga mawar yang tertanam di kebun belakang rumahku dari balik jendela kamar. Mawar merah itu begitu kuat baunya sehingga sampai tercium aroma wanginya. Ingin rasanya aku memetik setangkai mawar merah  untuk aku jadikan hiasan di setia sudut kamar. Namun, hati ini enggan untuk memetik mawar itu. Biarlah mawar tumbuh dan bergugur dengan sendirinya.
 Kabut-kabut pagi masih enggan pergi dari bunga-bunga mawar. Apakah kehidupan cintaku seperti kabut yang selalu menyelimuti mawar ketika ingin merekah di pagi hari?
Sudah dua minggu berlalu Arga tak kunjung balik. Perasaan gelisah mulai menghantui diriku. Berhari-hari aku selalu menunggu kabar darinya. Hatiku mulai gundah. Mataku menerawang tak tentu arah. Aku mencoba meyakinkan hati ini bahwa Arga baik-baik saja.
            “Arini, ada tamu,” kata ibuku dari balik pintu kamar. Lamunan kegelisahanku buyar seketika. Tanpa pikir panjang aku langsung bergegas menemui seseorang yang mencariku. Aku berharap dialah yang aku tunggu. 
Melihat siapa yang datang, wajahku seketika kaget. Tidak biasanya Rio, teman karib Arga  bertamu sepagi ini ke rumah.
            “Ada apa, Rio.” Tanyaku bergegas aku mendekatinya.
Rio hanya tersenyum sambil menyerahkan menyerahkan sebuah surat undangan berwarna merah mawar. Bau harumnya sama persis mawar yang aku tanam. Undangan itu  aku terima.
            “Kamu menikah..” tanyaku sebelum membuka undangan terlebih dahulu.
            “Buka dan bacalah dengan saksama undangannya.” suara Rio begitu lirih dan datar.          Pita  yang membungkus undangan ku lepas. Mata ini tertuju pada setiap kalimat setiap kalimat. Hatiku hancur berkeping-keping begitu tahu bahwa itu bukan Rio. Air mataku pecah. Terduduk lemas tak bertenaga. Suara tangisku semakin pecah. Ibu  kaget mendengar suara tangisku.
            Ibu mendekati diriku yang masih terduduk tak bertenaga. Ia mengambil surat undangan itu dan membacanya. Wanita berusia 55 tahun itu seketika wajahnya berubah menjadi layu. Ia menatap Arini yang tak berhenti meratap. Apa yang dia khawatirkan akhinya terjadi juga. Mata ibu mulai berkaca-kaca.
            “Bu, undangan itu dari Arga untuk Arini,” jelas Rio pada wanita yang mengenakan daster motif bunga-bunga. Ibu hanya mengangguk. Rio balik pamit meninggalkan rumah Arini.
Tangisku pecah dalam pelukan Ibu. Seperti bendungan yang ambrol. Aku memekik dalam hati, mataku terpejam kuat-kuat. Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa. Apa aku sedang bermimpi?
            “Seharusnya Ibu tidak membuatmu menderita seperti ini. Kini, Waktu telah berbicara padamu tentang sebuah kenyataan. Kamu harus siap menghadapi kenyataan pahit ini,” tangan halusnya membelai rambut panjangku.
            “Sejak awal bertemu, sudah ada firasat bahwa lelaki itu tidak tepat untukmu. Apalah artinya firasat seorang Ibu, jika anaknya sudah dibutakan dengan cinta,”
            Aku masih menangis sesenggukan. Seolah-olah dunia ini tidak adil untukku. Dosa apa yang aku tanam selama ini sehingga cinta yang awalnya indah harus berakhir dengan begitu pahit tanpa ada sedikit penjelasan apapun.
            “Kamu harus tahu Ndok, Siapa Arga itu sesungguhnya? Ketika kau mengenalkan Ibu pada Arga, Ibu sempat mencuri waktu untuk mengobrol tanpa sepengetahuanmu. Ibu hanya ingin tahu latar belakang keluarganya. Ibu sangat kaget ketika mendengar nama Ayahnya. Sejak saat itulah tanpa sepengetahuanmu, Ibu meminta pada Arga untuk mengakhiri hubungan kalian. Maafkan Ibu, Ndok, gara-gara masa lalu ibu, kamu harus menderita seperti ini,” Air mata Ibu menetes membahasi rambutku. Aku hanya bisa menangis. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Pikiranku sudah buntu. Aku dihadapkan pada sebuah kenyataan yang memang sangat sulit aku bela.
 Aku hanya terdiam belum bisa menerima kenyataan ini. Bahwa aku ditinggalkan seseorang yang aku sangat sayangi dalam waktu sesingkat ini. Aku dihadapkan pada cinta yang hanya semusim saja.  **
 Cerpen Cinta Semusim ini juara 1 dalam lomba kepenulisan cerpen bertema Ibuku Surgaku yang diadakan oleh Forum Aktif Menulis (FAM) Publishing. 

Cerpen


Lelakiku Lelaki Ibuku
Oleh Agus Yulianto


Maafkan aku sayang…
Aku khilaf  telah melakukan itu padamu
Aku sangat mencintaimu
Aku tidak akan berhenti untuk meraih cintaku kembali

Sebuah pesan singkat yang setiap hari kau kirim padaku. Muak aku membacanya. Aku banting ponsel pemberianmu itu. Aku menangis di sudut kamar kecilku. Aku sungguh tidak percaya akan semua itu. Kau biadab! Perbuatanmu tak lebih dari seorang gigolo jalanan.
            Hubunganku dengan Dion sudah berakhir semenjak aku tahu drama perselingkuhannya. Perselingkuhan yang menyayat hatiku. Semenjak kejadian itu aku tidak bisa memaafkannya. Kau menodai cinta suci yang aku berikan tulus padamu. Aku menangis dan meratap pilu. Menyesal sungguh aku mengenalmu.

***
 Ibu memang wanita yang pandai merawat diri. Di usia yang ke 40 tahun masih terlihat cantik dan energik. Semenjak berpisah dengan ayah, ibu banyak menghabiskan waktunya diluar. Kumpul sama teman-temannya; arisan, jalan-jalan ke mall bahkan sempat liburan selama satu bulan ke pulau Dewata.  Kecantikan yang dimiliki ibu memukau setiap mata lelaki. Ibu kelihatan lebih muda bahkan kalau disejajarkan dengan diriku seperti kakak adik.  
Pada suatu hari tepatnya malam minggu. Aku sengaja jalan-jalan sendiri ke Paragon Mall. Menikmati malam minggu tanpa seorang kekasih. Biasanya aku habiskan waktu malam minggu bersama Dion, lelaki yang sudah setahun ini mengisi hari-hariku. Hubungan kami sangat romantis. Ketika mata ini sedang menikmati keramaian di setiap sudut mall. Ada sebuah pemandangan yang membuat mulut ini terbungkam. Bahkan membuat hati ini pecah berkeping-keping. Sebuah pemandangan yang tidak wajar. Awalnya aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Namun setelah aku amati tidak salah lagi kalau yang aku lihat benar apa adanya. Dion dan ibuku bergandengan mesra. Layaknya sepasang kekasih. Aku perhatikan begitu banyak barang belanjaan yang mereka bawa. Aku sudah tidak kuat melihat adegan mesra itu. Kaki ini lemas tak sanggup melangkah. Mata ini terasa kabur. Kepala seakan berputar-putar. Mata mulai tak sanggup menahan bendungan air mata. Aku mencoba berdiri tegak dan meninggalkan mall ini.
***
Di sepanjang perjalanan pulang aku hanya menangis. Hingga sopir taksi bingung dengan sikapku.  
“Mbak, mau turun dimana,” tanya sopir taksi dengan nada penuh ke hati-hatian.
Hanya suara tangisku yang terdengar. Sopir taksi bingung melihat diriku yaang tidak berhenti menangis. Aku seka air mata. Menguatkan hati ini. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi. Tapi, tidak mungkin mimpi. Jelas sekali apa yang aku lihat di mall. Malamku hancur, tidak aku temukan kebahagiaan di malam minggu ini.
“Turun di perumahan Lawu Asri blok 11, Papahan Karanganyar, ya, pak,” jawabku yang masih sesenggukan.
Setelah sampai di rumah. Aku langsung menuju kamar. Aku menjatuhkan tubuh ini dalam tempat tidur. Air mata semakin deras mengalir.  Kenyataan yang belum dapat diterima. Aku bangun dari tempat tidur. Berdiri tegak sambil memandang foto Dion yang terpasang di dinding kamar. Aku ambil bingkai fotonya lalu ku banting. Pecah, remuk. Aku maki-maki foto itu. Hingga diri ini terduduk lemah. Meratap pilu terhadap semua kejadian malam ini.  Sebuah petaka  yang tidak akan terlupakan seumur hidupku.
Ibu yang menjadi panutan dalam hidupku telah berjalan mesra dengan pacarku  seperti sepasang kekasih. Hancur melihat kemesraan itu. Kenapa ibu tega pada diriku, anaknya?
***

Malam sekitar pukul 24.00. Suara mobil sedan memasuki pelataran rumah. Aku lihat dari balik tirai jendela kamar. Ibu balik sendiri tanpa Dion. Bahkan barang belanjaanya tidak di bawa sama sekali. Ibu masuk rumah dengan wajah sumringah. Aku menangis melihat perangai ibu yang begitu kejam. Dosa apa yang sebenarnya aku lakukan pada ibu. Hingga dia tega melakukan semua ini padaku.  Seharusnya dia paham bahwa lelaki itu kekasihku. Apakah tidak ada lelaki di dunia ini selain Dion? Hati ini menjerit.
Seketika ibu masuk ke dalam kamarku. Pintu  lupa tidak dikunci. Melihat kondisi kamar yang berantakan membuatnya kaget. Wajahnya cemas melihat kondisiku yang acak-acakan.
“Apa yang terjadi dengan dirimu San?” tanyanya  sambil memegang wajahku. Aku hanya menangis. Aku tidak tahu apa yang harus ku katakan tentang pemandangan yang aku lihat di mall.
“Coba jelaskan pada ibu,”
“Tidak ada yang harus Sani jelaskan. Seharusnya ibu sudah tahu,”
“Maksud kamu apa? Ibu tidak mengerti dengan semua ini,”
Aku mencoba melepaskan tangan ibu yang memegang wajahku. Sebuah jarak ku ambil perlahan untuk menjauh darinya. Tangan ibu mencoba merengkuhku. Tapi aku tak menghalaunya.
“Bicarakan pada ibu San, masalah apa yang kamu alami.”
“Ibu pembohong. Ibu tega melakukan semua itu pada Sani.” Suaraku mulai meninggi. Melihat reaksiku ibu kaget. Dia masih tidak paham dengan semua ini.
“Maksud kamu berkata itu apa...” air mata wanita yang berhiaskan untaian emas di lehernya mulai menetes. Aku perlihatkan sebuah foto kemesraannya dengan Dion melalui smarphoneku.
“Ibu tega sekali melakukan semua itu padaku. Kenapa?” air mataku bercucuran begitu deras. Suaraku mulai serak. Aku banting Vas bunga yang ada di meja riasku. Melihat sikapku yang semakin memberontak ibu terlihat khawatir. Ibu mencoba menenangkan diriku. Mencoba menghirup nafas dalam-dalam dan ingin merangkulku. Tapi, aku mencoba menghindari pelukan ibu. Akhirnya, ibu tersadar dengan perkataanku. Matanya terpejam sejenak. Merenungi apa yang dia lakukan malam ini.
“Maafkan ibu, San...”
Aku minta ibu menjauhiku. Wanita itu akhirnya keluar dengan langkah yang begitu berat seakan tidak rela meninggalkanku sendiri.  Aku tutup pintu rapat degan diiringi suara jedoran pintu yang keras.
“ Sani…buka pintunya. Ibu mau bicara sebentar sama kamu,” suara itu terdengar dari luar kamarku.
“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua sudah terlihat dengan jelas. Ibu tega melakukan semua itu pada anak sendiri.”  Aku hanya menangis sekeras-kerasnya.
“Maafkan ibu, San..” suara wanita itu terdengar lirih bercampur suara isak tangis.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan...” Aku abaikan permintaan maaf ibu. Ibu sudah menggores hati ini begitu dalam.
 Pintu kamar masih tertutup. Wanita itu akhirnya pergi meninggalkan aku sendiri. Aku masih menikmati air mata piluku.
Tubuh ini terasa lelah. Aku terlelap dalam dekapan malam yang menyisakan luka.
***
           
Pagi seharusnya bisa aku nikmati. Tapi udara-udara yang sejuk ini menjadi hambar.   Tidak ada semangat dalam menjalani alur hidup ini. Sebuah drama yang begitu menyayat jantung.
Aku masih malas untuk bersuara. Ibu mendekatiku. 
“Bukan maksud Ibu merusak hubungan kalian berdua”  Perempuan setengah baya itu  bersimpuh di depanku. Suara isak  tangisnya membuat hatiku semakin terenyuh. Aku hanya diam. Tatapanku kosong.
“Lalu, kenapa ibu tega merebut Dion dari kehidupan anak ibu sendiri?”
“Maafkan ibu..
            “Aku minta kau kembali pada Dion, dia anak yang baik , sangat sayang padamu. Maafkan Ibu, San…” aku masih diam seribu bahasa. Telinga ini menjadi tuli, hati ini menjadi mati, bibir ini terpaku.  Sungguh luka tak sekedar luka yang aku rasa. Perempuan itu memeluk erat tubuhku. Mengusap air mataku. Mencium keningku. Tapi, tak aku rasa barang sedikit pun. Semua telah mati rasa. 
Bayangan wanita yang menyusui waktu kecilku dulu perlahan menjauh dari hadapanku. Suara deru mobil sedan juga turut serta meninggalkanku. Melaju kencang membawa ibu entah kemana. Air mata ini menetes perlahan. Hatiku berkata jangan pergi ibu.  
                                                                  ***

Kebun Teh, Kemuning           
“Beginilah hidupku sekarang,” tuturku pada lelaki itu. Aku ceritakan semua kisahku dengan Ibu. Semua memang sudah terjadi. Dan kini, aku tidak tau keberadaannya.
“Aku ingin kembali padamu San,..” pintanya padaku.
Semenjak kepergian ibu,  Sani menjadi wanita yang keras terhadap setiap lelaki. Begitu banyak lelaki ingin mendapatkan hatinya.. Tapi masih diselimuti rasa ketakutan.  Ketika hal itu akan terlukis kembali dalam kisah cintanya.
             “ Kau tau betapa dalamnya aku mencintaimu....
Aku melihat sekilas wajah Dion  ada semburat kesungguhan untuk kembali merajut cinta yang telah rapuh. 
            “Aku akan kembali padamu Dion, asalkan kau dapat bawa kembali Ibuku?” pintaku padanya.
Seketika itu aku pergi dari hadapannya. Meninggalkan nuansa hijau semerbak harum teh. Cinta itu membuat aku harus kehilangan segala-galanya. Orang yang berarti dalam kehidupanku kini pergi entah kemana. Namun, aku akan terus mencarinya sampai kapan pun. Meski hati ini telah terluka, tapi aku tetap menyayanginya.
            Udara dingin menyengat kulitku. Syall yang dulu dirajut ibu aku kenakan untuk menutupi leher yang mulai diserang udara dingin.  Kehangatan beigutu terasa seperti dalam pelukannya.  Hati ini masih menyimpan rasa sayang.  Kini, aku sendiri tanpa kekasih dan orang yang berharga dalam hidupku.
Hingga waktu terus berlalu masih  belum aku ketahui kabar darinya. Ibu.**

di muat di koran Radar Bekasi 








Tuesday, March 26, 2019

Alasan Aku Mencintai FLP


                                                         
            Aku bergabung dengan organisasi literasi Forum Lingkar Pena Soloraya tahun 2010. Saat itu aku masih berstatus sebagai mahasiswa. Keinginan untuk bergabung dengan organisasi penulis terbesar yang ada di Indonesia ini merupakan mimpiku sejak remaja dulu. Pada waktu remaja aku suka membaca buku-buku yang ada logonya FLP. Seperti buku motivasi yang berjudul Remaja Berprestasi Pasti!! Yang ditulis oleh Izzatul Jannah atau nama kerennya Mbak Intan Savitri. Buku itu memberikan pengaruh buat diriku untuk menjadi remaja yang lebih percaya diri untuk meraih prestasi. Aku juga suka membaca majalah ANNIDA bahkan sampai saat ini majalahnya masih aku simpan. Ketika membaca liputan kegiatan Forum Lingkar Pena benar-benar membuat aku jatuh hati. Akan tetapi, waktu itu aku masih bingung untuk bergabung menjadi anggota FLP karena kurangnya informasi terkait keberadaan FLP khususnya di Solo. Meski aku belum bisa bergabung dengan Forum Lingkar Pena, akan tetapi aku suka mengikuti kegiatan yang diadakan FLP semisal; bedah buku, training kepenulisan dan seminar  yang pembicaranya dari kader FLP.  Setiap acara yang diadakan FLP menurutku memiliki daya magnet tersendiri selain itu juga karya-karya dari penulis FLP yang selalu mencerahkan pembaca. Selain itu tokoh-tokoh FLP orangnya sangat keren dan tidak sombong ketika bertemu dengan para pembaca. 
         FLP semakin membuat aku jatuh hati kepadanya. Aku pun memutuskan untuk bergabung dengan FLP. Perjalanan ketika ingin bergabung dengan FLP penuh dengan rintangan. Mulai tidak memiliki uang untuk mengikuti pelatpulpen dari FLP Soloraya sebagai syarat menjadi anggota, alhamdulillah temanku yang baik hati Faqih Annisa memberikan aku pinjaman uang sebesar 80 ribu rupiah untuk biaya pendaftaran. Bahkan ketika acara pelatpupen berlangsung aku salah satu peserta terakhir yang hadir di hari terakhir acara. Biasanya acara Pelatpulpen berlangsung selama dua hari. Menurutku begitu banyak alasan menjadikan  aku mencintai Forum Lingkar Pena (FLP) yang dirintis oleh Bunda Helvy Tiana Rossa, Mbak Asmanadia dan Ibu Maimon Herawati  ini. 
            Berikut ini 5 alasanku mencintai Forum Lingkar Pena (FLP).

Rumah Impian Penulis Muda.


FLP  merupakan rumah impian untuk menggapai cita-cita menjadi seorang penulis yang beradab dan berkarakter. Aku sebagai penulis muda banyak sekali hal-hal yang bisa aku dapatkan tentang ilmu kepenulisan selama berada  di FLP.



Helvy Tiana Rossa Sang Inspirator

Aku sangat senang dan jatuh hati kepada para penulis senior FLP. Misal aku sangat mengidolakan Bunda Helvy Tiana Rossa. HTR sangat piawai sekali dalam menulis puisi dengan diksi-diksi yang sangat kuat. Selain itu Bunda Helvy salah satu sosok perempuan yang idealis dalam memperjuangkan sebuah gagasan kreatifnya dalam dunia perfiliman. Contohnya film Ketika Mas Gagah Pergi  menurutku film yang sangat berhasil dalam mempertahankan sebuah idealisme dan pengorbanan HTR luar biasa sekali agar film tersebut dapat release di bioskop. Mulai menggalang dana dari para donatur  atau istilah kerennya patungan. Mana ada sineas di Indonesia yang sudi patungan atau mencari donatur dalam membikin sebuah film layar lebar. Jujur saja beberapa tulisanku yang puisi sangat dipengaruhi oleh karya Bunda Helvy Tiana Rosa. Ada sebuah keinginan ingin duet membaca puisi bareng Bunda Helvy Tiana Rosa.



Kata-kata Sakti Afifah Afra


Pada waktu itu aku masih remaja kelas dua SMA. Aku hobi sekali membaca sebuah buku yang berukuran 11 cm x 17 cm yang ditulis oleh Afifah Afra. Salah satu guru juga pembina rohis di sekolahku sering sekali membawa buku-bukunya Afifah Afra. Seketika aku tertarik untuk membacanya hingga ketagihan. Aku pun bela-belain berkunjung ke perpustakaan daerah untuk mencari buku yang ditulis Afifah Afra. Maklum belum ada duit untuk membeli buku. Hingga pada suatu waktu ada sebuah acara bedah buku yang diadakan oleh Lembaga Peduli Remaja dan Pelajar (LP2R) Bina Insan Cendekia, sebuah lembaga pembinaan untuk para remaja. Kebetulan membedah salah satu karya terbarunya Afifah Afra yang berjudul Teman Tapi Mesra Jurus Sakti Membina Persahabatan Sejati. Aku tidak mau ketinggalan untuk mengikuti acara tersebut. Acara bedah buku bertempat di Gedung DPRD Karanganyar. 
Aku hadir dengan naik angkutan. Rasanya  bahagia sekali bisa mengikuti bedah buku dan bisa bertemu dengan penulis idola yang selama membaca buku-bukunya belum pernah sama sekali melihat secara fisik. Akhirnya mimpi untuk bertemu langsung dengan Afifah Afra bisa terwujud. Aku tidak mau ketinggalan untuk bertanya usai penyampaian materi. Dalam hati berharap semoga dapat hadiah buku dari Afifah Afra. Alhamdulilah, moderator memilihku untuk menyampaikan sebuah pertanyaan. Sebagai hadiahnya aku diberi sebuah buku terbarunya itu. Bukan hanya buku tapi dalam buku itu juga ditulis sebuah kata sakti “ To Agus Yulianto Jadikan Penamu Sebagai Pedangmu (12/02/2006)” juga dibubuhi tanda tangannya. Kata-kata itu jujur membuat aku semangat untuk belajar menulis.





Kreatif dan Kece Kadernya

     Selama aku bergabung dengan Forum Lingkar Pena. Aku selalu melihat sebuah sisi kreatif dari diri seorang kader FLP. Kreatif dalam membuat sebuah acara maupun  dalam berkarya. Selain itu para kader FLP juga kece badai. Suka bergaul dengan komunitas lain dan berani menerima sebuah tantangan dalam berkarya. Juga rasa pedulinya tinggi erhadap sesama maupun pada isu-isu kontemporer. Khususnya peduli pada Palestina.  



Buku Karya Anggota FLP Menyehatkan


Coba kita perhatikan setiap karya yang ditulis para pegiat FLP sungguh sangat membanggakan. Karya-karyanya selalu diapresiasi para pembaca. Pernah suatu ketika ada seorang pembeli buku (kebetulan aku penjual buku) yang menanyakan tentang buku antologi FLP Jatuh Cinta Pada Bunga terbitan Era Intermedia. Sebenarnya buku tersebut sudah lama sekali terbitnya. Penulisnya pun bisa dikatakan sebagian masih bertahan di FLP.   Pembeli tersebut mengatakan padaku bahwa buku kumcer Jatuh Cinta Pada Bunga sangat bagus sekali untuk dibaca anak remaja. Kebetulan pembeli itu berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah yang berada luar jawa. Karena saking bagusnya si guru menghimbau kepada siswa-siswanya untuk membelinya. Akhirnya, sebanyak 30 eksemplar buku Jatuh Cinta Pada Bunga terjual. Si Guru menyampaikan terima kasih tentang adanya buku tersebut. Sebab saat ini susah menemukan bacaan yang menyehatkan untuk para remaja. 



       Nah, itulah alasan aku mengapa jatuh cinta pada Forum Lingkar Pena.  Selamt milad Forum Lingkar Pena yang ke-22 tahun.

            Tulisan ini dibuat dalam rangka lomba blog dari Blogger FLP link http:flp.or.id pada rangkaian Milad FLP 22. 

Sunday, March 10, 2019

Catatan Perjalanan Forum Lingkar Pena Cabang Karanganyar


Laporan Pertanggung Jawaban
Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Karanganyar
Periode 2016-2019

Bismillah
Assalamu’alaikum wr.wb.
            Alhamdulillah, Allah swt masih memberi nafas pada kita hingga saat ini. Tak terasa, hampir empat  tahun sudah mulai bulan September 2016 hingga Maret 2019 saya membersamai rekan-rekan pejuang pena FLP Cabang Karanganyar. Tentu saja hal itu tidaklah mudah. Berawal di tahun 2016 sebuah keberanian muncul pada diri saya untuk menghadirkan sebuah organisasi literasi Forum Lingkar Pena di Kabupaten Karanganyar. Hal itu dilatar belakangi di kabupaten Karanganyar memiliki potensi yang baik dalam hal literasi dan juga sebuah mandat bahwa per kabupaten perlu adanya Forum Lingkar Pena agar organisasi literasi dakwah ini dapat berkembang dengan baik dan bisa memberikan pencerahan dan warna dalam dunia literasi di Kabupaten  Karanganyar. Di awal kepengurusan tahun 2016 merupakan tahun perintisan yang hanya dinakhodai oleh satu laki-laki dan 5 perempuan. Berbagai upaya kami lakukan agar FLP Cabang Karanganyar ini tetap bertahan meski kala itu belum memiliki begitu banyak anggota. Hingga akhirnya, kami memberanikan diri untuk mengadakan pengkaderan agar ada regenasi dalam kepengurusan ini.
Alhamdulillah, Pengkaderan pertama FLP Cabang Karanganyar mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. Kami dapat menjaring kurang lebih 60-an anggota baru. Semangat kami pun menyala untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan budaya literasi di Kabupaten Karanganyar. Berbagai program kami adakan sebagai fasilitas kami untuk mengembangkan soft skill para anggota baik dari segi kepenulisan, Keorganisasian dan Keislaman. Hal itu sesuai dengan tiga pilar yang ada di Forum Lingkar Pena.  Pada tahun 2016 hingga 2019 begitu banyak program yang kami adakan; Traning Kepenulisan Dasar (OPREC), Sekolah Menulis, Pengembangan Diri  dan Keorganisasian, Kajian ke Islaman, Seminar Literasi, Workshop Kepenulisan, Bakti Sosial, Kelas Menulis On Iine, FLP Karanganyar Goes To Schooll dan lain sebagainya. Bukan hanya program kegiatan saja, tetapi kami juga mendapat kepercayaan dari lembaga atau instansi untuk menjalin kerjasama. Beberapa lembaga atau instansi yang bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Karanganyar antara lain; Lembaga Sosial Baitul Mal Al Itqon Karanganyar, Organisasi Remaja Masjid Kabupaten Karanganyar FOSREMKA, Instansi Perguruan Tinggi Jurusan Tadris Bahasa Indonesia- IAIN Surakarta, Lembaga Pendidikan, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Karaganyar. Selain itu FLP Cabang Karanganyar juga bersinergi dengan komunitas yang ada di Karanganyar seperti komunitas Kamar Kata Karanganyar, Komunitas Relawan Karanganyar Cerdas dan lain sebagainya.  Bukan hanya itu dalam ranah literasi para anggota FLP Karanganyar sudah menghasilkan sebuah karya buku antologi Cerpen  Tentang Jarak, Antologi Puisi, dan kumpulan cerita anak. Selain itu juga para kader FLP Karanganyar juga sudah menerbitkan buku solo maupun ikut dalam program antologi yang diadakan oleh komunitas literasi atau penerrbit baik mayor maupun indie.  Tulisan-tulisan dari aggota FLP Cabang Karanganyar juga tersiar di media baik cetak maupun on line. Juga menjuarai dalam berbagai lomba kepenulisan.  Alhamdulillah, Forum Lingkar Pena Cabang Karangayar yang bisa dikatakan baru berusia 3,5 tahun ibarat anak bayi tapi begitu cepat berlarinya dan dapat merangkul semua partisipan.
Sungguh Forum Lingkar Pena Cabang Karanganyar merupakan hadiah dan anugerah dari Allah SWT untuk Kabupaten Karanganyar.  Keberhasilan dari program-program literasi ini semua itu berkat kerjasama yang bagus antara pengurus dan anggota flp karanganyar. Meskipun dalam perjalanan selalu saja ada batu-batu yang kadang menyandung bahkan menjadikan kita berhenti sejenak atau batu itu membuat kita menjadi mundur dari dakwah literasi ini.
Saya selaku perintis dan ketua Forum Lingkar Pena Cabang Karanganyar bersama para pengurus di periode saya saat ini mengucapkan terimakasih atas kesabaran, semangat dan keaktifan para kader Forum Lingkar Pena Cabang Karangayar. Tentunya dalam kepengurusan saya saat ini masih banyak kekurangannnya, semoga tidak menjadikan semangat kader FLP Karanganyar kendor. Kami hanyalah manusia biasa yang masih banyak khilaf bahkan kekurangan dalam membersamai kader FLP Cabang Karanganyar.  Semoga di musyawarah ini  FLP Cabang Karanganyar yang ke I ini menghasilkan seorang pemimpin yang amanah, sabar, dan bekerja keras dalam mengembangkan budaya literasi di Kabupaten Karanganyar.  Pesan saya untuk seluruh kader FLP Cabang Karanganyar mari kita saling bekerjasama dan bergotong royong dalam mengembangkan dan memajukan Forum Lingkar Pena Cabang Karanganyar.  Luruskanlah niat dalam berdakwah di organisasi literasi ini.  Janganlah mencari penghidupan di FLP Karanganyar, tetapi hidupilah FLP Karanganyar dengan segala kemampuan yang kita miliki. FLP Karanganyar ini merupakan sebuah alat transportasi yang harus kita jaga dan rawat agar dapat berjalan dengan baik dalam memberikan asupan-asupan literasi yang berkeadaban.  
Flp Berbakti, Berkarya dan Berarti  sesuai dengan sloga itu saya berharap semoga anggota FLP Karanganyar dapat memberikan kontribusi literasi di kabupaten Karanganyar.  Demikianlah catatan-catatan kecil saya semoga dapat bermanfaat dan memberikan motivasi untuk kader FLP Karanganyar. Atas perhatiannya, saya dan segenap pengurus FLP Cabanga Karanganyar mengucapkan selamat atas terlaksananya Musyawarah Cabang FLP Karanganyar ke I semoga sukses untuk dakwah literasinya di kota Intanpari Kabupaten Karanganyar.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Salam Literasi
Ketua FLP Cabang Karanganyar periode 2016-2019

Agus Yulianto



Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...