Tuesday, February 6, 2018

OPINI

Mendidik  Anak di Era Kids Jaman Now
Agus Yulianto

Setiap generasi memiliki dunianya sendiri. Beragam bentuk hiburan yang menarik hati anak-anak hadir menyeruak ke tengah-tengah kehidupan mereka dengan mudahnya. Memang tidak mudah untuk mengisolasi anak-anak kita dari tontonan semacam itu. Memang seperti inilah salah satu konsekuensi hidup di era pasar bebas dan globalisasi. Kita disuguhi beragam produk-produk menarik yang spektakuler, baik dari dalam maupun luar negeri, ditambah lagi dengan kecanggihan teknologi informasi yang semakin maju dan berkembang pesat. Membuat hal-hal tersebut mudah untuk diakses dan didapatkan.  
            Di sinilah muncul tantangan pada kita sebagai orang yang peduli akan masa depan anak-anak. Oleh karenanya, kita harus memberdayakan diri untuk menghadapi tantangan di era digital yang memang semakin kompleks. Jangan sampai sebagai orang tua dan pendidik lebih suka menyalahkan anaknya dan orang lain daripada melihat ke dalam diri sendiri?
            Memprihatinkan bukan? Sebagai orang tua dan orang dewasa kita harus mewaspadai keberadaan media. Baik buruknya media pada akhirnya kembali pada kita sebagai orang tua dan orang dewasa. Menurut Masruri (2015), berdasarkan laporan konferensi pers Gerakan Nasional Hari Tanpa Televisi tahun 2008 lalu, Anak dan remaja merupakan khalayak khusus yang rentan terhadap pengaruh media. Jangan heran kalau saat ini anak-anak kita mengalami tumbuh kembang yang begitu cepat. Sehingga generasi saat ini mendapatkan label generasai kids zaman now, yakni mengalami perkembangan begitu cepat yang tidak sesuai dengan kapasitas usia mereka. Melihat kenyataan tersebut, kita tentu dihadapkan pada tantangan berat. Saat ini, mau tidak mau, kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman yang sesuai dengan dunia mereka. Kita tentunya masih ingat dengan perkataan Sahabat Rosulullah saw, Ali bi Abi Thalib, “Wahai kaum muslim. Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu.
            Generasi kids zaman now merupakan generasi dimana anak-anak  meniru apa yang dilihatnya, baik dalam keseharian maupun di media massa. Medialah yang akhirnya membentuk sebagian kepriadian generasi saat ini. Misal, sebuah tayangan ditelevisi menyajikan adegan-adegan visual dalam program acara, maka dari situlah pada mulanya anak-anak melakukan proses peniruan. Jangan kaget ketika melihat anak-anak sekarang secara penampilan layaknya seperti orang dewasa. Ibarat sebuah bumbu  dalam  masakan yakni ‘micin’. Banyak dijumpai makanan yang mengandung banyak micin menyebabkan kualitas anak zaman sekarang tidak seperti anak-anak zaman dulu.    
            Lantas bagaimana seharusnya peran kita dalam mendidik generasi yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan kids zaman now?
            Generasi kids zaman now bukanlah generasi yang suka mendengar ceramah yang berisi nasehat-nasehat. Mereka merupakan generasi yang memiliki sebuah rasa percaya diri tinggi sehingga di dalam dirinya merasa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan segala persoalan. Peran kita dalam mendidik generasi kids zaman now antara lain; (1) Ciptakan suasana demokratis;  bersikap otoriter, menganggap diri kita sebagai yang paling tahu dan berpengalaman sehingga mereka tak diperkenankan membantah semua pernyataan, ini adalah sesuatu yang keliru. Jika mereka harus selalu menurut apa pun yang kita katakan, dikhawatirkan tindakan ini bisa menghambat kemandirian dalam diri mereka. Apalagi jika mereka melakukan kesalahan, lantas kita bentak dan kita pukul. Tentu saja tindakan tersebut sangat tidak tepat dan akan merusak mental mereka. Ketika ada suatu permasalahan kita harus bisa menjelaskan sesuai kerangka berfikir mereka ‘apa dan mengapa’ sebabnya. Dengan begitu kita secara tidak langsung telah menumbuhkan sikap demokratis. Agar suasana dialog tercipta  kondusif, maka cobalah bersikap lebih bersahabat dengan mereka. Sikap bersahabat memiliki peran yang sangat besar dalam memengaruhi jiwa anak. (2) Menjadi teladan; keteladanan merupakan salah satu metode yang bagus dalam mendidik anak-anak baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Mereka akan meniru perilaku orang dewasa yang berada didekatnya. Oleh karena itu, keteladanan merupakan media yang paling efektif bagi anak-anak menuju keberhasilannya. Kita harus dapat menjadi figur yang ideal bagi anak-anak, menjadi panutan yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini. Kondisi saat ini anak-anak kehilangan sebuah figur untuk di contoh. Al hasil, mereka mencontoh tokoh-tokoh dalam sebuah film yang sebenanrnya tidak sesuai dengan umur mereka. (3) Beri Pengakuan dan Penghargaan; jangan pernah malu untuk memberikan sebuah pengakuan dan penghargaan yang tulus kepada anak-anak atas tugas-tugas sederhana yang telah mereka kerjakan. Jangan sekali-kali meremehkan hasil kerjaan mereka. Penghargaan awal ini akan memberikan semangat baru dalam kehidupan mereka untuk melakukan tugas-tugas selanjutnya yang lebih besar. (4) Menyamakan Visi; dua kepala sekalipun sedarah sering memiliki isi yang berbeda.  Generasi old  (generasi tua) cenderung menginginkan sesuatu yang nyaman, sebaliknya dengan generasi now (generasi masa kini) zona nyaman sering dianggap bakal membuat hidup berjalan di tempat, kalau tidak malah tertinggal zaman (kuper). Jalan menuju kemajuan menurut generasi zaman now hanya bisa didapat lewat perubahan. Dua visi dari generasi yang berbeda tak mungkin bisa diajak jalan beriringan. Oleh karena itu, menyamakan visi dua generasi sangatlah penting sebelum memulai sebuah pembenahan.
            Anak-anak zaman sekarang mengalami tantangan. Mereka menghadapi longsornya wibawa dan runtuhnya norma-norma sosial dalam pergaulan yang membingungkan. Orang tua mengalami tantangan mendidik anak ditengah kecanduan gadget yang meracuni. Pada zaman digital, anak-anak muda disebut generasi alay----anak layangan atau generasi galau alisa anak baru labil. Mereka tehubung dengan dunia maya secara on line dan  real time. Mereka berteman, bergaul dan membentuk komunitas. Mereka paham betul teknologi informasi berikut para selebritasnya. Itulah generasi kids zaman now.

            Oleh karena itu, kita bisa mengambil kesimpulan manusia sesungguhnya memiliki kelemahan, potensi, kecerdasan dan watak yang ketika dibiasakan dengan akhlak yang luhur, disiram dengan pengetahuan, dan ditopang dengan amal shalih, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan. Namun, jika dibiarkan kebiasaan tercela pasti akan tumbuh dalam kejelekan  dan kerusakan. Begitulah.
 

No comments:

Tulisan Disukai Pembaca

Mengulas Buku Fiksi Antologi Cerpen Amygdala

  Amygdala Sebuah Proses Kehidupan www.agusyulianto.com   Judul Buku : Antologi Cerpen FLP Jawa Tengah Amygdala Penulis : Rahman Hanifan, ...